05. Classmate

19 1 0
                                    

Hari kedua masuk sekolah, Melanie cukup bersemangat setelah hari pertamanya kemarin berjalan tidak mulus.

Mata pelajaran Biologi, Melanie sekelas dengan Rebecca dan Lilian. Sebelum masuk ke kelas, Melanie berbincang sebentar dengan mereka berdua. Rebecca, gadis itu masih sedikit bicara.

"Tidak bisakah kau lebih terbuka? Aku tidak akan menyakitimu."

"Jangan memaksanya seperti itu, Melanie. Kau dan dia itu berbeda," sahut Lilian seraya menepuk punggung Melanie pelan.

"Aku tidak terlalu pandai bicara," ucap Rebecca tersenyum tipis.

Saatnya masuk kelas, Melanie memilih untuk duduk di belakang Lilian dan Rebecca, di bangku paling belakang. Sibuk menyiapkan alat tulisnya, Melanie tidak terlalu menghiraukan seseorang yang duduk di sampingnya. Sampai sapaan dari orang itu mengagetkannya.

"Hai!"

"H-hah?" Tatapan Melanie terpaku pada seseorang yang berada di sebelahnya. Ia diam tak berkutik bahkan saat seseorang berjenis kelamin laki-laki itu memanggil namanya berulang kali.

Interupsi seorang guru baru menyadarkannya. Buru-buru Melanie mengalihkan pandangan dan memilih fokus dengan guru di depannya.

Siapa gerangan laki-laki itu? Siapa lagi kalau bukan Alan. Sepanjang pelajaran berlangsung, Alan terus saja mengoceh.

"Hei, kau Melanie 'kan? Melanie si Mak Lampir itu?"

"Haha, akhirnya aku sadar kalau cewek kemarin itu ternyata kau."

Melanie berkali-kali mengusap telinganya yang panas karena ocehan Alan. Sungguh, jika saja ia tidak ingin mengacaukan pelajaran, ia ingin sekali melaporkan Alan kepada guru yang mengajar di depan. Alan benar-benar berhasil merusak konsentrasinya.

"Sstt, diamlah! Aku tidak mengenalmu. Jangan berlagak seolah kita pernah saling kenal," ucapnya penuh penekanan seraya berbisik. Sempat membuat Alan diam sejenak, sebelum akhirnya ia tetap berucap lagi.

"Meski penampilanmu berubah drastis seperti ini, aku tetap mengenalimu wahai Melanie," ucap Alan tertawa kecil. Sangat lirih dan hanya Melanie yang dapat mendengarnya.

Tak peduli lagi soal Alan, Melanie memutuskan untuk tetap fokus sampai pelajaran selesai. Lama kelamaan Alan akhirnya diam juga.

Di kantin yang ramai sekalipun, entah bagaimana Alan bisa menemukannya. Entah sengaja atau tidak, Alan memilih duduk di depan Melanie. Padahal Alan  sedang bersama dengan teman-temannya, yaitu Kenzo, Edric, dan Arthur.

Lilian dan Rebecca yang bingung hanya menoleh ke arah Melanie yang tampak cuek dan memilih untuk menghabiskan makanannya.

"Melanie, bukannya dia yang menendang bola ke arahmu kemarin?" Melanie bergumam sambil mengangguk menjawab pertanyaan Lilian.

"Apa yang mereka lakukan di sini?" tanya Rebecca berbisik tetapi masih bisa didengar oleh Melanie dan Lilian. Melanie lagi-lagi hanya menggidikkan bahu tanpa menoleh ke arah depan yang jelas-jelas ada Alan.

"Hai, Mel," sapa Alan. Melanie memutar bola matanya malas.

"Aku tidak mengenalmu. Jangan menganggu," ucapnya sewot. Teman-teman yang lain hanya menyaksikan percakapan mereka.

"Mau apa kau kemari?" Lilian yang merasa cukup tahu tentang Alan setelah insiden yang menimpa Melanie kemarin menimpali.

"Duduk dan makan. Apa lagi?" jawab Alan santai. Teman-temannya hanya tertawa kecil mendengar jawabannya.

"Aku tidak yakin hanya itu tujuanmu." Lilian menatap Alan dengan tatapan intimidasi.

"Oh, ayolah. Jangan tegang begitu. Santai saja dan nikmati makananmu," ujar Kenzo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MELANIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang