Zella sudah benar-benar di izinkan untuk pergi sekolah, pagi ini, dia sudah memakai seragam yang terasa asing. Karena dia baru disini, ah, anggap saja dia amnesia. Walaupun sebenarnya, sudah beda jiwa yang menempati tubuh Zella. Tidak apa, bukan suatu masalah besar.
Zella menatap pantulan dirinya di cermin, dengan seragam pas, wajah tanpa polesan make up, dan rambut yang dia kuncir kuda dengan menyisakan sedikit anak rambut disamping membuat terkesan, lucu.
Tetapi mungkin, tidak lama lagi rambut panjang itu akan hilang karena Cia lebih menyukai rambut pendek. Apakah dia akan memotong rambutnya? Tetapi, apa potongan yang sesuai untuk dirinya?
Lebih baik itu dia pikirkan nanti.
Setelah dirasa selesai, Zella memutuskan turun menemui ayah, bunda dan Gio untuk sarapan bersama. Zella turun dengan sepatu yang sudah dia kenakan dan tas yang diletakkan di pundak samping.
"Good Morning," Sapa Zella pada mereka yang sudah berada di meja makan.
"Too," jawab mereka, serentak.
Mereka memulai sarapan dengan hening, tidak ada satupun yang mengeluarkan suara karena fokus pada makanan didepannya, setelah selesai, mereka tidak langsung pergi.
"Zella mau sama ayah atau Gio?" Tanya ayah.
Zella berfikir sejenak, "Sama Gio aja, yah. Yang searah, satu sekolah juga."
Ayah mengangguk mengerti.
Zella dan Gio pamit ke kedua orang tuanya dan pergi ke sekolah dengan menaiki mobil Gio.
Lima belas menit waktu yang dibutuhkan untuk mereka sampai di sekolah dengan selamat, jika mau tidak selamat ya, lima menit saja sampai, sampai kuburan.
Haha, tidak. Jangan mati dulu.
"Kamu masih ingat dengan kelasmu?" Tanya Gio, bodoh.
Zella memutar bola matanya malas, setelah bersama Gio kini dia tau, selain pemuda itu perhatian, ternyata dia juga sedikit bodoh. Ah, tidak, lebih tepatnya memang Gio tidak sekalem itu.
"Jangan bodoh, Gio!" Ucap Zella, Gio terkekeh pelan dan tangannya tertarik untuk mengelus surai lembut Zella.
"Nanti gua antar," ucap Gio dengan kata-kata yang sudah mulai santai. Tidak seperti sebelumnya yang kaku.
Zella mengangguk mengerti, mereka sudah sampai di sekolah. Banyak pasang mata yang melihat ke arah mobil Gio karena memang parkiran ini dibuat untuk siswa-siswi sekolahnya, jadi mereka semua memang di izinkan untuk membawa kendaraan.
Zella masih fokus pada ponselnya, tidak menyadari bahwa mereka sudah berada di parkiran sekolah. "Ayo keluar," ajak Gio.
Zella menoleh, melihat sekitar, dan benar saja dia baru menyadari jika mereka sudah sampai karena tidak memperhatikan.
Gio dan Zella membuka pintu bersamaan, mulai banyak yang membicarakan mereka. Bagaimana tidak dibicarakan secara Gio adalah salah satu siswa terkenal di sana. Ah, Zella juga.
Gio berjalan lebih dulu untuk menunjukkan kelas Zella, Zella hanya mengikuti dari belakang sesekali melihat sekitarnya. Zella berada di kelas 11 IPS 1 tentunya Zella lebih menyukai masa lalu daripada dia harus menghitung apel yang terjatuh.
Zella sebenarnya pintar, namun malas untuk belajar jadi ya, terlihat bisa saja.
"Nih, sampai. Masuk sana kenalan ulang bilang aja siswi baru gitu gua mau ke kantin." Kata Gio.
"Ck, yakali siswi baru, yang bener aja," balas Zella sedikit kesal dengan Gio yang semakin menjengkelkan. "Sana pergi." Lanjutnya.
Gio mengangguk, tangannya kembali mengusap rambut Zella setelah itu pergi ke kantin untuk menemui sahabatnya yang mungkin sudah berada di sana dari tadi, mereka memang selalu tepat waktu untuk berangkat tetapi tidak mengikuti pelajaran, hanya di kantin atau rooftop.
Sudah pintar, katanya.
Zella memasuki kelas tanpa mengetuk pintu, "Tempat duduk gua dimana?" Tanya Zella pada salah satu siswa, Alzen Rakha Adiwangsa, Zen.
"Paling belakang pojok," Jawab Zen seperlunya.
Zella mengangguk, "Thanks."
Zella berjalan tempat duduknya, cukup strategis baginya untuk tidur nanti. Semoga saja tidak ada hama atau rubah kecil yang akan mengganggu tidurnya.
Wait, ...
Zella belum mengenal mereka semua, bukan Zella yang belum mengenal, lebih tepatnya Cia. Tapi yasudah, dia sungguh malas.
Rasanya dia ingin homeschooling agar bebas tetapi itu pasti sangat tidak menyenangkan karena tidak ada masa-masa yang akan dijadikan sebagai kenangan.
SMA ADIWIYATA DHARMA
Bukan sekolah negeri, tetapi swasta. Milik seorang pengusaha properti, Dexton Adiwiyata dan sahabatnya, Alsagara Dharma.
Mereka bukan seorang om om pengusaha kaya, tetapi duda anak satu dan dua. Kompak sekali, bahkan, nasibnya saja sama. Sama-sama mengenaskan.
Tidak apa menjadi duda, asalkan uang mengalir selayaknya pipa rucika.
Cukup. Dexton dan Gara tidak sepenting itu.
Zella yang sedang tertidur di tempat duduknya terkejut saat mendengar teriakan keras dari orang, mungkin orang gila? Zella juga tidak tau.
"BANGUN MASIH PAGI UDAH TIDUR," Teriak seseorang yang diketahui bernama, Cleona Shaza Agshana, Leona. Sahabat dari Zella.
Zella bangun dan mendengus kesal, "Siapa sih sok kenal," sarkas Zella.
Kedua orang didepan Zella terkejut, sedikit. Dipikirannya, ada apa dengan Zella setelah hampir 3 Minggu menghilang tidak ada kabar? Ah ya, memang Gio sengaja merahasiakan dari semua orang, orang lain hanya tau jika Zella terjatuh di tangga.
"Lo lupa?" Tanya Laura Hanna Azeliya, Hanna.
Zella mengangguk malas, untuk saat ini dia hanya ingin tidur, tidak lebih. Matanya sangat berat untuk terbuka, entah, mungkin saja pengaruh obat yang tadi dia minum untuk proses penyembuhannya.
Sebenarnya dia sudah sembuh, tapi ya sudah, daripada diceramahi oleh bundanya.
"Gua Hanna, dan samping gua Leona. Kita sahabat lo kalau lupa," ucap Hanna memperkenalkan diri, sepertinya Hanna lebih peka dari Leona. Namanya saja sahabat, pasti ada yang peka, ada yang menyebalkan.
True?
Zella hanya mengangguk dan kembali meletakkan kepalanya diatas meja tetapi tak lama, bel tanda masuk berbunyi dan guru sejarah masuk ke kelas mereka.
***
iana.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRACIA NOT GRAZELLA [REVISI]
Fiksi RemajaTentang Cia yang bertransmigrasi ke tubuh Zella. Tentang Cia, Gracia Gevryana Sanjaya dan Zella, Grazella Feronica Alexander. Dua orang yang tidak saling mengenal, tetapi terjebak dengan yang namanya 'transmigrasi'. Ah tidak, bukan mereka berdua yan...