05

333 55 3
                                    

Hallo semua! Aku kembali lagi dengan menumpahkan isi fikiran diwaktu luang.

.

.

.

* * *

"Putri cantik juga dek" goda Pak Moren yang membuat putranya langsung meresa ciut dan malu.

"P-papah udah dateng?sejak kapan?" Tanya Fajri mengalihkan pembicaraan.

"Mmm udah daritadi"

"Harusnya kamu anter pulang aja Putrinya" lanjut Pak Moren.

"Papah ih jangan gitu Fajri malu tau, ajaran papah bisa ngebuat pipi Putri jadi warna merah" ucap Fajri khas seorang anak kecil yang sedang bercerita.

"Oh iya? Bagus dong, nanti papah ajarin trik yang lain ya yang lebih manjur,tapi jangan kasih tahu bang Fenly oke"

"Haha" mereka berdua tertawa lepas.

"Yaudah ayo kita masuk,papah mau ngobrol dulu sama om Metas" ajak Moren menggandeng tangan sang anak.

Beginilah jika seorang Pak Moren mengajari anak bungsunya untuk bergombal, walau Ia sering sibuk karna pekerjaannya tapi dia harus bisa menympatkan waktu untuk anak-anaknya bercerita atau bermain dengannya.

Kalau sampai Pak Moren tidak bisa membagi waktu untuk bersama keluaraga dia bakalan tertinggal jauh untuk melihat perkembangan anaknya dan bagaimana anak-anaknya itu.

Punya perusahaan dimana-mana kadang membuatnya lelah harus bisa ngontrol sana sini tapi ini demi keluarganya dan demi amanat sang ayah yang harus melanjutkan usahanya.

* * *

Fajri berlari memasuki rumahnya yang sangat besar, disetiap sudut selalu ada bagian kosong yang tidak diisi oleh apapun, bukannya mereka tidak mampu tapi mememang rumahnya saja yang begitu besar hingga bingung harus mengisinya dengan apalagi.

Fenly merebahkan badannya dalam posisi setengah duduk dengan tangan dan mata yang fokus pada ps yang sedang ia mainkan,membuat sang adik tambang bersemangat berlari menghampirinya.

"Bang Fenly, Fajri pulang" seru Fajri membantingkan tibuhnya kesofa yang ada dipinggir Fenly.

"Hm, jangan berisik bentar lagi abang menang nih!" Perintah Fenly sambil mengarahkan jari telunjuk kanannya kedepan bibir.

Tapi sepertinya perintah itu tidak terlalu dihiraukan oleh Fajri, ia malah makin menjadi-jadi dengan bermain lompat lompatan diatas sofa.

"Abang kalah,abang kalah, yhaaa nyawanya ada dua lagi bang, kalah wleee wleee" Fajri berteriak dengan melompat lebih tinggi.

"Sssttt, berisik dek! Abang jewer nih ya kuping kamu" tegas Fenly dengan mata terus terbuka tanpa berkedip.

"Bodo wlee bang Fenly harus kalah biar cepet sele--

Bugh

"AWW PAPAH" teriak Fajri yang tersungkur jatuh kelantai dan kepala terbentur meja yang berada didepannya.

"ASTAGA DEK" dengan cepat Fenly melpaskan stickPs yang ia pegang dan langsung menangkat sang adik untuk duduk dikursi.

FAJELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang