Setelah menggadaikan handphone ku, aku menunggu ayah dan Emola di depan mobil. Mobilnya terkunci, sehingga aku tak bisa masuk ke dalam. Setelah lama menunggu, mereka tak kunjung kembali. Aku tak mungkin mencari mereka, karna aku belum hafal daerah sini, yang nantinya malah menyusahkan mereka. Aku pun memutuskan untuk pulang menggunakan taxi dan menempelkan sticky note di kaca mobil dengan pesan 'Ayah, Yura sudah pulang dengan taxi.'
***
Saat sampai di rumah, ada ibu di ruang tamu.
“Yura dari mana saja, jam 8 baru pulang?” Tanya ibu yang sepertinya sudah menungguku.
“Maaf ibu, aku lupa memberi kabar, tadi aku mampir ke café untuk makan sebentar.” Jelasku.
Ibu pun menyuruhku untuk beristirahat. Aku naik ke kamarku setelah mengembalikan uang Pak Rusdi yang ku pinjam tadi.
Seperti biasa, aku ke kamar mandi sebelum tidur untuk menyikat gigi dan membasuh muka. Saat asik bermain dengan sikat gigi dan odol, tiba tiba seekor kecoa mendarat di atas kepalaku. Aku pun panik dan menjatuhkan rak tempat menyimpan odol, sikat gigi, dan pembersih muka.
Ceplukkk…sikat gigi Emola terpental dan jatuh tepat di lubang jamban. Dasar kecoa jelek! Aku jadi harus ke minimarket untuk membeli sikat gigi. Padahal aku sudah memakai piyama dan siap untuk tidur. Rasanya malas sekali saat sudah bersih lalu harus ke luar lagi.
***
“Ibu, Yura mau ke minimarket sebenar. Tadi gak sengaja Yura menjatuhkan sikat gigi Kak Emo ke kloset, jadi Yura mau membeli yang baru.” Jelasku.Ibu yang masih ada di ruang tamu tertawa kecil lalu memperbolehkanku dengan syarat, harus langsung pulang. Ibu pun menyuruh Pak Rusdi untuk mengantarku. Ibu juga memberi tahu bahwa minimarket depan komplek tutup. Jadi aku pergi ke minimarket yang sedikit jauh dari rumah.
***
“Angkat aja pak, gak papa.” Ucapku saat mendengar handphone Pak Rusdi berbunyi saat diperjalanan menuju minimarket. Sepertinya ia tak enak mengangkat telpon itu saat sedang bekerja.Dengan cepat ia angkat telpon itu setelah aku mengizinkannya. Mukanya terlihat gelisah setelah menerima telpon itu.
“Ada apa pak?” Tanyaku.
“Ini non, anak saya demam dan muntah muntah.” Jawabnya.
“Oh yaudah bapak pulang aja, nanti saya pulangnya naik taxi.”
“Jangan non, nanti saya dimarahin Nyonya. Saya pulangnya habis nganterin non Yura sampe rumah saja.” Kata Pak Rusdi.
“Saya beneran gak papa kok pak. Nanti biar saya yang jelasin ke ibu. Jangan sampe bapak telat bawa anak bapak ke rumah sakit.” Tegasku.
Kami pun sampai di minimarket. Aku dan Pak Rusdi bersepakat kalau dia akan kembali lagi untuk menjemputku setelah membawa anaknya ke rumah sakit.
Minimarket itu cukup besar dan lengkap, terdapat varian make up yang tak ada di minimarket dekat rumahku. Karena tergiur oleh deretan masker wajah yang bungkusnya sangat lucu, akhirnya aku membeli beberapa masker dan juga mencoba beberapa lipgloss lalu membeli salah satunya. Setelah membeli sikat gigi untuk Emola, aku langsung keluar dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Regret
Teen FictionSeorang anggota agen rahasia menuntunku yang masih menggunakan kursi roda ke ruangan kosong dengan empat cctv dan alat penyadap suara yang terang terangan mereka taruh diatas meja. Ayah terduduk disalah satu kursi yang sudah mereka siapkan. Ku liha...