Satu setengah jam jauhnya dari hiruk pikuk kota metropolis, Seli menuju tempat yang lebih sepi. Gedung-gedung pencakar langit sudah jauh disana, pemandangan sekitar yang terlihat hanyalah pemukiman, sawah, jalan dan gedung pemerintahan. Sangat jarang Seli pergi ke daerah ini, walaupun tadi melewati seberang jalan menuju rumah Ali.
Mobil Seli berhenti sejenak menunggu lampu merah, ia mengedarkan pandangannya mencari petunjuk jalan ke arah hutan kota. Ya, kalian tidak salah membaca, Ia memang akan pergi kesana. Hutan kota itu sangat luas, bahkan tiga kali lebih luas dari hutan kota kebanyakan.
Sebelum lampu berganti hijau, Seli meraih smartphonenya yang ada di dalam tas. Ia terkejut melihat notifikasi di layar kunci, 1 pesan belum terbaca, 1 telepon tidak terjawab.
Ia membukan pesannya, ternyata dari operator. "Yahh, paketku habis. Pulsaku jadi terkuras" Seli beralih melihat catatan panggilan yang tidak terjawab, "Ali?" Ia segera teringat pesannya yang ternyata belum terkirim kepada Ali, masih pending. Daripada menunggu lama, lebih baik ditelepon saja. Seli memencet kontak Ali, hendak melakukan panggilan. Namun sayang, Ia terlambat.
Tin! tin!
Suara klakson mobil dan motor sudah ramai dan tak henti-hentinya mengeluarkan bunyi, seperti memiliki dendam kesumat. Padahal, belum dua detik lampu berganti hijau. Ya, mereka cenderung tidak sabaran. Seli yang belum siap maju, tidak sengaja menjatuhkan smartphonenya ke bawah kursi. "Sial " gumamnya. Ia segera melanjutkan perjalanan.
Suasana semakin sepi, pohon-pohon tinggi menjulang semakin terlihat, yang berarti tujuannya sudah dekat. Tak lama, mobil memasuki gerbang depan hutan kota, segera Seli membeli tiket masuk dan biaya parkir. Perasaannya mulai campur aduk, walaupun siang-siang begini jika berada di tengah hutan, suasananya sangat berbeda. Terbesit rasa untuk kembali, tapi nyatanya Ia tetap melanjutkan perjalanan. Seperti itulah Seli, Ia tetap pada keputusannya.
huh.
Mobil sudah terparkir rapi, Ia mengambil buket bunga itu, menggenggamnya erat meskipun tangannya sedikit berkeringat. Dengan pasti Ia melangkah keluar mobil dan segera masuk kedalam hutan yang menyimpan banyak cerita dan misteri.
Dua tahun lalu,
disini ya?
Seli berdiri di awal jalan setapak yang mengarah masuk ke dalam hutan, ia sedikit ragu, rasa takut, sedih, marah, kecewa, dan menyesal bercampur menjadi satu. Ia merunduk, tangannya gemetar, Ia ketakutan.
Tidak, tidak boleh. Aku tidak boleh seperti ini.
Seli menghela napas, menatap kedepan. Ia kembali melangkah. Jalan setapak ini tidak terlalu baik, beberapa titik terdapat kubangan lumpur cokelat, membuat cipratan noda terlihat di sepatu Seli yang putih. Ia terus berjalan, terkadang melompat menghindari lumpur. Ia sedikit terlarut dalam suasana sunyi, damai dan sejuk. Sesekali berhenti, Seli kembali mengingat jalan yang dulu sempat Ia lalui, agar tetap di jalur yang seharusnya. Ia tidak mau tersasar.
Suara kicau burung menemani Seli sepanjang jalan, agar Ia tak kesepian. Setelah dua puluh menit berjalan, Ia merasa deja vu. Beberapa pohon terlihat berantakan, bahkan ada yang terlihat mati, kering tidak ada daunnya. Padahal, pohon itu tergolong tinggi dan ukurannya lebih besar dibandingkan pohon disekitarnya. Tak terbayang berapa umurnya saat ini, sangat mungkin pohon itu sudah ada disana, bahkan sebelum Seli terlahir ke dunia. Pohon itu sedikit tertutupi tanaman merambat, namun tetap mencuri perhatian setiap orang yang melewatinya. Bukannya menjauh, Seli melangkah keluar dari jalan setapak dan menuju pohon mati itu.
Apakah mungkin ini?
Tanpa berpikir panjang, Seli langsung menarik tanaman merambat itu, membuat perlahan batang pohon itu terlihat semakin jelas. karena membutuhkan tenaga yang lebih untuk menarik tanaman itu, Ia meletakkan buket bunga di tanah, lalu menggunakan kedua tangannya membersihkan pohon tersebut dari parasitnya. Seli semakin curiga, beberapa retakan terbuka menghiasi batang pohon itu, Ia bergerak beralih ke sisi lainnya. Benar sesuai dugaannya, pohon itu memiliki rekahan besar, terlihat dari tengah sampai bawah. Pohon itu, hampir terbelah.
Tidak salah lagi.
Kicau burung kembali terdengar, seli melihat sekilas kemana perginya burung itu, matanya bergerak mengikuti. Tepat saat Ia berbalik, sinar matahari yang masuk melewati celah dedaunan menyilaukan matanya. Seli refleks menutup mata.
Seketika kejadian yang tak ingin diingatnya pun muncul kembali seperti kepingan puzzle yang belum tersusun. Kepingan tersebut berputar bagai dialog-dialog tak urut.
"Dimana ini? apa kita memasuki portal yang benar?"
"Aku tidak yakin, tapi pastinya, kita memasuki portal menuju klan lain tadi"
"Portal itu terbuka kembali!"
Siapa? Siapa yang mengikuti kami?
Aku harap itu kamu, Raib
Seli refleks mundur, "Tidak mugkin" batinnya.
"Kita bertemu lagi, nona petir"
"Sel, dengarkan aku. Apapun yang terjadi, jangan terpisah dariku, mengerti?" Tangannya dengan lembut menggengam tangan Seli. Dari tatapannya Seli tau, dia juga khawatir.
"Ra...." panggil Seli lirih, energinya terkuras habis, keadaannya kacau. Ia terbaring lemah diatas tanah.
Kepingan ingatan terus bermunculan, datang dan pergi secara acak. Tapi yang pasti, apa yang terjadi di hutan ini, bukanlah hal yang baik.
Kilatan petir besar tiba-tiba terlihat mendekat menuju dimana Seli berdiri sekarang. Seli terkejut, cahaya terang itu tepat mengenai pohon di belakangnya, kurang satu senti bahkan bisa melukainya. Seketika nyala api melahap habis pohon naas itu, sampai akarnya mati.
tidak, hal ini tidak terjadi sekarang.
Ingatannya merekayasa, walaupun hanya ilusi, rasanya seperti nyata terjadi di depan mata.
Ia menjadi tahu, bagaimana rasanya berada di posisi seperti ini, dua tahun yang lalu. Ketakutan yang luar biasa dapat Seli rasakan dan itu semakin membuat rasa bersalahnya semakin besar.
Andai, ku urungkan niatku untuk mengirim si tua itu petir mematikan, mungkin kau tidak akan pergi.
Seli lalu duduk terjatuh. Peristiwa itu seperti terulang kembali, membuat Seli meneteskan air mata. Ia meringkuk dibawah pohon mati itu, pohon yang menjadi saksi bisu sebuah petualangan yang berujung luka.
Aku memang harus berdamai dengan masa lalu, tapi jujur, ini sulit.
🖤🖤🖤
0221
Hi!
Ini lanjutannya gaes, semoga pada suka ehhehe. Cerita ini gue buat abis baca lumpu versi e-book di play books jadi karakternya gue ambil sampai novel lumpu ✌️ dah gitu aja. Semoga gue bisa konsisten upload ya!
Dari bucinnya ily,
Reva Zoe hahahaa

KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold [ Seli ]
AdventureKarena udh banyak novel fanfic ttg rali, jadi ini novel ttg seily ✌️ (Seli-Ily BUKAN Seli-Ali) *** "Sel, dengarkan aku. Apapun yang terjadi, berjanjilah" Sepasang mata itu menatap Seli dalam-dalam, "jangan terpisah dariku, megerti?" Seli mengangg...