02. You Don't Know Me?

66 6 24
                                    

"Kalau ini mimpi, kumohon bangunkan aku! Sungguh, aku benar-benar tidak ingin bagian dari masa laluku datang lagi."

♥️♥️♥️

"Shit! Itu beneran dia!"

Melanie berdiri dari duduknya, bergegas pergi sebelum cowok yang ia maksud benar-benar mengetahui keberadaannya.

"Becca, Let's get out of here!" ucapnya seraya menarik tangan Rebecca yang sedari tadi anteng.

"Kenapa? Pertandingannya belum selesai, Melanie," ucap Rebecca sambil menahan tangannya. Tetap berusaha mempertahankan posisi duduknya.

"Di sini terlalu panas. Ayo kita pergi ke tempat lain yang lebih teduh." Melanie beralasan. Ia terus menarik tangan Rebecca dengan tidak sabaran.

"Bagaimana dengan Lilian? Dia belum kembali dari toilet," ucap Rebecca dan dibalas decakan oleh Melanie.

"Aku akan menghubunginya nanti. Tenang saja. Hal terpenting saat ini adalah kita harus segera bergegas." Kali ini Rebecca menurut meski menunjukkan raut wajah bingung.

Mereka sudah keluar dari kursi penonton. Melewati para anak-anak laki-laki yang tetap asyik bermain.

"Kau ini kenapa buru-buru sekali? Apakah ada yang mengejarmu?" Akhirnya Rebecca berani bersuara atas apa yang ia herankan beberapa detik terakhir.

"Ah, eh ... kulitku sudah terbakar. Lihatlah, tanganku memerah," ucapnya agak gugup sambil menunjukkan tangannya yang sebenarnya tidak terlalu merah.

"Hey! Kenapa kalian meninggalkanku! Tunggu aku!" Dari kejauhan tepatnya di kursi penonton, Lilian berteriak cukup kencang hingga membuat beberapa pemain basket memperhatikannya.

Melanie mau tak mau berhenti dan menoleh ke arah Lilian yang menunjukkan raut muka kesal. Meski jauh, masih terlihat cukup jelas bagaimana raut wajahnya.

Lagi-lagi Melanie berdecak. Cukup kesal dengan situasi ini. Andaikan saja ia hanya pergi sendirian, pasti akan jauh lebih mudah. Mengajak Rebecca dan Lilian terlalu menyulitkan.

"Cepetan!!!" teriak Melanie tak kalah kencang. Rebecca yang berada di dekatnya syok. Selain karena suaranya, ia tak mengerti apa yang diucapkan oleh Melanie.

Lilian yang awalnya cukup terkejut, segera bergegas saat Melanie berteriak seperti itu. Melanie meneriakinya menggunakan bahasa Indonesia. Entah karena apa, Lilian menyadari kalau Melanie agak kesal.

Melanie kembali melanjutkan jalan cepatnya dengan emosi tertahan. Ia bahkan sudah melepaskan tangan Rebecca dan berjalan agak jauh mendahului mereka. Hingga sesuatu yang tidak diinginkan menimpa kepalanya dengan sangat kencang.

DUK!

Melanie memegangi kepalanya yang sakit dan juga pusing. Sebelum ia melihat sekelilingnya terasa berputar-putar, ia melihat sebuah bola oranye yang menggelinding setelah mengenai kepalanya.

"Sepertinya aku akan pingsan."

BRUK!

"Melanie!"

MELANIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang