12.

24.9K 1.9K 97
                                    

Jangan lupa voment ya.

Author Pov.

Celo mengerjab pelan, dia merasakan pelukan seseorang di tubuhnya. Perasaan tadi dia kayak jatuh gitu turun gelinding dari tangga.

"Lo gapapa?"

Celo mendongak, ternyata Qeiza yang memeluknya. Celo ada di atas tubuh Qei, mereka berdua ada tergeletak di lantai "Qei...kepala kamu berdarah.." lirih Celo shock.

Apa Qeiza tadi menolongnya!? Qeiza tak menjawab dan mencoba untuk bangun. Dia menahan punggung Celo agar tidak jatuh dan berdiri perlahan, walau terhuyung.

"Gue gapapa, lo gak luka kan? Uda tau gabisa naik tanggga, ngapain lo naik. Untung tadi sempet gue peluk" bisik Qeiza lemas, walau begitu dia tetap menggendong Celo ala koala.

Mereka berjalan perlahan menuju pintu "Qei..hiks...kamu luka...hiks...gara-gara Celo?..hiks...maaf..huhuuuuu Celo emang bawa sial...hiks...maaf Qei.." racau Celo disertai air matanya.

Dengan tangan gemetar dia hendak menangkup wajah pucat Qeiza, tapi tertahan karena dia ingat Qeiza mengatakan jika dia kotor.

Alhasil Celo menarik kembali tangannya dan merematnya "Maap...hiks..maap..Qei...hiks...maap.." lirih Baby Celo, dia tak tau harus bagaimana.

Qeiza tetap diam, dia membuka pintu mobil dan mendudukan Celo di kursi penumpang, lalu Qeiza berjalan perlahan menuju kemudi.

Setelah masuk, Qei mencoba menahan rasa sakit dan mengemudikan mobilnya. "Qei...hiks..maap.." lirih Celo lagi, Qeiza hanya mampu diam karena tak ada lagi tenaga untuk berbicara.

Dan Celo menganggap jika Qeiza masih marah padanya, jadinya dia hanya diam dengan bibir bawah yang digigitnya. Agar isakannya tak semakin kuat.

"Hiks.."

Sepanjang perjalanan mereka, hanya isakan Celo saja yang terdengar. Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, akhirnya mereka sampai di Rumah Sakit.

Qeiza membuka seatbeltnya dan keluar, lalu membuka pintu di sebelah Celo "Aku..hiks...disini aja.." cicitnya takut. Dia takut kembali membuat Qeiza terluka.

Qeiza tak memperdulikan ucapannya, dia menggendong bridal Celo kemudian membawanya keluar. "Qei..hiks.." lirihnya, ayolah. Setidaknya katakan satu kata atau kalimat pada Celo.

Celo memilih meremat kemeja putih Qeiza dan menangis disana. Sedih sekaligus takut Celo rasakan, dia bahkan tak pedulia dengan tatapan orang banyak karena dia digendong perempuan.

"Qei...hiks...janan tinggalin Celo...hiks..Celo gamau sendirian..hiks.." isak Baby Celo, tubuhnya semakin bergetar.

Dia takut, Qei akan membuangnya.

*****

Setelah mendapat 4 jahitan di kepalanya, kini Qeiza dirawat di ruang VVIP Rumah Sakit Kasih Ayah.

Kata Dokter lukanya tak memberikan efek besar, hanya mual dan pusing. Qeiza memaksa Celo untuk ronsen karena dia takut ada tulang atau luka dalam pada tubuh Celo.

Padahal, tubuhnya sendiri gak baik.

"Uda, gue gak papa. Berhenti nangis" ketus Qeiza datar, dia masih marah btw. Dia tak semurahan itu untuk memaafkan Celo.

Celo menelungkupkan kepalanya di kasur pinggiran Qeiza, bahunya bergetar kuat karena tangisannya tak kunjung berhenti. Bahkan matanya sudah bengkak.

"Huhuuuuuuu....hiks...gara-gara Celo..hiks....gara-gara Celo..hiks..maap.." racaunya tak henti-henti, Qei bosan denger ucapan Celo.

Jadi dengan tenaga badaknya, dia menggendong Celo dan mendudukannya di pangkuan Qeiza. Qeiza mencium pipi Celo sembari menjilati air matanya.

"Berhenti menangis" ucapnya datar.

Celo berusaha menghentikan tangisnya, alhasil isakan dan sesenggukan saja yang tersisa di bibirnya. Qeiza kembali menjilati air mata Celo, kemudian menciumi wajah Celo.

"Bukan salah lo, gue reflek nangkep badan lo tadi. Jadi itu salah gue karena nolongin lo" ucap Qeiza datar.

Membuat Celo terdiam dan terhenyak, SAKIT KALI HATINYA WOILAH!..tubuhnya kembali bergetar. "Hahahaha...harusnya kamu biarin aja aku jatuh..ha..haha..benar, biar aku mati sekali-"

Chuup.

Qeiza memotong ucapan Celo dengan ciuman di bibir. "Bawel, kepala gue sakit" ketus Qeiza. Celo mendelik kesal dan memeluk leher Qeiza erat, kesal sekaligus sedih campur aduk.

"H-habisnya....hiks kamu...hiks..Huaaaaaaaaaaaaa" aelah bayik nangis mulu. Heran.

Qeiza mengelus rambut Celo perlahan dan mengecup bahunya. Bahkan menggigitnya sekaligus menghisapnya, sampai membentuk cupang disana.

"Hiks..Qeiza...hiks.."

"Kena-"

BRAK!!

"QEIZA!!"

Keduanya menoleh, mata Qeiza langsung membulat sempurna "EOMMA!?"

Mampus, masalah baru.































Tbc.

Masih ada aja yang anggep cerita Ryn semudah itu ditebak, masih ada aja yang nyaranin chapter diperpanjang. Ini uda pas 600-700 word per chapter.

Kalau chapter diperpanjang, aku malesnya karena nanti banyak yang skip-skip tulisan. Mending langsung ke inti dan dapet feel, selesai. Gausah banyak basa-basi.

Mendadak Bayik! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang