(22) Misi Ketiga

1.6K 138 35
                                    





(Senin, 5 September 1977 - Lanjutan ...)

Setelah hari yang bahagia tanpa Ramuan, Hermione dan Draco diam-diam mengerjakan PR Arithmancy pagi itu. Mereka berhenti ketika pintu ruang rekreasi Ketua Murid terbuka. "Aku tidak percaya ini!" Lily Evans memproklamirkan ketika dia menyerbu ke ruang rekreasi. Terkejut, Hermione menjatuhkan buku besar Arithmancy di kaki Draco. Si pirang meraih kakinya, menggumamkan sumpah di bawah nafasnya.

Lily tampak malu ketika Hermione dengan hati-hati mengambil bukunya dan memeriksanya apakah ada kerusakan. "Oh, maaf," kata Lily lembut ketika dia merosot ke sofa merah tua.

"Bagus, tidak apa-apa," kata si rambut coklat.

"Buku sialanmu yang kau khawatirkan?" Draco menuntut.

"Ya," kata Hermione, meletakkan buku di atas meja. "Jika kakimu sama kerasnya dengan kepalamu, maka kau seharusnya baik-baik saja." Matanya melebar saat Draco menyeringai penuh gairah padanya. "Itu tidak benar."

Hermione merona merah dan Draco menoleh ke Lily. "Apakah ada alasan kenaoa kau senang jika kakiku patah?" dia bertanya.

"Jangan cengeng seperti itu," kata Slytherin kelahiran Muggle, membalik-balik halaman bukunya untuk menemukan halaman yang sedang dia baca tadi.

"Ini buku yang berat!" Draco bersikeras saat dia mengalihkan pandangannya ke Lily. "Kau oke?"

"Oke apa?" Lily bertanya, mengambil bukunya dari tasnya.

"Apa masalahmu?" si pirang bertanya.

"Severus Snape," Lily mengeluh, "adalah masalahku. Profesor Flaherty menugaskanku untuk berkelompok dengan Severus Snape dalam proyek kelas kami. Nilainya akan dibagi dua untuk ujian akhir nanti."

"Yah, itu bagus," kata Hermione, memeriksa formula rumit di bukunya. Dia berhenti dan mengerutkan alisnya. Apakah dia benar-benar baru saja memberi tahu Gryffindor kelahiran Muggle yang bekerja dengan Slytherin (bukan sembarang Slytherin, tetapi Kepala Asrama Slytherin di masa depan) adalah hal yang "baik"? Luar biasa! "Dia pandai dalam ramuan."

"Dia ada benarnya. Sev tua luar biasa di Ramuan," kata Draco dengan sedikit seringai.

Hermione memelototinya. "Jadi, apa tugasnya?" dia bertanya.

"Untuk mencari dan membuat ramuan yang tidak diajarkan di kelas," kata Lily.

"Veritaserum adalah ramuan yang menarik," kata Draco, membalik-balik buku Arithmancy-nya.

"Dan ramuan yang digunakan oleh Kementerian," kata Lily.

"Kau sangat pandai Ramuan, kau harus tahu itu," Hermione berkata pada Draco. "Ramuan persahabatan bisa berguna. Jujur saja, kami sedang mengerjakan ramuan jampi memori sebelum kami datang ke sini." Dia memelototi Draco. "Hanya saja, jangan biarkan partner idiotmu memberi quotient dua kali lebih banyak dari wolfbane dan hellebore ketika mencampurnya dengan thistledown dan thyme."

Lily tertawa. "Tentu saja tidak, apa yang terjadi kira-kira?" kata Lily. "Itu membuat ramuannya tidak stabil. Aku bahkan pernah mendengar seseorang dikirim ke masa lalu karena hal itu."

Hermione dan Draco menatap Lily. "Apa yang terjadi?" mereka berdua menuntut.

Lily mengerutkan kening karena minat mereka yang tiba-tiba. "Dia kembali pada masa Perang Salib dan dibakar di tiang pancang sebagai penyihir ironisnya. Sayangnya, dia tidak tahu Mantra Api. Kematian yang kacau."

"Oh ..." kata Hermione, mengerutkan kening. "Yah, ramuan persahabatan bisa berguna."

"Jika saja kami bisa bekerja sama cukup lama untuk menyelesaikan proyek tanpa saling membunuh," jawab si berambut merah. "Severus benar-benar menyukai Ilmu Hitam. Kudengar dia bahkan tahu Kutukan Pembunuh." Dia menelan ludah. "Aku membenci itu. Sebelumnya kau hidup dan kemudian mati." Si rambut merah bergidik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Why We Fight? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang