Chapter Four

279 62 15
                                    

Jeno,Hyunjin,Mark, dan Renjun berlari mendekati tempat Heejin terlempar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno,Hyunjin,Mark, dan Renjun berlari mendekati tempat Heejin terlempar. Orang-orang mengerumuni tubuh lemah Heejin.

Tidak sampai 5 menit kemudian petugas medis sudah sampai di tempat kejadian.

Sirine Ambulance berbunyi, para petugas medis bergegas mengangkat Tubuh Lemah Heejin.

Tubuh Renaya bergetar melihat tubuh teman sekelasnya, Kedua tangannya menutup mulutnya dengan rapat. Air mata perlahan membanjiri pipinya.

Jeno yang melihat Renaya yang ketakutan pun segera memeluk nya.

"Hei Renaya-ssi tutup matamu jika kau tidak ingin melihat nya."

Tubuh Renaya perlahan tenang setelah Jeno memeluk tubuh nya.

"Nee—Jeno-ssi apakah ini salahku, karena tidak mengantarkan nya sampai di seberang sana?" Kepala Renaya sedikit mendongak untuk melihat wajah Jeno.

"Kenapa kau berpikir begitu? ini bukan salahmu." Jeno mengelus pelan rambut hitam Renaya.

"Hey kalian berdua, ayo segera ke rumah sakit." Mark menyeletuk tiba-tiba.

"Kajja Renaya-ssi."

Mata tajam seseorang mengawasi pergerakan mereka, serta bibirnya yang menyunggingkan smirk. Sepertinya mereka tidak mengetahui bahwa ada orang yang selalu mengawasi pergerakan mereka.

 Sepertinya mereka tidak mengetahui bahwa ada orang yang selalu mengawasi pergerakan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanggal 22 Januari tahun 20xx, Pukul 21.50. Jeon Heejin dinyatakan meninggal dikarenakan pendarahan yang ada di kepalanya.

Teriakan wanita membuyarkan lamunan Renaya, suaranya begitu ngilu untuk didengar. Tentu saja, dia baru saja kehilangan anak perempuan kesayangannya.

Suaminya menenangkan istrinya yang histeris.

Hyunjin yang biasanya  mengatakan hal random di setiap saat sekarang benar-benar diam, pandangan matanya kosong.

Mark yang membantu suami dari ibu Heejin untuk menenangkan istrinya.

Dan Renaya yang merasa ia penyebab utama kecelakaan tersebut—karena ia tidak mengantarkan Heejin ke halte bus.

Dan Jeno yang mengucapkan kata-kata penenang untuk Renaya.

Suasana duka menyelimuti dan perasaan bersalah hinggap di hati mereka.

Pelaku penabrakan Heejin tidak sepenuhnya bersalah, ia dalam keadaan mabuk saat kejadian tersebut.

Ia akan diadili besok pagi setelah pemakaman Jeon Heejin.

Rintik hujan mulai turun tepat setelah pemakaman Jeon Heejin dilakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rintik hujan mulai turun tepat setelah pemakaman Jeon Heejin dilakukan.

Netra segelap langit malam memandang keluar jendela yang berada di apartemen nya, bibirnya menampilkan senyum tipis.

"Apakah kau senang?" Lelaki bersurai itu memecah keheningan yang berada diantara mereka.

"Tentu saja, Jeon Heejin adalah penyebab dia meninggalkan ku."

"Sebaiknya kau berhati-hati, jangan sampai polisi mengetahui kau adalah dalang dibalik semua ini." Ucap lelaki tersebut.

"Hei—rencanaku selalu berjalan mulus kau tau."

"Ya, aku sangat mengetahui hal itu, Huang Renjun."

Ya dia adalah Huang Renjun, atau yang kita kenal sebagai Hwang Renaya. Semua yang ia tampilkan sejauh ini adalah tipu muslihat.

Lelaki berkemeja biru tua itu berbalik dan menatap netra gelap lelaki dihadapannya, Senyum manis terbit di wajahnya.

"Kerja bagus, aku sangat berterimakasih padamu." Renjun menepuk bahu lelaki tersebut.

Renjun melangkahkan kakinya menuju sofa yang ada di pojok ruangan tersebut. Tangan nya ia gunakan untuk mengikat rambut hitam panjangnya.

"Renjun-Ah apa kau benar-benar yakin akan menghabisi mereka yang bersangkutan dengan penindasan yang dialami oleh kekasihmu dulu?" Lelaki bersurai hitam itu menghampiri Renjun dengan nampan yang berisi dua cangkir teh hangat.

"Ya." Renjun membalas nya singkat, tangan nya mengambil cangkir teh dari nampan yang dibawa olehnya.

"Oiya omong-omong kulihat kau cukup dekat dengan Lee Jeno." Renjun menghentikan minumnya, matanya menatap tajam wajah datar lelaki yang berada di seberangnya.

"Lalu?"

"Jeno sepertinya menyukai mu Renjun-ah." Tangannya ia silangkan di depan dadanya.

Cangkir teh ia letakkan di atas meja berwarna coklat yang berada di depannya.

"Biarkan saja, lagipula kekasih ku jauh lebih baik darinya." Ucap Renjun sambil membuka handphone nya.

" Ucap Renjun sambil membuka handphone nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan Lupa VoMent ya-!

Maaf kalau gajelas ceritanya

Have a nice day-! ☀️💖



Revenge || Noren - JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang