Pantang Pulang Sebelum Goyang

1.3K 208 45
                                    

Are you some kind of kambing? Because you make my heart terombang-ambing - Bima Adriano Nahandar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Are you some kind of kambing? Because you make my heart terombang-ambing - Bima Adriano Nahandar.

------

Gadis bernama Nadiva Ellena atau yang kerap disapa Nadiv itu membalikkan badan dan langsung mengembuskan napas keras. Belum ada tiga langkah berjalan, ia berhenti dan menengok ke belakang, pada seorang guru yang beberapa saat lalu menetapkan hukuman untuknya.

"Pak, saya mohon, hukumannya ditunda, ya," pinta Nadiv, memasang raut memelas.

Namun Pak Iman sama sekali tak terpengaruh oleh wajah melas Nadiv. Yang ada malah guru tersebut menggeleng kemudian melenggang pergi. Dan untuk kesekian kalinya, Nadiv kembali mengembuskan napas keras.

Mau tak mau Nadiv melangkah berat menuju tengah lapangan. Berdiri di sana sampai jam pelajaran pertama selesai sebagai bentuk hukuman karena Nadiv datang terlambat.

"Gara-gara Daren nih gue jadi telat," gerutu Nadiv pelan sambil menunduk, "katanya mau berangkat sekolah bareng, ditungguin sampe lumutan nggak dateng-dateng, taunya berangkat duluan. Dia mau mancing gue bakar rumahnya saking panas kepala gue atau gimana, ha?" Ia terus saja mengomel dengan suara pelan.

Masih ingat dengan Daren adik dari Pak Derga? Pemuda itu pindah dan menempati rumah Pak Derga. Daren juga pindah sekolah namun tidak di Sky High School.

"Apa susahnya sih ngomong ke gue, nge-chat kek, telepon kek, bilang kalau dia mau berangkat duluan. Sia-sia gue nunggu. Awas aja nanti kalau ketemu. Dia nggak tau aja bokap gue punya keris sakti, tusuk dikit langsung gagal ginjal," kata Nadiv dengan napas memburu karena emosi.

Tanpa tahu kalau sejak tadi seorang pemuda yang berdiri agak jauh di sampingnya memerhatikan dan merapatkan bibir menahan tawa.

"Weish, anak kelas favorit dihukum nih?"

Sontak Nadiv menoleh ke sumber suara. Ia mengernyit sinis setelah melihat siapa orang itu.

"Apalagi anak pinternya 3A1 nih. Nggak takut ketinggalan pelajaran emang, hm?" tanya pemuda itu meledek.

Nadiv menggeram tertahan. Tak tahu saja Nadiv sedang dalam masa PMS, gadis itu juga sedang emosi karena Daren, dan sekarang ada lagi yang mengibarkan bendera perang.

Dia menatap pemuda tadi lalu berkata tajam, "Diem!" Kemudian menatap lurus ke depan. Yang paling membuat Nadiv kesal dan sedih adalah kenyataan kalau ia kehilangan kesempatan untuk mengikuti ulangan harian saat ini. Nadiv masih bisa ulangan susulan, namun guru pelajaran itu tak akan memberikan nilai penuh, dan itu artinya meski nanti Nadiv mengerjakan ulangannya dengan sempurna, nilai yang ia dapat tidak akan sempurna.

Pemuda itu diam. Beberapa saat kemudian, Nadiv melirik pemuda yang juga menjalani hukuman seperti dirinya itu. Nadiv kenal pemuda tersebut. Annas, pemuda blasteran Arab yang saat kelas sepuluh dulu adalah rival Nadiv dalam hal akademis. Entah hanya perasaan Nadiv saja atau memang kenyataannya begitu, sejak dulu tatapan Annas selalu sinis pada Nadiv, memancing Nadiv untuk bersikap sinis pula pada pemuda tersebut.

KAMI | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang