Chapter [1] : Raja

787 87 36
                                    

Seratus tahun yang lalu. Saat meteor berwarna biru langit menghantam sawah, membuat kegaduhan di penghujung desa. Para pemuda yang asik ngeronda saling beramai-ramai menengok kearah TKP. Sebuah batu biru terang terdampar naas di sebelah rumah pak RT.

Pak RT terkejut-kejut. Ia mengambil sebuah palu mainan bekas anaknya dan melemparkan nya kearah batu itu.

Dan batu itu pun terbelah dua, menampilkan sesosok bocah berparas rupawan dengan tampang elegan bak bangsawan penjajahan. Bocah bermanik biru terang, persis seperti batu yang mengantarkannya menuju kesini.

Pak RT yang tidak percaya dengan yang di lihatnya hanya melongo heran. Sementara ibu-ibu mulai menyebarkan hoak di sekitar desa. Anak penerus klan uchiha sudah terlahir.

Kebebasan desa dari devil bernama Zaenudines sudah terlihat di depan mata.

Pak RT terhura, ia mewek sambil jingkrak-jingkrak manja. Diambilnya bayi itu dari batu dan mengacungkannya tinggi-tinggi, seraya berkata :

"Inilah bayi yang akan membebaskan kita dari kesengsaraan! Bayi inilah satu-satunya harapan kita! Kita akan terbebas!"

Seluruh warga bersorak gembira. Mereka menari-nari sambil menyetel lagu koplo. Pak RT bergoyang, bu RT sudah joget patah-patah di seberang. Sementara sang bayi hanya duduk manis dekat tong sampah.

Itu seratus tahun yang lalu, saat matahari belum buka cabang dimana-mana. Bumi belum banyak polusi dan gebetan belum juga peka.

Sekarang, bocah yang di kirimkan takdir itu sudah tumbuh dewasa. Eh belum, masih 4 tahun ceritanya. Dia lagi berjongkok sambil mainin lintah. Pak RT tersenyum, anak pungutnya sudah mulai tumbuh.

"Theodore Cahyadi, kamu adalah satu-satunya harapan kami. Kamu adalah Raja yang di utus takdir untuk membebaskan kami dari Devil Zainudines! Sudah selayaknya kamu menentukan senjatamu!" Bocah bernama Theo itu mengerjap, ia menatap pak RT pekat sambil mengacungkan jari tengahnya.

"Pakyu!" Ucapnya kesal. Pak RT hanya tersenyum, ia mengelus-elus dadanya sabar. "Theo, senjata apa yang ingin kamu pakai?"

Lagi-lagi bocah itu mencebikan bibirnya kesal. Acara mainnya di ganggu lagi, dia jadi lapar.

"Nenen!"

Pak RT mengerutkan keningnya. Ia membuka bajunya spontan. Theo melongo, ia menutup matanya refleks. "Jika nenen bapak bisa menjadi senjatamu.. bapak ikhlas nak!"

Sebuah geplakan mendarat mulus di kepala botak pak RT. Ia menoleh kearah belakang, ada sosok ibu RT yang lagi melotot. Ia menatap pak RT pekat.

"Salaki goblok!" Ucapnya gedeg.

Pak RT hanya menyengir, ia mengusap-usap tenguknya bingung. Theo cemberut. Bocah itu menggembungkan pipinya sebal.

"Nenen!" Teriaknya lagi.

Kali ini bu RT yang heran, ia menatap pak RT bingung. "Theo lapar ya pak?"

"Nggak, tadi bapak tanya senjata apa yang ingin dia pakai untuk menaklukkan Zaenudines, dia bilang nenen.. makannya bapak buka baju!"

"Oh, tapi dia kayak jijik gitu liat bapak telanjang dada tadi.."

Pak RT manggut-manggut. Ia menatap sosok Theo heran. Nenen apa yang Theo maksud? Apakah itu senjata rahasia? Tapi kok namanya nenen gak elit amat!

"Nenen opo yo bu?"

"Teuing atuh kang.."

Theo semakin cemberut. Pipi gembulnya bahkan sudah memerah karena marah. Ia menunjuk dada bu RT sambil berteriak lantang.

"Nenen!"

Pak RT terkejut, begitu juga bu RT. Mereka saling menatap heran. Dan berbisik-bisik pelan. Theo makin kesal, apa maksudnya? Dia hanya lapar!

ABNORMAL [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang