BAB 28

34 4 0
                                    

Farras yang tampil sedikit berbeda itu masuk ke mendorong pintu kaca masuk ke toko yang menjual apa yang dia cari untuk anaknya.

Jeans biru gelap dan kaos hitam melingkupi tubuhnya. Sneakers putih membukus kakinya memberi kesan santai bagi pria yang selalu memasang kaca mata minus untuk memperjelas penglihatan itu. Dia sendirian. Rencananya dia ingin mengajak Aksa agar dia membeli tas yang dia mau, tapi anak itu tidak mau pergi. Aksa bilang dia sedang malas dan dia tidak memaksa anaknya.

Sudah setengah bulan ini dia belum membelikan tas baru untuknya.  Bukannya Aksa tidak mempunyai tas lain untuk dipakai, tidak. Di kamarnya ada rak khusus yang diperuntukkan untuk menyimpan tas-tas yang sering dia belikan ketika dia pergi ke luar kota atau ke luar negeri untuk perjalanan bisnis. Anak itu selalu ingin dibelikan tas sebagai oleh-oleh. Bukan berarti dia hanya membelikan tas ketika saat dia berada urusan bisnis di luar kota atau luar negeri, tapi memang dia lebih sering membelikan tas untuk Aksa saat dia berada di luar. Karena biasanya Aksa kalau sedang ingin Item tas yang baru, dia akan mengajak Milady berbelanja ke mall dan membelikannya tas yang dia mau. Anak itu akan sangat manja kalau bersama ibunya dan Milady akan selalu menuruti kemauannya. Berbeda dengan dia yang lebih cenderung tegas bahkan terkesan otoriter. Walau begitu, dia tetaplah seorang ayah yang protektif mengingat kalau dia anak semata wayangnya. Dulu saat Aksa kecil, kalau ada yang menganggunya, dia akan langsung memarahi anak yang mengusili Aksa. Milady  yang memiliki sikap tegaan, akan selalu menegurnya agar bersikap tidak terlalu berlebihan dalam menghadapi masalah anak-anak. Mereka Cuma anak-anak jadi tidak mesti dimarahi, akan lebih baik dinasehati dengan cara halus bukan malah mengomeli mereka dengan muka seram. Itu yang sering diingatkan Milady, tapi dia tidak mengindahkan ucapannya. Baginya apapun yang berkaitan Aksa akan dia anggap serius. Sekalipun itu hanya masalah sepele.

Dia ada di lantai tiga. Di sebuah salah satu mall yang mempunyai lima lantai dengan nuansa kemewahan yang kental terasa di sekeliling tempat ini. Mall yang memiliki  tempat yang memiliki ratusan brand ternama. Pengunjung yang bisa mencapai angka jutaan ditiap bulannya menunjukan bahwa mall ini bukan hanya mewah tapi juga banyak diminati khalayak ramai.

Toko yang luasnya ini berkisar 49 m2 ini menjual berbagai produk untuk remaja laki-laki. Berupa tas ransel, sepatu dan kaos yang mengantung di pipa gantungan yang terbuat dari besi.

“Farras.”

Panggilan dari arah belakang menjeda langkahnya. Dia mengenali suara wanita yang sangat ingin dia hindari ini. Jadi dia tidak berbalik dan wanita itu menghampirinya dan berdiri di depannya. “Kau di sini?”

“Kau membututi ku?” tudingnya datar penuh prasangka.

Dia menyanggah tuduhan Farras, “Aku tadi sedang berjalan-jalan di mall dan tidak sengaja melihatmu. Kau ingin membeli tas?” Dia memang tidak sedang mengikuti nya. Dia tadi bersama teman-temannya ingin berbelanja tas-tas branded di sini, tapi dia tidak sengaja melihat Farras jadi dia pamit pada temannya tidak jadi shopping bersama mereka dan segara  mengejar Farras. Dia tidak bisa memadamkan rasa ini. Dia berupaya untuk sementara waktu dan akan membujuk Farras lagi untuk tetap bersamanya, tapi keberuntungan nya datang jauh lebih cepat, pria yang menguasai hatinya ada di tempat yang Ama dengannya jadi dia pikir ini kesempatannya untuk mendekatinya kembali.

Farras berlalu melewatinya. Cekalan cepat Maya refleks membuat Farras  menyentak kasar. “Jangan pernah menyentuhku.”

Maya yang membuka mulutnya kaget. Mengubah keterkejutannya serta rasa sakitnya, seolah sentuhannya haram bagi Farras. Dulu pria itu sangat suka di sentuh, tapi sekarang dia begitu membenci sentuhannya. “Kita perlu bicara, Farras,” ujarnya tegas. Menuturi sisa-sisa harga dirinya dari sikap antipati Farras terhadapnya.

“Untuk?”

“Untuk membicarakan hubungan kita. Kau tidak bisa ... “

“Hubungan yang mana? Kita tidak memiliki hubungan apapun saat ini.”

Wanita yang Ku Cintai (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang