Dia juga Ayahku

17.9K 1.1K 12
                                    

Sedari tadi Aisyah meremas tali tas yang ia pegang dikedua tangannya. Berkali-kali ia menelan ludah susah payah menatap pintu gerbang rumah yang menjulang tinggi dihadapannya.

Bismillah, mudahkan urusan hamba ya Allah, Aisyah tak henti-hentinya merapalkan doa di dalam hati.

Dengan tangan yang sedikit bergetar, ia memencet bel rumah yang sudah ia pandangi selama setengah jam yang lalu.

Tak berapa lama gerbang terbuka, memunculkan seorang laki-laki muda nan tampan berdiri didepannya.

"Maaf, mbak cari siapa ya?"

"Sa-saya cari pak Hisyam. Ini benar rumahnya kan?" tanya Aisyah dengan suara terbata. Ia tak berani menatap pria dihadapannya.

"Kalau boleh tau anda siapa yah?" jantung Aisyah berdetak tak karuan. Jelas sekali pria dihadapannya ini tak mau basa basi.

Bismillah ucap Aisyah, lalu mengangkat wajahnya, memandang pria yang sedang menatap ia dengan penuh selidik.

"Saya mencari pak Hisyam, ayah saya" bisa Aisyah lihat pria dihadapannya ini terkejut, lalu sedetik kemudian wajahnya berubah datar.

"Masuk" ucapnya dingin.

Bukan tanpa alasan Gio menyuruh masuk wanita yang mengaku sebagai anak ayahnya tersebut.

"Duduk saja, biar saya panggilkan ayah sebentar"

Aisyah menurut. Sedari tadi iya tak pernah berhenti mengucapkan masya allah di dalam hati. Bagaimana tidak, baru kali ini ia melihat rumah semewah dan sebagus ini.

Drap drap drap

Aisyah menoleh, dan seketika ia mendadak kehilangan napas, jantungnya berdetak tak karuan. Didepan sana, muncul tujuh orang manusia, yang terdiri enam laki-laki dan satu perempuan.

"Ini yang Gio maksud ayah" ucap Gio kala mereka memasuki ruang tamu.

Dada Aisyah bergemuruh kala melihat lelaki yang selama ini ia rindukan, lelaki yang belum pernah ia temui sejak lahir, lelaki yang hanya bisa ia lihat didalam poto.

"A-ayah" ucapnya dengan suara tercekat.

Aisyah bangkit dari duduknya, berjalan cepat hendak menggapai laki-laki yang berdiri dihadapannya.

"A-ayah" ketika Aisyah hendak memeluk laki-laki tersebut, tangannya dicekal oleh seseorang.

"Siapa kamu berani-berani memanggil ayah saya" jawab seseorang itu dengan dingin.

Aisyah terdiam. Langkahnya juga terhenti. Sedetik kemudian ia menunduk dengan air mata yang berlinang dipipi.

Sakit sekali rasanya ketika kita hendak memeluk seseorang yang sangat kita rindukan, namun dihalangi begitu saja.

"Siapa kamu berani memanggil ayah saya sebagai ayah kamu!" jelas lelaki itu kembali.

"Cukup Fatir!. Jaga nada bicaramu" ucap Gio tak kalah tegas kepada adiknya. Matanya menatap tajam laki-laki yang disebut sebagai Fatir itu.

Sedangkan Hisyam, orang yang menjadi alasan keributan ini masih saja mematung, menatap lekat ke arah Aisyah.

"Ma-Mayra..." ucapnya lirih.

Semua mata memandang kearah Hisyam, tak ketinggalan dengan Aisyah. Wajahnya yang dipenuhi air mata, kini menyunggingkan senyum kala nama Umminya disebut.

"Mayra" ucapnya kembali, lalu dengan tergesa meraup wajah Aisyah, memandanginya dengan seksama. Tidak salah lagi, anak yang dihadapannya ini persis dengan wanita yang selama lima belas tahun ini ia cari.

HELLO BROTHER'S Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang