Memasuki November, hawa menjadi sangat dingin. Pegunungan yang mengelilingi sekolah berubah abu-abu bersaput es dan danau seolah menjadi baja beku. Setiap pagi tanah berselimut salju. Hagrid terlihat dari jendela atas tengah melumerkan salju pada sapu-sapu untuk pertandingan Quidditch, ia memakai jubah panjang dari kulit tikus mondok, sarung tangan dari bulu kelinci, dan sepatu bot besar dari kulit berang-berang.
Masa pertandingan Quidditch telah mulai. Pada hari Sabtu, pertandingan pertama quidditch akan dilaksanakan, Gryffindor versus Slytherin.
Alex terkadang melihat Mini Marauders sedang menemani Harry berlatih di lapangan Quidditch ketika dia ingin menyendiri sejenak di Danau Hitam.
Berita tentang Bill membuatnya sedikit khawatir, tapi Alex tak terlalu khawatir lagi sejak mendapat kiriman dari Bill yang mengatakan kondisinya baik-baik saja.
Damian Blackwood masih mengekorinya ke mana saja, sesekali tersenyum miring padanya, Alex masih harus mencari tahu siapa pemuda itu sebenarnya.
Pada pukul sebelas, seluruh sekolah tampaknya sudah memenuhi tribun penonton di sekeliling lapangan Quidditch. Banyak anak yang membawa teropong. Alex duduk di antara Ron dan Aries, pemuda Black itu sudah duduk tenang dengan teropong dan berondong jagung di kedua tangannya.
"Oh, aku tak sabar ingin melihat Prongsie-kami bermain," kata Aries.
Madam Hooch menjadi wasit. Dia berdiri di tengah lapangan, menunggu kedua tim, dengan sapu di tangannya.
"Aku menginginkan permainan yang jujur, anak-anak," katanya, setelah seluruh anggota tim berkumpul.
Madam Hooch meniup peluit peraknya keras-keras. Lima belas sapu meluncur ke atas, makin lama makin tinggi. Pertandingan dimulai.
"Dan Quaffle langsung ditangkap oleh Angelina Johnson dari Gryffindor—sungguh Chaser yang luar biasa cewek satu ini, lumayan menarik, lagi..."
"JORDAN!"
"Maaf, Profesor."
Alex berusaha menahan tawanya mengingat tingkah konyol Lee Jordan yang komentarnya cenderung memihak pada Gryffindor.
"Dan Angelina benar-benar gesit di atas, lontaran tepat pada Alicia Spinnet, penemuan baru yang bagus si Oliver Wood, tahun lalu cuma cadangan—kembali ke Angelina dan—tidak, Slytherin berhasil merebut Quaffle, Kapten Slytherin, Marcus Flint, berhasil merebut Quaffle dan meluncur menjauh—Flint terbang bagai elang di atas sana—dia akan mencetak gol—tidak, dihentikan oleh gerak hebat Keeper Gryffindor, Wood, dan Gryffindor kembali memegang Quaffle—itu Chaser Katie Bell dari Gryffindor, menukik manis mengintari Flint—naik lagi dan—OUCH—pasti sakit sekali, belakang kepalanya dihantam bludger—Quaffle berhasil direbut Slytherin—Adrian Pucey melesat menuju gawang, tapi dia diblok oleh bludger kedua—yang dilemparkan kearahnya oleh Fred atau George Weasley, tak bisa membedakan yang mana—yang jelas gerakan bagus dari Beater Gryffindor, dan Angelina kembali memegang bola, tak ada halangan di depannya dan dia meluncur—benar-benar terbang—menghindari Bludger yang melaju cepat ke arahnya—gol di depannya—ayo, ayo, Angelina—Keeper Bletchley menukik—lolos—GOL UNTUK GRYFFINDOR!"
Sorakan anak-anak Gryffindor membahana menembus udara dingin, ditingkahi jerit sesal dan ratapan anak-anak Slytherin.
"Geser sedikit,"
"Hagrid!"
Aries, dan Adrian merapat untuk memberi cukup tempat bagi Hagrid untuk bergabung bersama mereka.
"Dari tadi nonton dari pondokku," kata Hagrid sambil membelai teropong besar yang tergantung di lehernya. "Tapi tidak seseru kalau ada di sini. Snitch-nya belum kelihatan?"
"Belum," kata Ron.
"Harry masih terbang memperhatikan di atas sana," kata Alex.
"Cuma menghindari serangan, tapi kan susah juga," kata Hagrid, mengangkat teropongnya dan memandang ke langit, ke arah titik yang tak lain dan tak bukan adalah Harry.
Jauh di atas mereka, Harry melayang-layang di atas pemain-pemain lainnya. Menajamkan mata mencari-cari Snitch.
"Snitch-chan, doko inda yo*?" Harry bertanya sambil terus mencari Snitch, terbang di atas Fred dan mengintari George.
(*Dimana kamu?)
"Belum kelihatan Harry?" tanya Fred.
Harry bergoyang dan berputar mencari Snitch, dan dia menemukannya, melesat di dekat Pucey.
"Mitsuketa*," kata Harry, dia melesat ke arah Pucey, dan meraih bola kecil itu, si kenari kecil masuk ke dalam genggaman tangan Harry, tak ada yang melihat tindakannya sepertinya, karena mereka fokus pada Chaser Slytherin yang mengoper Quaffle.
(*Ketemu)
Seharusnya pertandingan sudah berakhir, tapi seperti yang dikatakan sebelumnya, tak ada yang menyadari Harry telah menangkap Snitch, mendadak sapunya bergoyang keras.
Alex menyadari hal itu, lalu melihat ke arah Quirrell. "Apa yang kau inginkan dari Harry?"
Si bungsu Weasley melangkah kakinya, merayap di antara kaki-kaki penonton menuju Quirrell, dan setelah sampai di sana, dia mencoba membakar jubah si Profesor gagap.
Sementara di atas sana, Harry masih berusaha mempertahankan sapunya, lalu dia mencoba melakukan tindakan yang sangat bodoh, menyimpan Snitch di dalam mulutnya agar tidak jatuh saat dia mempertahankan sapunya.
Para penonton menyadri hal itu, lalu menunjuk ke arah Harry.
"Astaga, Harry!" kata Llyal khawatir.
"Apa yang terjadi padanya?" tanya Aries.
BOOM
Mendadak, ada ledakan kecil di tempat Quirrell berdiri, api membakar jubahnya, dan dia berlari panik mencari air.
Mereka yang duduk di dekat Quirrell menghindar untuk mencari tempat aman.
Gangguan telah berhenti pada sapu Harry.
Alex berjalan kembali dan berdiri di temptanya semula, lalu memperhatikan ketika Harry mengantupkan mulutnya dan meluncur ke bawah, memukul-mukul dadanya. Lalu sebuah bola sebesar kenari kecil berwarna emas keluar dari sana.
Harry menggenggam Snitch di tangannya, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Aku menangkap Snitch!" katanya sambil melambaikan tangan di tas kepala, dan permainan berakhir dengan hiruk-pikuk kemenangan.
"Dia tidak menangkapnya, dia nyaris menelannya," kata Alex tersenyum geli.
"Kau melihatnya?" tanya Ron.
"Ya, Harry memasukkan Snitch itu ke dalam mulutnya ketika sapunya bermasalah, dan ketika sapunya melompat, Snitch itu mungkin masuk ke dalam kerongkongannya," kata Alex.
"Wow, Prongsie mencetak sejarah baru lagi," kata Aries.
"Ya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Weasley Twins: The Reincarnation
Fanfiction#Book One, Weasley Twins Series# Mati, itu yang telah terjadi padanya. Meninggal dengan semua dendam pada Dumbledore dan anggota Orde Phoenix yang telah membunuh Keluarga Weasley. Tapi kemudian, dia mendapat kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki...