13

239 40 9
                                    

Halloo semua.
Apa kabar? Semoga selalu baik ya. Oh iya, welkam buat pembaca baru. Semenjak aku bikin trailer ala ala kemarin terus aku post di IG dan TIKTOK banyak banget teman teman yang mampir kecerita ini. Sekali lagi makasih banyak.

Happy 2k~ thank you buat semuanya yang mau baca cerita ini dan aku minta maaf sekalian menyampaikan kenyataan kepada pembaca baru, karena aku pribadi nulis cerita ini pure sebagai hobi aku. And you know lah definisi HOBI itu seperti apa. Jadi maaf buanget kalo misalkan postnya lama banget, bahkan bisa sampai berminggu minggu. Tergantung mood❤.

IG: @mimpijua
TIKTOK: @nnnrapat

Udahlah banyak omong banget aku hihi. Pokonya makasih and happy reading.

.

.

.

Setelah menemui pak Hadi diruanganya. Fajri tidak langsung kembali ke apartmen, Ia berniat untuk menunggu dua temannya pulang agar dapat ikut dengannya pulang kerumah.

Seperti yang ia bicarakan dengan abangnya, Fajri akan mengusahakan untuk bisa pulang kerumah malam ini. Karena sudah hampir dua bulan ia tidak kembali kerumah. Bukannya tidak ingin pulang, hanya saja Fajri memang sedang sibuk akhir akhir ini. Ia juga harus menyiapkan pelajaran karena akan mengikuti beberpa olimpiade, jika Fajri dirumah mustahil untuk bisa fokus belajar.

Fajri membuka pintu ruangan pak Hadi. Ia melihat kanan kirinya yang sungguh sepi. Bell masuk kelas setelah istirahat baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu.

Ia berjalan kearah rooftop untuk sekedar menenangkan hati dan pikirannya sembari membaca buku kesayangnya yang tebal. Namun tidak luput dari fakta, bahwa Fajri sudah berpuluh kali membaca habis buku itu. Mungki ia juga hafal dengan dialog dialog yang ada didalamnya.

Ketika Fajri membuka pintu memuju rooftop, ia langsung disambut oleh angin yang cukup kencang. Bukan, ini bukan angin segar. Melainkan polusi yang bertebaran, berada dikota yang padat dengan penduduk, kendaraan pasti sangat jarang bisa menghirup udara segar.

Fajri menyipitkan matanya karena bersamaan dengan angin, matahari yang sudah naikpun seperti menyapanya. Fajri dapat melihat jelas kursi besi yang berada tepat disamping sebuah ruangan yang didalamnya terdapat mesin mesin. Ia sengaja memindahkan kursi itu dari tempatnya. Karena menurutnya bodoh sekali menusia yang nempatkan kursi pada tempat yang tidak beratap, apa mereka tidak memikirkan akan kepanasan dan kehujanan manusia yang mendudukinya.

Rooftop itu memang difungsikan seperti taman untuk siswa siswi disana. Ada banyak tanaman bunga yang membuat rooftop itu seakan seperti taman sungguhan. Namun karena cukup jauh dari kelas kelas para siswa dan tempatnya yang tidak memiliki cela teduh, rooftop ini jarang ada yang mengunjungi. Hanya ada beberapa orang saja, termasuk Fajri dan dua temanya.

Bagai markas bagi Fajri,Gilang, dan Shandy hampir setiap hari mereka kesini, karna sepi. Sampai sampai mereka memindahkan salah satu kursinya kedekat ruangan mesin agar ketika matahari naik bayangan dari ruangan itu membuatnya bisa berteduh.

Fajri duduk dikursi itu. Mulai membaca kembali buku itu sambil sesekali tersenyum tipis.

Tidak disadari, Fajri sudah berada disana hampir dua jam. Kini ia merebahkan tubuhnya dikursi dengan satu kaki yang ditumpangkan pada kaki satunya, buku yang menutupi wajahnya dari sialaunya cahaya dan masih setia ia baca.

FAJELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang