(5) Misi Pertama

2.9K 380 20
                                    





(Jumat, 2 September, 1997)

Di Ruang Rekreasi, Draco, James, Sirius, dan Remus sedang membandingkan diri mereka masing-masing sedangkan Peter menatap Marauders dan si anak baru bergantian. Sirius menyilangkan tangan di depan dada dan berdiri dengan tegap. Ia sedikit lebih tinggi dari Draco dan lebih berisi. Draco menaikkan sebelah alis matanya. "Ada masalah, mate?" tanyanya. Dad pasti akan membunuhku jika aku tidak membunuh ayah baptis si Potter, pikirnya. Tapi tadi dia menggodaku, jadi lupakan saja. Aku akan terus teringat hal itu jika kembali nanti. Draco tersenyum tipis seraya membayangkan sebuah skenario di kepalanya:

Lucius akan berkata, "Ke mana saja kau, Draco?"

"Aku pergi ke masa lalu bersama Granger," balas Draco.

Lalu Lucius akan membalas, "Kau bersamanya bla bla bla bla dan kau tidak membunuh si Mudblood itu!?"

Draco mengerutkan dahinya, "Tentu saja tidak. Aku ketakutan secara emosional karena kau menggodaku di masa lalu."

"Aku tak melakukan hal seperti itu."

"Kau melakukannya. Ingat? 'Ingin bergabung dengan kami?'. Kau menggodaku dan… Hermione Granger, teman Mudblood si Potter!"

James, Sirius, Remus dan Peter menyadari bahwa Draco memiliki wajah 'jahat'. Mereka saling bertukar pandang dan mengangguk. "Jadi, Aquilus, kau suka keonaran?" tanya James.

Draco tertarik keluar dari imajinasinya dan menatap ayah Anak-Yang-Bertahan-Hidup. "Yeah, aku tak pernah merasa cukup tanpa keonaran," ujar Draco.

"Kau tahu, Sirius, Remus, Peter, dan aku… kami adalah Marauders, kami selalu bisa membuat Filch termakan oleh sejatanya sendiri," James sedang membuat sebuah penawaran. "Karena ini adalah tahun terakhir kami, kami ingin mewariskannya."

Mereka adalah Animagi. Mereka dapat mengajariku. Ha, Granger tak mendapat kesempatan ini! Pikir Draco. Seringaiannya tak kalah dengan seringaian Lucius. "Terdengar seperti sebuah rencana yang hebat," ucap Draco, mengabaikan reaksi ayahnya dan Profesor Snape jika tahu bahwa ia sedang mebuat sebuah aliansi dengan para Gryffindor; bukan Gryffindor biasa melainkan ayah dan ayah baptis musuhnya di masa depan, Harry Potter.

"Akhir bulan ini akan terjadi bulan purnama, temui kami di Dedalu Perkasa," ucap Sirius.

"Sirius, itu bukan ide yang baik," ucap Remus dengan penekanan di suaranya. "Aku masih belum memaafkanmu atas apa yang kaulakukan pada Snape."

"Tenanglah, yang satu ini tidak seperti Snape," jawab Sirius.

"Snape pecundang. Yang satu ini memiliki potensi," tambah James.

"Ba—bagaimana dengan pacarmu?" tanya Peter.

"Pacarku?" tanya Draco dan keempat Marauders mengedikkan kepala mereka ke area Ketua Murid Perempuan. Kedua mata Draco membulat.

Mereka pikir Mudblood itu pacarku! Batinnya.

Granger pasti akan kesal jika tahu aku mengaku sebagai 'pacarnya' pada ayah pacarnya . "Oh, Mione? Dia akan baik saja tanpaku… untuk sementara waktu. Dia kadang manja tapi dia melakukan hal-hal yang luar biasa…" ucapannya terputus, Draco menutup matanya berpura-pura mengingat kenangan menyenangkan dan nakal.

"Lanjutkan…" ucap Peter.

"Jangan hiraukan Peter. Dia tidak memiliki kehidupan seks," ucap Sirius. "Tapi, kau boleh melanjutkannya…"

"Dia akan membunuhku… dia berpura-pura menjadi murid baik-baik tapi ketika kau melihatnya telanjang… dia sama sekali tidak seperti murid baik-baik," ucap Draco.

"Aku penasaran apakah Lily seperti itu juga," celetuk James.

"James menyukai Lily… dia tidak sadar," jelas Remus dan wajah James pun bersemburat merah. Ia menatap Draco dengan curiga, si bocah berambut pirang platinum itu sedikit gemetar di bawah tatapannya.

James merengut heran lalu mengumpulkan para Marauders dan berhimpitan. "Aku tidak percaya dia," kata Remus.

"Well, kau pasti akan merasa paling kehilangan jika dia mengkhianati kita," ucap Sirius. Kata 'jika' terdengar lebih seperti 'ketika'.

"Kita bisa memberinya beberapa tes," James memberi usul. "Masing-masing dari kita akan memberinya sebuah tes… jika dia berhasil melaksanakan semuanya maka kita akan mengajaknya bergabung dengan kita. Oke, boys?"

Sirius dan Remus masih menimbang-nimbang usulan James, sedangkan Peter segera setuju. Remus menggigit bibir bawahnya, ia masih berat dengan keputusan yang akan diambilnya. "Oke… tapi aku akan Obliviate memorinya jika dia berpikir untuk mengkhianati kita."

Dengan enggan Sirius pun setuju dengan keputusan tersebut. "Siapa yang pertama?" tanyanya. Matanya yang gelap berkilat nakal seraya membayangkan tes apa yang akan diberikannya.

"Peter," ucap James.

"Aku?" Peter berjengit. "Oh, aku tahu! Dia bisa menyelinap ke dapur dan membawakan sesuatu untuk kita makan."

"Apakah pikiranmu hanya tentang makanan?" Sirius menghela nafas.

"Itu tes yang bagus… jika dia bisa menyelinap tanpa ketahuan, ia akan menjadi Marauders yang hebat," ucap James. "Dan kita harus memberinya imbalan jika dia berhasil menyelesaikan tes."

"Bagaimana jika mengijinkannya memakai jubahmu?" usul Remus. James menggigit bibir bawahnya lalu mengangguk.

"Sekarang mari kita lanjutkan," James dan ketiga sahabatnya membubarkan lingkaran. "Kami memiliki misi untukmu. Jika kau berhasil kau boleh bergabung dengan kami."

"Kenap—" Draco mengurungkan niatnya untuk mengeluh. Aku harus berhenti melaksanakan tugas yang diperintah oleh orang, pikirnya dengan pahit. Tapi ini menguntungkan. Demi menjadi seorang Animagus. "Baiklah, apa misi untukku?"

Keempat Marauders membawa si pirang ke kamar Ketua Murid Laki-laki. Terdapat empat ranjang yang dihiasi dengan warna merah dan emas.

Bloody Gryffindors, batin Draco dengan kebencian. James membuka koper dan mengeluarkan jubahnya. "Kau bisa menggunakan ini," ucapnya.

Draco heran, "Sebuah jubah?"

"Kurasa ini saatnya kau mengetahui satu rahasia kami," James tertawa kecil. "Ini bukan sembarang jubah," James mengenakan jubah tersebut pada bahunya, membuat badannya tak terlihat dan kepalanya seolah melayang.

"Jubah tembus pandang," ucap Draco. Tentu saja! Aku tidak dapat membayangkan bagaimana kepala Potter melayang-layang, dia mengenakan jubah ini, pikirnya.

"Misimu adal—" ucapan James terpotong.

"Sebaiknya kau menerimanya," ucap Peter, menginterupsi James. Yang lain menatapnya tajam.

"Adalah membawakan kami makan malam dari dapur," James menyelesaikan ucapannya yang terpotong.

"Oke. Di mana dapurnya?" tanya Draco.

"Itu yang harus kau cari sendiri," James melempar jubahnya pada Draco.

"Bloody hell," Draco mendengus. Marauders terkekeh dan Draco menghilang dibalik jubah.

Pintu ruang Ketua Murid Laki-laki terbuka lalu tertutup. "Menurutmu dia tidak akan tertangkap?" tanya Peter.

"Tak mungkin," Sirius menyeringai. "Bahkan dengan jubah sekalipun."


To be Continued ~

Why We Fight? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang