Aku. Phut, author Fajel benar benar minta maaf ke kalian semua karena ngilang gitu aja selama beberapa bulan ini. Bukan tanpa alasan aku ninggalin kalian semua diakhir part yang super duper gantung ini, karena jujur ada beberapa urusan di RL yg gak bisa aku tinggalin dan nyebabin aku stop nulis beberapa bulan ini. Ditambah lagi, aku ngehype Thai LAGI yang ntah kenapa bikin aku lupa sama kalian. But now, urusan di RL beberapa udah beres dan aku juga lagi gak sibuk sibuk banget buat hype bias Thai dan UN1TY, sooooo ayok kita mulai lagiiii.
Kalian apa kabar? Semoga selalu baik ya. Jagain UN1TY nya, dukung mereka terus.
* * *
Hening, itulah suasana saat ini. Matahari yang perlahan menghilang mulai memancarkan cahaya jingga nan indah, menyorot tiga laki laki yang kini terdiam menatapnya. Tidak ada yang membuka suara sejak tadi.
"Menurut lo berdua, kenapa gue pantes dapetin ini semua?" Tanya Fajri memecahkan keheningan.
Shandy dan Gilang menoleh serempak, saling melempar pandangan.
"Lo enggak pantes dapetin ini semua" balas Shandy.
"Tapi buktinya gue ngalamin semua ini"
"Allah sayang sama lo, Allah cuma lagi nguji lo"
"Selama ini? 8 tahun banget? Dosa gue sebesar itu kah? Sampai sampai Allah nguji gue segininya?"
"Aji, jangan gini"
"Gue lagi gak mau deeptalk" rengek Gilang yang jujur tidak bisa diajak serius.
"Sorry"
Fajri terkekeh ringan sambil membendung butiran beningnya itu agar tidak menetes, sangat tidak lucu kalau Fajri harus menangis sekarang.
Hening kembali berkuasa selama beberapa menit.
"Hari ini lo lebih tenang dari tahun kemarin"
Fajri seraya menoleh yang kemudian menghela nafas.
"Enggak juga"
"Enggak gimana? Jelas jelas hari ini lo enggak ada beratem atau ribut sama orang lain" jelas Gilang.
"Kalaupun ribut, gue enggak akan repotin kalian"
Shandy yang sedari tadi hanya diam kini menoleh pada Fajri dan menatapnya.
"Bukan gitu maksud gue Ji" ucap Gilang
"Gue ngerti kok maksud lo"
"Gue seneng karena perlahan lo bisa lupain dia dan jalanin hidup lo dengan normal"
"ANJING" umpat Shandy yang terdengar samar samar. Shandy menyadari bahwa omong kosong Gilang barusan bisa membangunkan singa tidur.
"Maksud lo?" Tanya Fajri yang kemudian memposisikan duduk menghadap ke Gilang.
Menyadari kalimatnya tadi, kini Gilang memasang wajah panik.
"Enggk, maksud gue bukan gitu Ji" ucap Gilang sedikit gagap.
Fajri menghela napas berat, kembali pada posisinya. Kalimat shandy benar, dia lebih tenang hari ini. Jika ia harus memperpanjang ucapan gilang tadi, bukan tidak mungkin jika dia dan gilang yang malah ribut.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJEL
Teen FictionTentang hujan dan janji, tentang trauma dan ketakutan, cinta dan benci, bertahan dan pergi, dan bukan hanya tentang dua manusia tapi lebih. Tentang dia dan mereka yang terluka, keluarga yang tak lagi berdamai, dan baginya, tentang seorang ibu yang...