Suami Peter Pan

772 37 9
                                    

"Nak, Arion memang mengalami sindrom Peter Pan. Tapi dia bisa melakukan pekerjaan rumah kok kamu tenang saja."

Aku menggelengkan kepalaku tak percaya dengan perkataan ibuku. Dia mau menikahkan ku dengan pria idiot seperti Arion itu?

Yang benar saja.

"Ngak. Anna ngak mau. Apa-apaan Anna nikah sama cowok modelan begitu?" Tunjuk ku menatap garang ke arah Arion yang semakin bersembunyi di balik punggung ibunya.

"Lihat kelakuannya barusan? Bagaimana bisa aku membina rumah tangga dengan pria keterbelakangan mental seperti itu?"

"Anna jaga ucapan mu." Peringat ayah dengan tajam.

"Anna saya percaya kepada kamu. Kamu bisa jaga Arion dengan baik. Masalah keuangan ketika menikah nanti tidak usah khawatir, saya dan suami saya yang akan menanggung."

Helena menatap ke arah Vivian dengan tersenyum, "Jadi mau kapan pernikahan di adakan?"

"Brengsek." Dalam hati aku memaki mereka semua yang dengan seenak jidat memaksaku menikah dengan pria keterbelakangan mental.

Awal mulanya adalah si brengsek Diego dan si jalang Mia mantan sahabatnya ternyata berselingkuh di belakangnya.

Padahal dia sudah menjalin hubungan selama dua tahun bersama Diego dan berencana menikah sekitar empat bulan yang lalu. Namun semua itu gagal ketika Mia menangis dan mengatakan dia hamil anak Diego.

Perselingkuhan itu pun terbongkar. Diego hanya menjadikan pelampiasan nafsu kepada Mia karena dia tidak mau berhubungan badan sebelum menikah.

Tanpa dia sadari ternyata Mia jatuh hati kepada pacarnya dan dengan suka rela memberikan tubuhnya secara gratis.

Dia marah. Sangat-sangat kecewa kepada mereka berdua. Rencana pernikahan batal dan dia mengembalikan cincin pertunangan di depan tiga keluarga besar.

Namun, sialnya dia malah kembali di hadapkan kenyataan bahwa dia akan dinikahkan dengan adik Diego yang seorang pria dengan pengidap sindrom Peter pan dimana seorang remaja yang tidak bisa bersikap sesuai dengan usianya. Mereka merasa dirinya masih anak kecil.

Dimana orang tua Diego dan Aron sangat berharap besar jika dia bisa melindungi dan merawat Aron nantinya.

Dia menolak. Setelah di sakiti oleh anak pertama keluarga Will dia harus mendapatkan beban dari anak bungsu Will begitu?

*******************************

Ia menatap datar Ami yang membukakan pintu untuknya. Hari ini dia memiliki agenda pergi bersama Aron untuk fitting baju.

Dia langsung masuk tanpa melirik atau pun menyapa Ami yang tersenyum melihatnya.

Baginya Ami bukanlah seorang sahabatnya lagi namun bagi Ami, Anna masihlah sahabat terbaik Ami. Ami akui dia salah merebut kekasih sahabatnya sendiri. Namun dia tidak bisa mengendalikan perasaannya sendiri kepada Diego. 

"Tante..." Panggilnya saat melihat Tante Helena tengah berdiri di depan kompor dan di bawahnya ada Aron yang tengah membantu ibunya membuat kue.

Dia duduk dengan anteng sembari memegangi toples yang berisikan kue yang telah jadi. Menatanya dengan rapi dan pelan seakan takut jika kue itu rusak ibunya akan marah.

"Eh, ana sudah datang? Mau langsung ke sana sekarang?" Aku menganggukan kepalaku.

Ku lihat Tante Helena menarik Aaron agar berdiri. Dia membasuh wajah Aron dengan telaten dan mengelap wajah basah Aron. Terlihat Tante Helena sangat menyayangi Aron dan Aron terlihat penurut.

"Nah sudah rapi." Tante Helena tersenyum cantik sambil merapikan rambut putra bungsunya  dengan jari-jari tangannya.

"Hati-hati di jalan ya Anna."

"Oke Tante." Aron menggenggam tanganku dengan erat ketika keluar dari rumah.

"Hari ini kita fitting baju lalu melihat rumah yang baru di oleh orang tua mu." Aron hanya menganggukan kepalanya. Jujur dia takut bersama Anna. Wajah Anna terlihat galak setiap saat membuat dia takut dan terkadang dia menangis di buatnya.

"Jawab dong?"

"Iya Anna." Jawabnya dengan pelan membuat Anna tersenyum tipis.

Hari yang melelahkan akhirnya selesai. Setelah fitting baju akhirnya mereka berdua telah sampai di rumah baru yang akan di tempat oleh mereka berdua nanti.

Mereka memasuki kamar utama tempat kamar mereka nanti.

"Dengar Aron!!" Ku pegang bahu Aron dengan kuat membuat tubuhnya menegang dan dia menatapku dengan ekspresi takutnya.

"Ketika menikah nanti, aku akan tetap bekerja dan kau akan di rumah. Jadi jangan membuat ulah, berubah lah jangan jadi cengeng. Mengerti?"

Bukanya menjawab Aron malah menangis kencang dan terduduk di atas kasur ketika Anna mendorongnya.

"Hua....hiks....mamah....mau mamah..." Jerit Aron dengan tangis yang kencang membuat Anna menjambak rambutnya frustasi tidak mengerti lagi dengan Aron.

Ia membiarkan Aron menangis. Namun semakin lama tangisan Aron malah tak kunjung reda. Dengan tega dia membekap mulut Aron agar berhenti menangis namun telapak tangannya malah di gigit kuat oleh Aron membuat dia mendorong kepala Aron hingga telentang di atas ranjang.

"Nakal kamu Aron." Dia menindihi tubu Aron dan mencium bibir Aron kasar dan ganas yang terus mengeluarkan suara tangisan.

Aron di bawah sana terkejut dan berusaha mendorong tubuh Anna agar menyingkir namun tidak bisa.

Anna terus menyesap bibir tebal Aron dengan  nafsu yang seketika bangkit. Tidak peduli dengan Aron yang memberontak meminta berhenti.

"Hmp....mmmp....hiks...." Geraman Aron tidak di dengar sama sekali oleh Anna.

Anna menggenggam satu tangan Aron sedangkan satu tangannya lagi memegangi leher Aron agar tidak banyak bergerak.

Setelah di rasa cukup tenang, ia melepaskan tautan bibirnya. Dia melihat Aron yang di bawahnya dengan keadaan mengenaskan rambut acak-acakan karena di Jambak kuat oleh dirinya karena sedari tadi terus bergerak-gerak. Mata yang sembab serta nafas yang tersengal.

"Tidak buruk."

"Aku jadi penasaran apakah burung mu berfungsi atau tidak?"
 

Kisah Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang