"Sahabat, Jangan Akur, Yuk!"

877 133 26
                                    

Kalau kamu cari yang ganteng, nggak suka ngomong kasar, royal, lembut, aku mundur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau kamu cari yang ganteng, nggak suka ngomong kasar, royal, lembut, aku mundur. Tapi kalau kamu cari yang jantungnya kuat, setia sama sahabat, nggak perhitungan, aku juga mundur. Aku latahan soalnya.
— Gilang Dirta Immanuel




———————

*Masih kelas 12.

--

Gilang berjalan santai sambil sedikit menyipitkan mata karena silau cahaya matahari sore. Untuk outfit-nya tak kalah santai, dengan kaos hitam dan celana pendek yang juga berwarna hitam serta sandal rumah pun tak mengurangi ketampanan si bujang satu itu.

"I wouldn't want to be anybody else~"

Dari arah belakang, Gilang seperti mendengar dendangan dari seseorang. Suaranya bagus, Gilang akui. Namun perasaan Gilang yang berubah tidak bagus. Gilang tetap berjalan meski sambil curi-curi dengar.

"Na na na na na na na na na na na na na na na~"

Gilang menghela napas malas, didengar dari nadanya, gembira sekali sepertinya orang yang tengah bernyanyi itu. Tanpa keluar tenaga untuk menoleh, Gilang sungguh paham itu suara siapa.

"Na na na na na na na na na na na na na na na~"

Tapi kemudian Gilang tertawa geli. Suara itu semakin dekat, orang tersebut berlari kecil menghampiri Gilang.

"WEH, GANTENG!"

"Eh, ayam anjir ayam banci!" Latah Gilang sampai terlompat kecil.

Sementara orang yang mengagetkan Gilang tadi, terbahak tanpa rasa bersalah. Tebak siapa?

Ya.

Bima.

Kan, perasaan Gilang sudah buruk sejak tadi. Gilang mendorong bahu Bima dengan kesal. "Anjing, lu! Gua tau padahal lu mau nyamperin gua, kok masih kaget, anjir," kata Gilang tak luput dari umpatan.

Bima menghentikan tawanya. Dia menatap Gilang sejenak, lalu mulutnya terbuka, bukan untuk membalas ucapan Gilang, namun ternyata untuk melanjutkan nyanyiannya.

Di depan Gilang, Bima berjalan mundur dengan jari menunjuk-nunjuk Gilang.

"Who says, who says you're not perfect? Who says you're not worth it? Who says you're the only one that's hurting?~"

Ekspresi Bima menghayati sekali.

Dengan sabar dan sedikit rasa ingin gumoh, Gilang mengelus dada melihat kelakukan sahabatnya itu.

Sementara Bima kini sudah menghadap depan, berjalan sembari bernyanyi fokus seakan tengah concert on the street.

Namun kelakuan Bima menyumbangkan rasa bahagia di hati Gilang, bahagia melihat manusia yang sudah bersamanya sejak kecil itu gembira. Meski Bima tampak sedikit gila, Gilang tak malu mengakui bahwa orang itu memang sahabatnya. Tapi tidak tahu besok pagi, mungkin Gilang berubah pikiran.

KAMI | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang