Pintu langsung membuka. Seorang wanita jangkung memakai jubah hijau zamrud berdiri di sana. Wajahnya sangat galak dan Alex menatap wanita itu sendu.
"Kelas satu, Profesor McGonagall," kata Hagrid
"Terima kasih, Hagrid. Biar aku ambil alih sekarang."
Dibukanya pintu lebar-lebar. Aula dibelakang pintu luas sekali, inding batunya diterangi obor-obor menyala. Langit-lagitnya tinggi sekali sehingga tak bisa dilihat, dan ada tangga pualam megah di depan mereka, menuju ke lantai atas. Alex merindukan Aula ini yang sudah hancur lebur di masa depan.
Anak-anak mengikuti Profesor McGonagall melintasi lantai batu kotak-kotak. Alex bisa mendengar dengung ratusan suara dari pintu di sebelah kanan. Murid-murid lainnya pastilah sudah di sana tetapi Profesor McGonggal membawa murid-murid kelas satu ke kamar kecil kosong di luar aula. Mereka bergerombol, berdiri lebih berdekatan daripada biasanya, memandang berkeliling dengan cemas.
"Selamat datang di Hogwarts," kata Profesor McGonagall. "Pesta awal tahun ajaran baru akan segera dimulai, tetapi sebelum kalian mengambil tempat duduk di Aula Besar, kalian akan diseleksi masuk rumah asrama yang mana. Seleksi ini upacara sangat penting, karena selama kalian berada di sini, asrama akan menjadi semacam keluarga kalian di Hogwarts. Kalian akan belajar dalam satu kelas bersama teman-teman seasrama kalian, tidur di asrama kalian, dan melewatkan waktu luang di ruang rekreasi asrama kalian.
"Ada empat asrama di sini, Gryffindor, Hufflepuff, Ravenclaw, dan Slytherin. Masing-masing asrama punya sejarah leluhur masing-masing telah menghasilkan penyihir hebat. Selama kalian di Hogwarts, prestasi dan kemenangan kalian akan menambah angka bagi asrama kalian, sementara pelanggaran peraturan akan membuat angka asrama kalian dikurangi. Pada akhir tahun, asrama yang berhasil mengumpulkan angka paling banyak akan dianugerahi Piala Asrama, suatu kehormatan besar. Kuharap kalian semua akan membawa kebanggan bagi asrama mana pun yang akan kalian tempati. Upacara Seleksi akan berlangsung beberapa menit lagi dihadapan seluruh penghuni sekolah. Kusarankan kalian merapikan diri sebisa mungkin selama menunggu."
Matanya sejenak menatap jubah Neville, yang dikancingkan di bawah telinga kirinya. Alex meringis dan mencoba meratakan rambut merahnya yang mulai berulah.
"Aku akan kembali kalau kami sudah siap menerima kalian," kata Profesor McGonagall. "Tunggu di sini dan jangan ribut."
Dia meninggalkan ruangan.
Tak ada yang banyak bicara kecuali Hermione Granger yang dalam bisikkan mengucapkan dengan cepat semua mantra yang telah dipelajarinya.
Kemudian sesuatu terjadi yang membuat Alex terlonjak keras, terlihat sekitar tiga puluh senti ke atas—beberapa anak di belakangnya menjerit.
"Ada a...?"
Alex masih saja terkejut gara-hara hantu-hantu Hogwarts itu. Yah, walau dulu sering melihat hantu-hantu Hogwarts itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Weasley Twins: The Reincarnation
Fanfiction#Book One, Weasley Twins Series# Mati, itu yang telah terjadi padanya. Meninggal dengan semua dendam pada Dumbledore dan anggota Orde Phoenix yang telah membunuh Keluarga Weasley. Tapi kemudian, dia mendapat kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki...