18.

22.9K 1.6K 113
                                    

Yeu jangan lupa voment ya.

Author Pov.

Qeiza mengendarai mobilnya perlahan, dia tak mau ngebut karena masih ingin memperlama waktu antara dia dan Celo.

"Celo, jadi anak baik ya" ucap Qei lembut sembari mengelus tangan Celo.

Baby Celo yang tadinya sedang nge dot kini menoleh "Eum? Celo anak baik, Celo anak baik kan?" tanya nya lugu. Mata bulatnya mengerjab menunggu jawaban.

Qeiza mengangguk dengan senyum hangat di bibirnya "Celo anak baik kok, baik banget malahan" ujar Qeiza.

Celo bertepuk tangan dengan riang, dia anak baik kan, haha benar dong dia anak baik. Celo gitu loh. Mobil Qeiza mulai memasuki taman yang ada di dekat sebuah perkomplekan.

Qeiza turun terlebih dahulu, baru berjalan mendekati pintu mobil Celo. Dia melambatkan langkahnya, benar-benar tak siap dengan hal ini.

"Lo bisa Qei, lo pasti sanggup" ujar Qeiza menyemangati dirinya sendiri.

Begitu dia membuka pintu, Celo langsung merentangkan tangannya "Enggak boleh gendong, Celo harus jalan" bujuk Qeiza lembut. Celo merenguk kesal.

Akhirnya dia menerima tangan Qeiza dan menggenggamnya erat, Celo berjalan perlahan keluar dari mobil. Matanya begitu cerah melihat pemandangan taman yang indah.

"Kita mau apa kemari?" tanya Celo babi. Qeiza masih diam dengan senyum manisnya, pegangannya pada tangan Celo mengerat.

Mereka berjalan mendekati kursi yang ada di bawah pohon, tak terlalu terkena sinar matahari sore. "Celo duduk disini dulu" ujar Qeiza sembari mendudukan Celo di kursi.

Celo menurut, dia duduk dengan tenang. Tangannya tak lepas dari tangan Qeiza "Qei juga duduk sini" ujarnya sembari menepuk spot kosong di sebelahnya.

Qeiza menggeleng, dia hendak berjalan menjauh sebelum Celo menahan tangannya "Mau kemana? Mau tinggalin aku? Kamu mau kemana?" tanya Celo beruntun.

Dia nampak takut ditinggal Qeiza, Qei mengelus kepala Celo dan mengecup dahinya "Aku mau ambil tas dulu, kamu disini aja loh ya" ujar Qei lembut.

Celo sebenarnya enggan, tapi Qeiza meyakinkan Celo "Bentar aja, sekalian beli minum" bujuknya lagi. Celo melepas pegangannya dengan tak rela.

Dia memejamkan matanya saat Qeiza mencium singkat bibirnya "Bentar aja, aku sayang kamu Cel. Selamanya bahkan saat kamu uda punya orang lain" bisik Qeiza lembut.

Celo segera membuka matanya, apa maksud Qeiza. "Qei-"

"Hump!" Celo meronta saat tubuhnya di tahan dari belakang. Kepalanya segera mendongak, matanya membulat.

Seiring dengan lepasnya bekapan tadi "P-papa?..papa mau apa disini?" tanya Celo bergetar, dia segera menatap ke tempat Qei berjalan tadi.

"Papa mau bawa kamu pulang, kamu harus berobat" ujar Josep datar. Celo berusaha melepaskan cengkraman Papanya, dia gamau pisah dari Qeiza, dia gamau.

Dia bahkan belum nyatain perasaanya "Gamau Pa..hiks..Celo gamau..hiks...Celo gamau pisah dari Qeiza.." lirih Celo memohon.

Josep mendecih "Papa akan kembalikan Celo yang dulu, yang angkuh, sombong, dan diktator. Bukan Celo cengeng seperti ini" gumam Josep dingin.

Celo menggeleng ribut, dia meracaukan nama Qeiza berulang kali. Apalagi ketika gadis itu berdiri di dekatnya dengan tas besar milik Celo di tangannya.

"Qei..hiks..Celo gamau pergi..hiks..huhuuuuuu Celo gamau pisah dari Qei...hiks...bilang sama Papa Qei..hiks...Celo gamau pergiiii" adu disertai tangisan menyayat hati Celo berikan.

Dia berusaha meronta, tapi apa daya tenaganya kalah besar dari sang Papa. Qeiza menatap datar Celo, dia meletakan tas besar itu di sebelah Celo "Saya pamit Om." ucap Qei tenang.

Josep mengangguk "Terima kasih sudah menjaga Celo yang pecundang ini. Kamu memang anak yang baik Qeiza, kamu pantas dapat yang lebih daripada Celo" ucap Josep lembut.

Dia dan istrinya sangat menyayangi Qeiza karena selalu berada di samping Celo, tapi mereka tak mungkin memberikan gadis baik itu pecundang seperti Celo.

Dia pantas dapat yang lebih.

Celo termangu, wajahnya pucat dan air mata mengalir perlahan dari kedua matanya "Qei..hiks..kamu gabakal biarin aku dibawa Papa kan?..iya kan?" lirih Celo memohon.

Qeiza tak menjawab, dia berbalik dan langsung pergi dari sana. Mengabaikan teriakan histeris dari Celo yang terus memanggilnya.

Air mata perlahan turun dari mata Qeiza, hanya saja raut mukanya masih dingin. Benar, ini jalan yang benar dan sudah seharusnya terjadi.

"QEIZA!! hiks..QEI JANGAN TINGGALIN AKU!! HUAAAAAAAAAA MAAFIN CELO KALAU NAKAL QEI!!..hiks..TAPI JANGAN TINGGALIN CELO!!" histerisnya.

"Ini karena kamu pecundang, bahkan sudah sebesar ini masih pakai popok. Kamu pikir Qeiza mau punya suami aneh seperti kamu" bisik Josep jahat

Celo menggeleng ribut "ENGGAK!! Hiks....QEIZA!!...hiks..jangan tinggalin aku...hiks..kumohon.." Celo tak bisa hidup tanpa Qeiza, dia sudah terbiasa.

"Kamu bakalan Papa jodohin sama anak pembantu Qeiza. Kalian cocok, orang gila sama orang aneh. Cocok sekali" ejek Josep lagi.

Aku aneh..hiks..aku aneh dan aku gak pantes buat Qeiza..hiks..

"ENGGAK!!..hiks...QEIZAAAAAAAAAA!!..hiks...AKU CINTA SAMA KAMU QEI!! JANGAN TINGGALIN AKUUUU!!"

Qeiza terdiam "Berisik" Josep mengambil alat kejut listrik miliknya.

Dan menempelkannya di leher Celo, sampai membuat pria itu mengejang "ARGHHH!! QEIZAAAAAAA!!"

Qeiza berbalik, dia menutup mulutnya agar tak histeris. Sadis, tapi ini jalan yang harus mereka terima.

Qeiza yang harus menerima perjodohan dari orang tuanya karena ketahuan berbohong soal Celo, dan Celo yang harus dijodohkan karena ke anehannya.

"Maaf Cel.." lirih Qeiza pilu saat melihat tubuh lemas Celo di gendongan Josep.

Benar, ini jalan yang harus mereka terima.














































Benar, ini jalan yang harus mereka terima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah terbit loh, ikutan Po nya yak!Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Udah terbit loh, ikutan Po nya yak!
Tbc.

Btw, chapter 1 lagi uda end. Sad ending btw guys. Yok bisa yok, 60 komen 150 vote.

Mendadak Bayik! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang