Chapter Two

466 80 12
                                    

Netra hitamnya mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Netra hitamnya mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin. Jujur ia tidak nyaman dengan suasana seperti ini. Ditatap hampir seluruh siswa maupun siswi di tempat tersebut, Bisikan yang berisi pujian maupun tatapan sinis dari mereka ia dapatkan.

“Jeno-ssi dari tadi pagi aku ingin menanyakan sesuat, kenapa mereka menatapku seperti itu?” Renaya bertanya sambil menatap netra kelam Jeno.

“Kau menawan, itu alasannya.” Balas Jeno singkat.

“Eh? Aku? T-Terimakasih kalau begitu.” Ia tersenyum lalu melanjutkan memakan makanannya yang sempat tertunda tadi.

“Renaya-ssi sebelum kau pindah kesini, kau bersekolah dimana?” Tanya Jeno dengan mulut yang penuh dengan makanan.

“Ah-itu. . . Sebelum ini aku Homeschooling, aku baru menginjakan kakiku di sekolah yang sebenarnya sejak tadi pagi.” Renaya meletakkan sumpitnya di nampan dan menolehkan wajahnya kearah Jeno.

“Kenapa menanyakan hal tersebut?”

“Hanya penasaran, dan juga reaksimu saat ditatap dengan tatapan memuja dari orang lain harusnya sudah tidak asing untukmu.” Jeno pun merapikan piring yang sudah kosong ke atas nampan.

“Ayo kita ke kelas-sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.” Renaya berdiri dan mengikuti langkah Jeno yang sudah mendahuluinya.

Jam pelajaran telah berakhir, para murid bergegas untuk pulang dan memeluk bantal kesayangan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam pelajaran telah berakhir, para murid bergegas untuk pulang dan memeluk bantal kesayangan mereka. Tetapi langit yang merintikan air hujan sepertinya menghambat rencana mereka untuk segera pulang ke rumah masing-masing. Beberapa murid sudah dijemput oleh supir keluarga mereka, ada pula yang membawa payung dan menuju halte bus. Tersisa para siswa dan siswi yang menunggu jemputan maupun menunggu hujan mereda, salah satunya Renaya yang menatap halaman sekolah dari jendela ruang tunggu yang letaknya kebetulan menghadap halaman.

“Kau dijemput? Atau naik bus?” Suara berat seorang lelaki membuyarkan lamunan Renaya.

“Aku naik bus, kau sendiri?” Tanya Renaya sambil menatap keluar jendela lagi.

“Aku naik motor, bagaimana kalau aku mengantarmu? Kebetulan aku ingin pulang ke rumah lebih lambat dari jam pulangku.” Lelaki itu mengibaskan rambut pirangny ke belakang dan melihat jam tangan yang dipakainya.

Revenge || Noren - JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang