Kita Adalah Teman

107 10 0
                                    

"KENAPA KAU MEMBUNUHNYA, IRINA?!" Lux berseru marah. Serentak kami berlari kearah mereka berdua.

"Tenanglah, dia takkan mati" Rigel berkata menenangkan Lux yang nampak marah.

"Tapi Irina menusuknya tepat didadanya, dia juga sudah tak bernapas. Darahnya meluber kemana mana!!" Lux berteriak lagi, ia tak mengerti mengapa Rigel begitu tenang.

"Tapi bukankah dia tak menghilang? Itu tandanya dia tak mati. Mungkin beberapa saat lagi dia juga kembali bernapas" Rigel berkata tenang. Seperti biasa, ia menunjukan ekspresi datar seolah tak ada emosi disana.

Mendengar hal itu, kami hanya bisa mengerutkan kening tak paham. Bagaimana bisa Liliana kembali hidup jika ia tak bernapas.

"Jangan memberi harapan palsu!! Mana ada orang yang kembali setelah kematian!!" Lux berkata lagi. Ia benar benar tak ingin mempercayainya.

"Sebenarnya Nona Liliana tak benar benar mati, ia hanya tak bernapas. Bahkan jika kau menusuk jantungnya atau mencoba nenebasnya dia juga tak mati begitu saja. Hanya racun yang diterima And kemarin yang benar benar bisa membunuh Spirit" Vela berkata muram. Entah kenapa suasana berubah menjadi muram dengan perkataan Vela.

"Jangan terlalu takut, Lux. Mana berani aku membunuh Liliana di klan ini. Yang ada aku akan mendapat masalah besar. Aku hanya menghapus sebagian ingatannya dengan pedang ini. Bahkan jika aku menusuk manusia biasa, ia takkan benar benar mati. Hanya akan koma selama beberapa waktu" Irina dengan enteng mengangkat pedang hitamnya. Ia sama sekali tak merasa bersalah.

"Berapa waktu ia akan bangun?" tanya Xina memastikan.

"Entahlah, itu tergantung seberapa kuat orang tersebut. Semakin kuat akan semakin singkat. Contohnya saat aku menyerang Key, dia bahkan tak terpengaruh sama sekali. Mungkin hanya butuh waktu beberapa menit sebelum Liliana kembali bernapas" Irina berkata sambil menatap tubuh Liliana tampak lemas.

"Tapi itu sangat tak manusiawi, bisa bisanya kau menusuk temanmu sendiri?!" Seli berkata marah karena sepertinya Irina sama sekali tak merasa bersalah.

"Itulah satu satunya cara menenangkan Liliana yang mengamuk. Jika terus dibiarkan seperti itu terus maka energi Liliana akan habis dengan sangat cepat. Lagi pula kita tak akan tahu seberapa besar kerusakan yang diakibatkan oleh Liliana yang mengamuk, salah salah ia bisa saja menghancurkan klan ini" Rigel berkata merenung menjawab pertanyaan tak terima dari Seli. Tak ada lagi wajah yang keberatan karena tindakan Irina.

"Kau tak apa apa Irina?" tanya Xina kemudian memecah keheningan yang terbentuk sesaat.

"Apa maksudmu tak apa apa?" tanya Irina sambil menatap Xina bingung. Ia menyarungkan kembali pedang hitamnya.

"Pikiranmu, apakah baik baik saja?" Vela bertanya khawatir menggantikan pertanyaan Xina.

" Tidak, tentu saja pikiranku tak baik baik saja. Ingatan Liliana sangat suram, itu membuat kepalaku sakit" Irina berkata sambil tersenyum membuat perkataannya sangat bertentangan dengan raut mukannya. Hening menggantung sesaat setelah Irina menjawab dengan jujur.

"Maaf" satu orang dalam kelompok kami mengucapkan kata itu lirih. Ialah Serly, yang menjadi target kemarahan Liliana kali ini.

"Tak seburuk itu juga, berkat ini aku tahu banyak hal tentang Liliana. Walaupun aku merasa tak enak tentang mengambil ingatannya, tapi dengan ini aku tahu apa yang akan dilakukan Liliana" Irina melambaikan tangannya seolah itu bukan masalah besar baginya. Entah kenapa ia tak menatap wajah temannya, Serly.

"Tapi tetap saja, itu pasti menyakitkan bagimu untuk melihat ingatan berdarah Liliana. Ia pernah menjadi ratu yang memimpin peperangan, aku tak tahu seberapa menyakitkannya saat kau melihat hal itu" Serly berkata lirih. Mendengar hal itu Vela hanya bisa menggenggam tangannya kuat kuat menahan marah. Lux dan Xina serta kami bertiga hanya bisa mengerutkan alis ataupun berkedip bingung. Kami tak benar benar tahu apa masalah yang diperselisihkan Liliana dan Serly. Sepertinya selain Serly dan Sinha, hanya Vela yang tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.

New Adventure of Raib (Masa Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang