8. Acht

4.8K 412 27
                                    

Alen berjalan kearah Ikbal yang kini duduk santai tepi lapangan sekolah, dengan mulut yang sibuk menikmati jajanan angkringan, cilok, telur gulung, dan minuman boba yang tak bisa ketinggalan, mungkin bisa dikatakan jika Ikbal itu salah satu dari maniak boba diseluruh dunia.

Hap!

Ikbal melempar handuk kecil dari tangannya yang langsung ditangkap cepat oleh Alen yang berujar. "Udah gue bilang, cuma bentar kan?"

"Iya, bentar gundulmu!" Ikbal spontan ngegas. "Bentar lagi udah berkarat duluan ini gue!"

"Lebay!!"

Ikbal berdecak.

Terhitung sudah beberapa jam yang lalu ia hanya termenung bosan menunggu Alen hingga usai latihan dari ekskul bela dirinya.

Alen hanya terkekeh, mengelap keringat yang membanjiri pelipis, dan membuat rambutnya terlihat sedikit lepek.

Damagenya bukan main, hanya dengan dia yang mengacak rambut menggunakan handuk, dan disertai dengan kekehan pelan.

Remaja yang dikenal cukup pendiam dan datar itu sudah bisa mengundang lirikan dari beberapa junior perempuannya yang tengah berlatih ditengah lapangan. Mendadak salah fokus.

Alen akhirnya ikut duduk di samping Ikbal, dengan menyelonjorkan kedua kakinya. Atensi mereka berdua masing-masing masih menatap ke arah depan. Alen masih berusaha menetralkan deru nafasnya, sedangkan Ikbal kembali mengunyah makanan.

"Al." Panggil Ikbal kemudian.

"Hm?"

"Lo kan pinter bela diri nih. Kenapa gak sekalian lo tonjokin aja tuh setiap muka najis orang yang berani merendahkan lo? Lo bukannya ngelawan tapi cuma diem aja, bego sih."

"Karena di dalam ilmu bela diri, kita diajari bukan hanya sekadar untuk melukai," jawan Alen tenang. Merampas sebotol air minum yang berada di tangan Ikbal, sebelum meminumnya rakus. Ikbal hanya manggut-manggut, meminum bobanya yang tersisa setengah.

"Jadi, lo belajar bela diri buat?" tanya Ikbal kemudian.

"Emm .... buat belajar memukul seseorang yang ga bisa gue pukul. Belajar menangkis tangan seseorang yang selalu memberi gue pukulan, tapi sama sekali tak bisa gue hentikan. Selain belajar, menurut gue ini juga menjadi sebuah bahan pelampiasan."

Ikbal seketika cengo. "Maksud?"

"Lebih baik lo ga tau," balas Alen cepat, diiringi sebuah cengir membuat Ikbal memutar bola mata malas.

"Kalau gue sih ya. Dari lahir udah pinter bela diri tanpa harus belajar, jadi yang sekarang coba buat gue pelajari yaitu bukan lagi cara melukai tapi mengobati," ujar Ikbal sedikit songong.

Alen mangut-mangut. "Itu alasannya lo ikut PMR?"

Ikbal mengangguk pasti, wajahnya kelihatan tengil.

Di sekolah ini ia memang terdaftar sebagai anggota PMR. Alih-alih bukan tertarik pada dunia medis atau kesehatan, akan tetapi hanya modus, ingin minggat dan jarang mengikuti upacara bendera setiap hari Senin, jika ditanya alasan pas kepergok pasti melibatkan embel-embel PMR. Memang tipikal siswa-siswa meresahkan.

Alleen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang