Lelaki bersurai biru memeluk erat lelaki bersurai pirang yang lebih pendek darinya.
"Nana—Aku sulit bernafas, pelukanmu terlalu erat." Lelaki yang lebih pendek memukul pelan punggung si Surai Biru—atau yang bisa kita panggil dengan Na Jaemin.
"Kau menggemaskan sekali, aku tidak tahan untuk memeluk tubuh mungil mu." Ucap Jaemin sambil mencubit pipi tembam si surai pirang.
"Badanku tidak mungil! badanmu saja yang lebih besar dariku." Sepertinya si mungil ini merajuk.
"Arasseo Injun-ah." Injun—atau Huang Renjun, si mungil bersurai pirang yang sedari tadi dipeluk oleh Na Jaemin.
"Nana-ya, bolehkah aku bersekolah di sekolah mu?" Renjun menatap mata Jaemin dengan wajah puppy face andalannya
"Jawabannya tidak boleh, kenapa kau ingin sekali bersekolah eoh?" Jaemin menggesekkan hidung nya ke hidung Renjun.
"A-aku hanya penasaran seperti apa suasana di sekolah. Aku bosan selalu homeschooling dari kecil."
"Kenapa bosan hm? dunia di luar sana tidak baik untukmu Na Renjun." Tangannya menangkup pipi tembam milik Renjun, Sungguh bagaimana bisa ada orang se-menggemaskan ini.
"Aku masih Huang omong-omong." Renjun menarik tangan Jaemin agar ia melepaskan pipi nya.
"Tapi sebentar lagi kau akan menjadi Na—" Jaemin menatap dalam netra hitam Renjun.
Kurang lebih 3 Minggu sejak pemakaman Heejin dilakukan, pelaku penabrakan Heejin dinyatakan bunuh diri 2 jam sebelum pemakaman Heejin dilakukan. Ah sebenarnya Renjun yang membunuhnya, tetapi ia membuat seolah-olah pelakunya bunuh diri.
Renjun semakin dekat dengan Lee Jeno. Bahkan teman sekelasnya mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Wajar saja, setiap pagi Renjun akan dijemput oleh Jeno lalu pulangnya juga diantar oleh Jeno. Kadang-kadang teman sekelasnya juga memergoki mereka sedang berjalan bersama di Sungai Han.
"Renaya—kau sungguh tidak berpacaran dengan Lee Jeno?" Teman sekelasnya, Yoo Jimin atau kita panggil saja Karina, menanyakan hal yang sama setiap hari dalam seminggu terakhir. Renjun lelah untuk menjawab nya omong-omong.
"Iya, sungguh aku tidak berpacaran dengannya." Renjun menelungkup kan kepalanya diatas tumpukan buku-buku yang ia taruh diatas meja.
"Apa kau yakin tidak mempunyai perasaan terhadap nya?" Karina menanyakan hal tersebut dengan semangat.
"Tidak ada, aku hanya menganggap nya sebagai teman." Renjun semakin menelungkupkan kepalanya.
"Tapi—kulihat-lihat sepertinya Lee Jeno menyukaimu." Oh sungguh kenapa semua orang mengatakan hal tersebut.
"Hm." Gumam Renjun sebelum ia mengecek notifikasi dari handphonenya.
"Karina-ya aku pergi dulu." Renjun segera bergegas menuju ke rooftop.
Kaki-kakinya menaiki tangga dengan cepat, Pintu besi dibuka dengan kasar. Lelaki bersurai hitam yang sudah menunggu kedatangan Renjun menolehkan kepalanya saat mendengar pintu besi dibuka.
"Ada apa?" Renjun berjalan menghampiri lelaki tersebut dengan cepat.
"Kapan kau akan membunuh mereka? Minggu depan? Apakah tidak terlalu berlebihan membunuh 3 orang sekaligus?"
"Tidak." Renjun membalas dengan cepat.
Kakinya ia langkahkan ke pembatas besi yang berada di pinggir rooftop. Semilir angin menerbangkan helai demi helai rambut hitamnya.
"Renjun-ah apa kau masih sering bermimpi buruk sejak dia meninggalkan mu?" Lelaki tinggi itu bertanya tiba-tiba.
"Sudah tidak sesering dulu." Renjun membalas dengan santai.
"Apa kau tidak takut mereka—teman sekelas kita mengetahui bahwa kau sebenarnya adalah seorang lelaki?"
"Penyamaranku tidak mungkin ada yang mengetahui kecuali dirimu." Renjun dengan percaya diri mengatakan hal tersebut.
Lelaki bersurai hitam tersebut mengecek jam tangannya, "Renjun-ah ayo kita kekelas, sebentar lagi bel akan berbunyi."
Jangan lupa VoMentnya ya~
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge || Noren - Jaemren
Mistério / Suspense❝don't believe someone that close to you❞ -Noren ; Jaemren story- ©Hxxlevator | Zevell • 2021