Happy reading
Di Pagi yang cerah ini mungkin dewi fortuna sedang tidak berpihak pada senjana, membuatnya lari terbirit-birit seperti kata jarjit.
Ya, senja mendapat dua kesialan sekaligus. Yang pertama adalah dirinya yang bangun terlambat dan yang kedua adalah matinya wifi rumah sehingga tidak bisa memesan ojek online.
Untung saja ayah yang tiba tiba baik bersedia untuk mengantar anaknya itu sampai ke sekolah meskipun tau bahwa gantinya dia juga yang akan terlambat.
Dengan motor beat kesayangan ayahnya, mereka berdua melaju membelah jalanan yang ramai akan kendaraan.
Jam sudah menunjukkan pukul 08.30 dan gadis itu masih berada dijalan.
Dia hanya berharap pak budi akan berbelas kasihan dan membiarkannya masuk kali ini saja.
"Ayahhh, cepetan atuhhhh" kata senjana sedikit mengeraskan suaranya agar dapat didengar.
Ayah melirik anaknya tersebut dari kaca spion, dapat melihat jelas raut gadis itu yang nampak tergesa-gesa.
"Lain kali bangun jam 9 ya senja.."
"APA? GAK KEDENGARAN AYAH" teriak anak itu tepat di telinga sang ayah.
"BUSETTT SENJANA! SUARAMU!"
"AYAH JANGAN TERIAK TERIAK KALIII!"
"AAAAKKKKKKKK TELINGAKU!!!"
"AAYYAHHHHHH SEKOLAHNYA BELOK KANAN ATUH BUKAN LURUS"
Pembicaraan antara dua orang pura pura tuli itu membuat pengendara lain yang tak sengaja bersejajar dengan mereka sampai menggeleng gelengkan kepalanya.
Ayah dan senjana benar benar tak mau kalah dan seperti ingin membuktikan suara cempreng siapa yang paling cetarr membahana.
Mereka seperti tidak malu berteriak teriak ditengah jalanan yang padat akan pengendara sepeda motor maupun mobil.
Sangking menghayatinya, ayah sampai lupa belok pada belokan sekolah dan malah melaju lurus sepanjang 20 meter.
Untung saja gadis itu menyadari, jika tidak, habislah mereka malah terdampar pada kantor mama.
"Belok kanan lagi kan??" Tanya ayah dan di iyakan oleh senja.
Dari jarak 10 meter, mereka sudah bisa melihat dengan jelas bangunan sekolah senjana yang bertingkat 3.
Mobil mobil mahal terlihat terparkir rapi di parkiran, ternyata banyak juga yang baru sampai pada jam segini, senjana tidak sendiri rupanya.
Tiba tiba, ayah menghentikan motornya masih agak jauh dari depan gerbang sekolah, membuat anaknya bingung.
Mengeryit kemudian, senja menyahut, "loh ayah? Kok stop disini?? Itu majuin dikit kesana!!"
"Turun disini aja ya??"
"Gak mauu" gelengnya kuat, "itu dikit doang kok majunyaaa, kenapa siii??"
Tak langsung membalas pertanyaan anak itu, ayah tampak menatap mobil mobil didepan sana, lalu menatap gerbang dimana beberapa anak anak terlihat duduk santai.
"Nanti temen kamu liat kamu cuma sama motor beat gini, apa gak malu? Orang semua pake mobil loh, kayaknya ayah liat kita sendiri yang pake motor" ujarnya panjang lebar masih setia menatap jajaran mobil mobil mahal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sastra Senja | On Going
Teen FictionMeski alaska adalah rumah.. Dia tetap seorang teluk alaska.