Sandalku dan sandalmu bisa jejer bareng aja aku dah merasa bahagia — Bebi Raeli Simbolon.
——————
— 7 Tahun Setelah Kelulusan Sekolah.
Gilang menurunkan seorang anak laki-laki dari gendongannya. Bocah bernama Hugo yang usianya baru 2 tahun itu berjalan pelan menghampiri seorang wanita yang tengah berdiri memunggunginya. Setelah sampai pada wanita itu, Hugo memeluk kaki si wanita yang ternyata adalah Luh Saka Ravinda.
Vinda terkejut dan refleks menunduk. Senyumnya mengembang melihat si menggemaskan Hugo. Vinda berjongkok dan memegang kedua lengan anak itu. "Kamu dari mana aja, hm? Jalan-jalan, ya, sama Papa?" tanya Vinda dengan nada lembut.
Gilang hanya berdiri di tempatnya tadi, tangannya masuk ke saku celana, memandang sambil tersenyum.
Tak lama kemudian, seorang wanita lain datang dengan raut panik. "Gilang, anak gue mana?" kata Ghea membuat Gilang menggerakkan dagu menunjuk Hugo yang kini sedang tertawa bersama Vinda.
Hal itu membuat Ghea menghela napas lega. Ia pikir Hugo, anaknya, hilang bersama Gilang selaku penculik. Ghea berkata pada Gilang, "Lo tuh, Lang, kebiasaan kalo bawa anak gue nggak izin, bikin panik emaknya aja."
"Anak lo culik-able, Ghe," jawab Gilang enteng diakhiri tawa kecil.
"Dasar!" sahut Ghea sebal, "bikin sendiri sono. Cepet nikahin tuh mbak pramugarinya, keburu direbut orang, mampus lu!"
Gilang tertawa santai tak banyak bicara, membiarkan Ghea pergi menghampiri Hugo dan Vinda. "Hei, hei, anak Bunda. Hugo, kenapa nggak nyari Bunda, hm? Mau-mau aja diculik Om Gilang. Sekarang malah asyik sama Tante Vinda. Tau aja, ya, kamu cewek cantik. Gini-gini bundamu masih cantik lho," cerocos Ghea membuat Hugo mengerjap lucu dan mendongak menatap wajah sang bunda.
"Duh, Hugo gemesin banget siiih," kata Vinda, menoel pipi Hugo. Vinda berdiri dan menggendong Hugo. Membuat Hugo tak perlu lagi mendongak untuk melihat Ghea.
Mendadak raut Vinda menjadi sendu, perempuan itu berkata, "Andai aja, ya, Liam nggak pergi...."
"Vinda...." Ghea menyentuh lengan Vinda. "Udah takdirnya, Vin," lanjut Ghea menenangkan. Vinda tersenyum sendu lalu mengecup lembut kening Hugo.
Tidak ada di antara kita yang ingin hubungan percintaannya berakhir tragis, begitu pun Vinda. Ditinggal orang terkasih pada hari di mana ia melangsungkan ngekeb atau kalau di masyarakat Jawa dikenal sebagai siraman, Vinda mendapat kabar kalau calon suaminya menjadi salah satu korban dari kecelakaan beruntun dan meninggal di tempat. Betapa hancurnya perasaan Vinda. Bahkan setelah 1 tahun terlewati, rasa sakit dan pedih itu masih sering dirasa. Vinda beberapa kali berpikir, apakah ini karma untuk segala perbuatan buruknya di masa muda? Vinda seakan tidak diizinkan bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMI | ✔
Teen FictionCerita para ABG (Anak-anak Bunda Ghea) penyuka keributan. *** Kisah kami bermula saat kelas sebelas. Saat itu hubungan kami benar-benar tak bisa dikatakan baik. Namun setelah melewati banyak kisah sulit, kami berjanji akan menjadi lebih baik. Kami a...