Hari ini Yangyang benar membawa Haechan ke rumahnya. Tangan kanannya sibuk memegang stir mobil sedangkan tangan kirinya sesekali mengelus rambut Haechan.
Rumahnya memang tak terlalu jauh dari asrama. Namun ia memilih untuk tinggal di asrama karena ia hanya berada di rumah sendiri. Dan kini kakaknya datang untuk mampir sebentar.
¤¤¤
Keduanya sampai di halaman rumah Yangyang. Halaman yang tampak luas dan terdapat banyak tanaman bunga di tepinya. Ada juga kolam ikan di tengah halaman.
"Kenapa diem disitu? Ayo masuk," Yangyang menyeret kopernya. Ia merangkul bahu Haechan dan berjalan menuju pintu rumahnya.
Belum sempat membuka pintu, pintu rumah dibuka oleh seseorang dari dalam. Winwin, si pembuka pintu tersebut menatap Yangyang yang datang bersama seseorang yang belum pernah ia lihat secara langsung. Hanya melalui ponsel milik Yangyang sebelum ponsel Yangyang rusak karena masuk ke air.
"Ini... Haechan yang lu bilang?" Winwin menatap Yangyang dan Haechan kurang suka.
"Buat apa lu bawa orang kaya dia ini? Bukannya dia waktu itu hampir ngusir lu?"Yangyang dan Haechan cukup terkejut, ah hanya Yangyang karena Haechan lebih dominan takut daripada rasa terkejutnya.
"Udahlah bang, gausah dibahas lagi," Yangyang menatap Winwin kesal. Sesekali melirik Haechan yang berdiri agak menunduk sambil meremas ujung kemeja Yangyang.
"Bercanda kok, masuk aja chan," Winwin tersenyum lebar membuat Yangyang menatap wajahnya datar.
Winwin memang suka bercanda, ia tidak berani marah kepada siapapun.
"Ada siapa Win?" Seseorang muncul lagi di belakang Winwin. Orang itu berpakaian santai yang tak lain adalah Yuta, kekasih Winwin.
"Oh ini Yangyang, sama... pacarnya kan?" Tanya Winwin asal sedangkan Yangyang tertawa lalu mengangguk dan dihadiahi cubitan di perutnya oleh Haechan.
"Kok ada bang Yuta?" Yangyang menatap Yuta sebal, orang itu musuhnya sejak sekolah dasar, Yuta selalu menjahilinya dimanapun dan kapanpun. Terlebih lagi ketika tidak ada orang tuanya di rumah, Yuta tak akan berhenti jahil sebelum ia menangis.
"Kan semalem lu di asrama, ya gue temenin Winwin disini lah," Yuta menjulurkan lidah pada Yangyang membuat Yangyang pergi berlari menyeret Haechan ke kamarnya.
Keduanya sampai di kamar Yangyang, kamar yang begitu sepi tanpa banyak barang di dalamnya. Hanya ada meja belajar, meja untuk bermain game, televisi, lemari dan kasur. Ada pula pintu kamar mandi di dekat lemari. Tidak ada satupun benda yang berserakan di lantai kecuali koper yang baru saja Yangyang buka.
"Soal omongan Abang gue tadi, gak usah dipikirin ya? Dia emang suka bercanda," Yangyang mengelus kepala Haechan, namun Haechan menyingkirkan tangannya.
"Kenapa gak mau gue pegang? Lu marah sama gue?""Ga,"
"Dih? Kenapa sih? Ngomong dong sama gue,"
"Kalo lu gini tuh ga wajar, kaya bukan temen.." Haechan menunduk malu atas ucapannya, Yangyang tersenyum miring.
"Ooh? Mau jadi pacar gue?"
¤¤¤
Jeno sore ini tetap berada di asramanya, menghabiskan waktu bersama Renjun di kamar. Renjun sejak tadi mengerjakan tugasnya, lain dengan Jeno yang sibuk mengusili Renjun.
Renjun mengerjakan tugas sambil berbaring tengkurap dan Jeno berada di sampingnya, meletakkan pahanya di pantat Renjun dan tangan yang mengelus rambut Renjun, bibirnya sibuk mengecupi pipi Renjun.