Abisheva, CEO dari perusahaan keluarganya, Mahendra corp. yang ia rintis, dan ia perjuangankan dari angka nol hingga sukses seperti sekarang.
Tak cukup hanya sekedar perjuangannya sendiri, namun juga istrinya yang sedari dulu ikut menyemangati, memberi motivasi, dan selalu berdiri menemani disisinya. Berjuang bersama-sama, hingga impian yang sedari dulu mereka idamkan kini tercapai, bahkan lebih dari angka pencapaian yang dulu sempat mereka targetkan.
Akan tetapi takdir berkata lain, mereka tak diizinkan bahagia dan bersama lebih lama, ketika semuanya harus berakhir dengan luka dan air mata.
Perkara takdir memang tak bisa ditebak dengan mudah. Jika ia berkehendak, semua yang kita harapkan kadang dapat berubah menjadi sebaliknya.
Rasa sakit dan kecewa pernah menoreh luka yang amat mendalam. Hingga hanya tersisa sedikit momen indah yang Abi kenang, hanya sisa dari puing puing ingatan masa lampau, yang pernah ia harapkan agar berakhir dengan kata bahagia.
Secangkir kopi yang masih mengepul, Abi sesap perlahan. Melihat begitu megahnya pemandangan dari lantai paling atas gedung, pandangannya tertuju kearah luar yang hanya dibatasi kaca, tak ada kata takjub sedikitpun dari sepasang matanya.
Pikirnya kini tengah berada ditempat yang berbeda. Entahlah, sampai kini tak ada yang berbeda, yang Abi rasakan hanyalah dendam, kebencian, rasa sakit, emosi dan amarah yang secepat mungkin harus dilampiaskan.
Tangannya meremat papan nama yang terletak dimeja miliknya.
Aline … Aline … Aline
Nama gadis itu yang selalu menghantui pikirannya.
Cklek!
Pintu ruangannya terbuka, menampilkan sosok wanita berpakaian formal khas kantoran begitu juga dengan lelaki yang digandengnya.
Sontak kerutan di dahi Abi semakin kentara ketika menatapnya, wanita yang kemarin masih ia rengkuh kedalam pelukannya kini malah bergandengan mesra dengan pesaing bisnisnya.
Prak!
Sebuah surat dihempaskan kasar diatas meja Abi oleh wanita tadi, “Aku mengundurkan diri sebagai sekretaris mu, Abi. Aku akan direkrut di perusahaan lain.” Matanya memberi kode kearah lelaki yang digandengnya.
Abi menggeram marah. “Pengkhianat!"
Wanita itu tersenyum miring. “Kau mengatakan aku seorang pengkhianat, atau kau mengatakan tentang dirimu sendiri yang dulu pernah mengkhianati istrimu, Abi?"
"Jalang sialan!" Abi menggertak rahang, marah.
Sedangkan lelaki yang digandeng oleh sang mantan sekretaris---Dion, hanya tertawa puas. “Bisa keluar dulu, by." Pintanya.
Wanita cantik itu langsung menangguk, mengiyakan, dengan seulas senyum menggodanya keluar dari ruangan Abi.
"Hei, bro! Apa kabar?" Tangan Dion menepuk sebalah baju Abi, dihadiahi tatapan tak bersahabat dari raut muka milik Abi. "Ah, maaf." Dion kembali menarik tangannya.
"Tak usah banyak basa basi!" Tekan Abi saat Dion beralih duduk dikursi kerja miliknya.
"Wah, kursimu boleh juga. Tapi akan lebih boleh jika suatu saat nanti aku menjadi pemilik dari kursi dan perusahaan megah ini." Celetuk Dion.
Mendengarnya Abi kembali menggeram. Dulu mereka memang pernah bersahabat namun tidak dengan sekarang, karena sebuah permasalahan menjadikan hubungan pertemanan berubah menjadi permusuhan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alleen (End)
Novela Juvenil[Halal Area] BUKAN lapak bl atau b×b👊 Alleen hanya ingin menjadi yang terbaik. Apa pun cara akan ia lakukan agar mereka dapat menerima kehadirannya. Ia yang tak pernah diharapkan dari lahir, seharusnya tak perlu hidup dan menanggil lelaki yang hidu...