Irina Si Sumber Masalah

119 7 1
                                    

Aku langsung masuk kamar penginapan begitu selesai makan malam. Besok kami harus berangkat meninggalkan kota ini. Beruntung hari ini Irina datang membantu, kalau tidak bisa bisa aku akan tereliminasi di babak ini. Soal Irina, aku tak tahu sekarang ia dimana dan apakah dia sudah menyelesaikan ujiannya ataupun belum. Aku tak melihatnya lagi setelah kembali dari lapangan pinggir kota.

Aku membuka pintu kamar dan berjalan masuk. Dalam keremangan sinar kamar, aku dapat melihat seseorang sedang tidur dikasur yang seharusnya kutempati.

"Tak kusangka dia sewaspada ini," gumamku pelan sambil melihat sosok yang tidur bersama pedangnya. Dia membuat batasan kasur dengan pedang itu.

Kali ini aku sangat mengantuk jadi mau tak mau aku harus menyingkirkan pedangnya yang berada ditengah kasur. Siapa juga yang mau tidur dengan pedang disampingnya? Saat aku hendak mengambilnya terdengar suara dari sosok yang seharusnya tidur pulas itu.

"Jangan menyentuh pedangku, Ra. Kau bisa gila nanti," gumam Irina pelan yang malah membuatku kaget setengah mati.

"Maaf, sepertinya aku membangunkanmu" kataku pelan.

"Tidak kok. Lagi pula hari ini aku sedang tak bisa tidur, jadi tak masalah jika kau membangunkanku," katanya lagi. Aku menelan ludah, memang seharusnya aku tak membangunkannya.

"Bagaimana dengan anak itu?" tanyanya sambil mengambil pedangnya dan meletakkannya disisi yang lain.

"Dia memang sudah tak minder lagi. Tapi berhubung kita akan pergi besok sepertinya tak ada yang bisa mengajarnya," kataku khawatir sambil membaringkan tubuhku disebelah Irina.

"Kurasa aku bisa meminta salah seorang muridku mengajarnya," Irina tersenyum dengan rencana yang baru saja ia katakan.

"Kau sepertinya punya banyak kenalan di klan ini" kataku sambil menatap bintang redup dilangit langit kamar.

"Itu karena aku menghabiskan dua tahun hidup di kota ini" Irina berkata enteng.

"Bukankah berarti kau termasuk korban konflik?" tanyaku penasaran.

"Entahlah, bagaimana ya..." Irina tersenyum jail tak mau menjawab. Ia bangun dari tempat tidurnya.

"Kau mau kemana Irina?" tanyaku begitu melihat Irina hendak keluar.

"Jalan jalan sebentar," jawab Irina.

"Selarut ini? Sendirian?" tanyaku tak percaya.

"Ya, lagipula aku sudah hafal kota ini" Irina berjalan keluar. Begitu Irina menutup pintu, aku menghela napas panjang.

"Kuharap tak terjadi kejadian buruk padanya," gumamku sebelum menutup mata.

Tapi ini sudah lama kupikirkan. Irina sama saja dengan Ali, sama sama magnet bagi masalah. Tak ada waktu tanpa masalah bagi Irina.

Hanya dua jam aku tertidur, aku kembali terbangun. Entah kenapa aku seperti mendapat firasat buruk. Kucoba menoleh kesebelah, Irina belum kembali. Apa jalan jalan sebentar akan memakan waktu dua jam? Mungkin karena Irina tak juga kembali aku jadi tak bisa melanjutkan tidurku. Aku memutuskan untuk segera mencarinya.

Aku membuka pintu hendak mencari Irina, tapi tak kusangka ada seseorang yang dari tadi mondar mandir didepan kamarku.

"Serly apa yang sedang kau lakukan didepan kamarku?" tanyaku pada Serly yang sedang mondar mandir kebingungan. Serly yang mendengar pertanyaanku tersentak kaget karena tak menyangka aku sudah berada diambang pintu.

"Jangan keras keras, Ra. Nanti Irina bisa bangun," bisik Serly panik sambil berusaha menutup mulutku.

"Oh, lalu apa yang kau lakukan disini?" bisikku balik , walaupun Irina sekarang sedang tak ada tapi tak sopan kalau aku berkata dengan suara keras saat malam hari.

New Adventure of Raib (Masa Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang