33. BUAYA DARAT

1.4K 96 227
                                    

"In this world there are no stupid humans, it's just that they are lazy!"

••ERICH SEBASTIAN ALVARO••
__________________________________

33. BUAYA DARAT

Erich, dan yang lainnya sedang memerhatikan guru yang sedang mengajar. Erich yang sibuk mendengarkan seksama penjelasan mengenai pelajaran. Berbeda hal dengan Devon yang terus menggoda Ibu guru muda tersebut.

Bu Alena adalah guru muda, usianya masih sangat muda. Dia menjadi guru sejarah di jurusan IPS. Devon yang kebetulan duduk sendiri, mencuri perhatian kepada Bu Alena yang sedang menerangkan pelajaran.

"Bu Alena cantik deh," goda Devon membuat seluruh pasang mata menatapnya.

"Buaya darat!" celetuk Daniel saat itu.

Devon tidak peduli dan terus mencuri pandang kepada Bu Alena. Bu Alena pun tidak menghiraukannya, dan fokus menerangkan pelajaran.

"Heh! Udah buaya darat, congek pula," teriak Daniel mengundang tawa.

Semua menertawakan ucapan Daniel, kecuali Erich yang diam dan tetap pada papan tulis yang berisi tulisan sastra. Devon mencebik bibirnya yang ranum, menatap Daniel penuh ancang-ancang.

"Wey, buaya darat ngamuk," ejek Daniel semakin lama semakin menjadi.

"Haha buaya darat ngamuk gimana boss?" tanya Verro tertawa paling kencang.

"Buaya darat ngamuknya di ranjang bukan di sini." Penuturan Adrian benar-benar meresahkan, sama seperti orangnya.

"Anjirr di ranjang, ngapain dia haha," sahut Verro tertawa geli.

"Buat anak awokawok," ceplos Adrian lagi.

Memang Adrian Maheswara seorang cowok predikat mesum tingkat sekolah. Dia adalah makhluk tampan, dengan otak ngeres yang belum di bersihkan selama puluhan tahun.

Adrian adalah si otak mesum, yang sudah di kenal satu sekolah. Pikirannya yang sudah keterlaluan dewasa membuat dia di cap sebagai si otak mesum.

Bu Alena hanya diam mendengar pertengkaran mereka. Bu Alena pun hanya menggebrak meja membuat semua terdiam dalam hitungan detik.

Brak.

Bu Alena menatap seluruh muridnya, terutama Devon yang mesam-mesem ke arahnya. "Kerjakan soal halaman enam puluh sembilan, kumpulkan ke ruang guru!" perintah Bu Alena yang langsung merapikan barang-barang dan pergi dari kelas itu.

Devon berdiri tegak, membenarkan seragamnya. Serta menyemprotkan sebuah botol farfum ke tubuhnya. Melihat gerak-gerik Devon, seluruh temannya pun sudah mengerti dengan maksud Devon. Devon berjalan ke arah meja guru.

Ia merapikan rambutnya yang klimiks, menatap Bu Alena yang sibuk merapikan buku-bukunya. "Bu, mau saya bantu?" tawar bantuan dari Devon dengan lagi-lagi membenarkan rambutnya. Bu Alena menggeleng kan kepala pertanda menolak tawaran Devon lalu berbicara. "Tidak Nak, saya bisa sendiri."

"Yah ibu, biar Devon yang tampan membantu Bu Alena yang cantik ini ya," paksa Devon genit.

Bu Alena pun menatap Devon, bersiap untuk pergi. "Saya bisa sendiri, kamu dengar kan tadi?!" Bu Alena sudah kesal pun hanya sedikit membentak.

KENZO Untuk SACHI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang