Sebuah Dendam yang Menghancurkan Diri Sendiri

98 8 0
                                    

Apakah tak apa menyerahkan semuanya ditangan Irina? aku tak tahu. Karena bagaimanapun masalah tak pernah membiarkan kami berpikir, bahkan kami belum selesai memikirkan bagaimana berurusan dengan Rigel tapi masalah yang lebih pelik muncul mengancam nyawa.

Ini dimulai saat Irina berteleportasi entah kemana, entah kenapa ruangan yang kami tempati bersinar redup. Aku yang tak menyadarinya ingin segera tidur, mataku mulai mengantuk. Tapi tiba tiba cahaya ruangan semakin terang membuat Vela dan Lux bangun dan terkejut karena insting mereka yang tak terlalu tajam. Xina pasti menyadarinya jadi ia tetap tenang ditempat.

"Apa yang terjadi?" kata Seli cemas.

"Seseorang berusaha meneleportasi kita" Xina menjawab pelan.

"Lalu, kenapa kau tak bergerak?" tanya Serly tak kalah cemas.

"Kita takkan bisa bergerak dan penyusup itu takkan masuk. Selain Liliana dan Kira, tak ada yang bisa menembus pertahanan ruangan ini" Vela menenangkan kekhawatiran Serly. Tapi tetap saja sinar diruangan ini tak meredup juga.

Saat itu sinar semakin terang, Vela serta Xina mengerutkan dahinya bingung. Sedangkan untuk Serly, ia sudah menyiapkan panah listriknya. Lux melambaikan tangannya diudara, tiba tiba pedang besar dengan bilah berwarna perak mengkilat muncul menggantung diudara, itulah senjata yang akan ia gunakan. Melihat Serly dan Lux yang menyiapkan senjata untuk berjaga jaga, aku serta Seli segera mengaktifkan saring tangan kami. Tapi percuma saja, gelang penghambat kekuatan masih terpasang dipergelangan tangan kami.

Sinar dalam ruangan bersinar terang, membaut mataku silau sehingga aku langsung menutup mata. Kurasakan getaran diudara, tiba tiba kulitku semakin lama semakin panas.

'Sebenarnya siapa yang melakukan ini? Siapa yang berusaha meneleportasi paksa kami? Apakah itu Liliana atau Kira? Atau jangan jangan kelompok berjubah waktu itu? Kalau itu adalah Liliana ataupun Kira, kenapa dia melakukan ini?' pikirku dalam hati.

Belum sempat aku membuka mata, Xina berteriak awas. Aku langsung membuka mata melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Begitu aku menatap langit untuk melihat ancaman apa yang sedang mendekat, mataku hanya bisa melihat kegelapan. Kupikir sebelum muncul kegelapan, aku dapat melihat sesuatu. Bola merah membara yang berukuran sedang sedang menuju kearah kami. Bola itu tampak sangat panas, mirip matahari.

"Aku tak dapat melihat apa apa, apa yang terjadi dengan mataku?!" tanya sebuah suara disampingku, itu adalah suara Seli.

Mendengar Seli yang tak bisa melihat apa apa, aku menyadari sesuatu yang sangat tak terpikirkan.

Mataku buta.

Aku langsung melihat tiruan matahari saat mendengar seruan awas. Mungkin karena itulah mataku tak dapat melihat apapun.

Cepat cepat aku menyembuhkan mataku dengan kemampuan penyembuhanku. Untunglah kemampuan itu masih bisa dipakai.

Saat pengelihatanku kembali, aku menunduk dan tak berani melihat keatas. Walau begitu aku bisa memperhatikan keadaan sekitar. Seli menutup matanya yang rasanya seperti terbakar, begitu juga Ali, Serly dan Sinha. Mereka buta mendadak karena melihat matahari tiruan.

Xina dan Lux segera membuat tameng transparan tanpa berkata apa apa. Gerakannya gesit dan taktis, mereka terbiasa menghadapi situasi tak terduga.

Vela membantu Ali menyembuhkan pengelihatannya, aku menyembuhkan Seli yang tepat berada disampingku dan Serly menyembuhkan dirinya sendiri serta Sinha. Tak ada yang tahu apa yang sedang terjadi dan siapa yang membuat kami dalam keadaan ini.

Begitu selesai menyembuhkan semua orang, kudengar suara kaca pecah. Bukan, itu bukan kaca melainkan temeng yang dibuat Xina dan Lux.

Praaangg...

New Adventure of Raib (Masa Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang