Akhir dari kisah Z dan klannya

161 14 1
                                    

Hening menggantung diudara. Tak ada seorangpun yang berani bicara. Semuanya diam membisu membuat suasana sunyi senyap.

Di tengah suasana hening itu seseorang mengangkat kembali pedangnya. Pedang hitam kesayangannya itu siap menebas pria yang sedang jongkok tak jauh dari tempatnya berdiri. Tapi saat tebasan hendak mengenainya, pemuda yang tadi berjongkok berteleportasi untuk menghindari serangan.

"Apa yang kau lakukan?!" M berseru marah karena hampir terkena serangan mendadak dari adiknya itu. Ia jelas marah karena adik kepercayaannya itu mencoba membunuhnya. Dia segera berdiri menghadap wajah adiknya. Wajahnya berubah terkejut saat menatap wajah adiknya.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis?" M berkata panik saat melihat air mata mengalir deras dari mata Z. Tanpa ragu ragu M berjalan mendekat kearah Z yang tadi mencoba membunuhnya dengan maksud menenangkannya tapi malah mendapat bentakan kasar dari adiknya.

"JANGAN MENDEKAT! KAKAK JANGAN MENDEKAT!" Z berteriak tegas pada kakaknya yang malah semakin membuat kakaknya bingung. Ia jelas tak tahu kenapa Z bersikap seperti itu padanya.

"Tenanglah, Z. Jernihkan pikiranmu. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku tak boleh mendekat?" M bertanya bingung. Tak biasanya Z bersikap seperti ini. Ia terus berjalan mendekat ke arah adiknya itu.

"JANGAN MENDEKAT LAGI!! KALAU TIDAK AKU AKAN MENEMBAKKAN INI!" Z mengeluarkan pistol super panas dari saku bajunya dan mengarahkannya ke kepalanya sendiri dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya diarahkannya ke arah depan untuk mencegah siapapun mendekat.

Tangan dan kaki Z bergetar hebat. Jelas ia tak berani melakukan ini semua. Wajahnya pucat dan banyak berkeringat, entah apa yang sebenarnya ia pikirkan.

"Apa yang kau lakukan?! Tenangkan dirimu dulu!" M berteriak marah pada Z, ia sama sekali tak dapat memahami jalan pikiran adiknya.

Tapi kekhawatirannya segera terputus karna....

"AAGGHH....." suara teriakan kesakitan bergiliran datang. Bukan berasal dari M, bukan juga dari Z, melainkan dari para penolong yang berdiri tak jauh dari mereka berdua.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" M bergumam lirih sambil melihat pemandangan disekelilingnya. Banyak para penolong yang pingsan tanpa alasan yang jelas. Sebagian dari mereka berteriak sambil memegangi kepala mereka sendiri. Satu dua dari mereka juga menangis sesegukkan. Wajah mereka semua menunjukan kalau mereka semua sedang menderita hebat. Dengan cepat M menyadari situasi yang ia hadapi kali ini.

"Z, TENANGKAN DIRIMU! KOSONGKAN PIKIRANMU! KENDALIKAN KEKUATANMU! JANGAN BIARKAN IA LEPAS KENDALI" M berteriak pada Z yang mulai berjalan mundur. Begitu mendengar ucapan M, Z kaget, wajahnya yang pucat semakin pucat seolah ia melarang kakaknya mendekat. Tapi M juga tak mau tahu, ia terus melangkahkan kakinya mendekati Z yang sedang memasang wajah ketakutan itu.

"SUDAH KUBILANG UNTUK TIDAK MENDEKATKAN! JIKA KAU SEMAKIN MENDEKAT KAU AKAN SEMAKIN MENDERITA!" Z balas teriakan kakaknya itu. Tangan dan kakinya semakin hebat bergetar, wajahnya juga semakin pucat ketakutan. Disaat yang sama M memegangi kepalanya sendiri. Rasa sakit sangat terasa di kepalanya itu. Potongan potongan ingatan peristiwa dengan cepat masuk ke kepalanya membuat seolah olah kepalanya bisa meledak kapan saja. Ia tak pingsan, berteriak maupun menangis. Yang bisa ia lakukan hanyalah menggigit bibirnya berusaha bertahan.

"Semua yang masih bisa bergerak, segera jauhi Z! Kekuatannya lepas kendali!" Liliana yang berada dalam ingatan berteriak selaku ketua rombongan. Ia tampak tak terpengaruh sama sama sekali. Selain Liliana ada juga Kira, Vela dan seorang pemuda yang tampaknya juga tak terpengaruh. Mereka berempat baik baik saja.

"Apa yang terjadi?" gumamku lirih. Aku benar benar tak paham apa yang sedang terjadi. Kenapa banyak orang menangis? Aku sama sekali tak mengerti.

"Apa kau tahu kekuatan milik Z?" Kira bertanya balik padaku. Aku hanya bisa menggeleng. Selama ini Z selalu menggunakan pedangnya, ia tak pernah menunjukan kekuatan dunia paralelnya.

New Adventure of Raib (Masa Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang