Lelaki yang baik akan mendapatkan wanita yang baik juga. Dapatkah aku di cap sebagai wanita yang baik? Sedangkan aku saja tidak memikirkan kehidupanku. Aku tahu jika aku bukan wanita baik, aku sudah terbiasa hidup diluar.
Tanpa ku duga,diumur...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari terus berganti, hingga kini kandungan Adiba sudah mencapai sembilan bulan. Demi memperlancar bayinya untuk lahir, Adiba berjalan mondar-mandir pelan sambil menahan sakit diperutnya. Jangan tanyakan dimana Rayhan, karena sejak pagi sang empunya menemani sang istri sambil menonton tv dan ditemani bolu manis buatan Mela.
“Yang, kok belum lahir sih?” tanya Rayhan yang mulai jengah menonton tv.
“Diam kamu! Bukannya usaha nenangin aku malah tanya itu terus,” sewot Adiba menatap Rayhan garang.
“Astagfirullah, mulutnya tambah ramah ya semasa hamil ini,” Adiba tambah melotot sewot kepada Rayhan yang tanpa dosa senyum-senyum.
“Iya, masalah buat kamu?!”
“Enggak kok, udah lanjutin aja setrika lantainya,” final Rayhan mulai ketar-ketir dengan amukan istrinya.
“Adiba, ini Mami Mela bawain minum, pasti capek ya? Emang gitu, zaman sekarang si doi suka enggak peka Bun,” sindir Mela melirik Rayhan.
“Iya, Mi. Diba haus banget, makasih buat minumnya Mi. Lain kali Diba mau cari doi yang peka aja,” jawab Adiba membuat Rayhan melotot tak terima.
“Heh, mau saya bikin bunting per tahun?!”
“Maaf, Anda siapa ya? Saya enggak kenal, suami saya baru kerja di Indonesia,” jawab Adiba pura-pura menatap bingung Rayhan.
“Adiba,” dengus Rayhan merajuk.
“Idih merajuk, enggak cocok Bang sama wajahnya,” celetuk Alfan yang baru masuk di ruang keluarga diikuti anak muda keluarga Farzan.
“Iya, amit-amit dah wajah dingin tapi merajuk bikin buluk kuduk gue merinding,” saut Rangga menyetujui ucapan Alfan.
“Enggak usah ikut-ikut kamu!” tunjuk Rayhan mengarah Gilang yang mulutnya baru terbuka.
“Apaan, orang Gilang mau nguap. Herman deh, suka seudzon mulu,” balas Gilang tak terima.
“Nah, cakep. Gitu dong Lang kalau ngomong Indonesia kagak usah formal, emang dikira lagi presentasi di depan orang penting aja,” saut Alfan mengacungkan jempol di depan wajah Gilang. Beberapa detik kemudian jempol Alfan menoyor kening Gilang sampai kepalanya terjengkit ke belakang.
“Cuma ngecek kening lu panas apa kagak, takutnya ...,” ucap Alfan berhenti sebentar seraya matanya bergulir melihat Adiba yang terdiam menahan sakit perut. “Eh loh, Dib kamu kenapa?” lanjut Alfan menyusul Adiba dengan wajah khawatir.
“Lah si Ucup baru ngeh kalau adiknya mau brojolin bayi,” cibir Rangga.
“Anjay, lu udah tahu si Adit khawatir masih aja ngelawak,” sahut Gilang menggeplak lengan Rangga.
