Tak ada cara lain, ku hampiri setiap orang yang lewat dan menanyakan. Kenal Emola?
Punya nomor telepon nya?Ternyata tak banyak yang punya nomornya. Terhitung sudah satu jam aku berdiri sejak jam pulang sekolah. Tuhan aku harus bagaimana? Bahkan sekarang sekolah sudah mulai sepi.
Apa aku akan tetap di sini sampai besok pagi? Bagaiman kalau aku mati kedinginan? Atau di culik?
Segera ku buang jauh jauh fikiran itu. Ku usap dahiku yang mulai basah karna keringat. Berharap bertemu seseorang yang mengenal Emola. Tanpa sadar aku berjalan bolak balik di depan gerbang. Tiba tiba, dubbbraaggg... Seorang siswa laki laki menabrakku. Auww refleks ku lalu menoleh ke arahnya.
“ Kalau jalan liat liat biar gak nabrak!” Tegasnya. Apa? Bukankah aku yang seharusnya mengatakan itu? Tapi ku tahan kekesalanku karna ingin meminta bantuan padanya.
“Tunggu sebentar! Kamu kenal Emola? Emola Kalumata? Punya nomornya?” Tanyaku. Tapi dia hanya diam, mungkin dia tak mengenal nya.
“Emm, kalo gitu gimana kalo kamu tanya temen temen kamu, siapa tau ada yang punya nomornya, Yah🥺? Aku sudah satu jam menunggu di sini, aku dah nanya ke orang orang tapi gak ada yang tau. Dan kayaknya gak ada orang lagi di dalam. Aku gak tau alamat rumah, aku gak bisa pulang kalo kamu gak bantu aku. Jadi please cariin nomornya ya☺️!” Bujukku.
Lalu dia memberikan handphone nya padaku. Saat ku lihat, ternyata dia punya nomor Emola, ya mereka sekelas tapi dia tak menyimpan nomornya.
“Kenapa gak bilang dari tadi? Kalo gitu kan aku gak perlu ngomong panjang lebar.” Ucapku.
“Kalo kamu gak ngomong panjang lebar, aku dah jawab dari tadi.” Jawabnya. Dia benar juga, aku pun menyeringai malu😅. Lalu menelepon Emola
Telepon
tuttt...tutt...tutt...
Emola : “Hai Arkan ! Tumben kamu telpon aku? Ada apa? Kalo ada sesuatu yang penting atau perlu bantuan, aku pasti bantu.”Sepertinya Emola sangat bersemangat mengangkat telpon ini.
Yura : “Halo Emo, ini aku, Yura. Handphone ku mati jadi aku meminjam handphone nya.”Emola : “Bagaimana bisa?”
Yura : “nanti kuceritakan, bisa kirim alamatnya sekarang?”
Emola : “Okay.”
Emola menutup teleponDengan cepat dia memesankan ojek online tanpa aku minta. Kulihat harga ojek online itu RP.25.000 yang tertera di aplikasi. Ternyata sisa uang sakuku tidak cukup untuk memesan ojek online.
“Ternya lumayan deket ya, cuma 3 km. Aku jalan aja.” ucapku lalu mengambil bolpoin dan buku di tas dan segera mencatat rutenya. Setelah mengucapkan terima kasih aku lalu pergi. Baru 10 langkah ku berjalan kulihat ojek online melesat di sampingku.
“Ayo neng naik.” Katanya sampil menjulurkan helm.
“Ongkos nya udah dibayar sama mas-mas yang disana.” Lanjut tukang ojek itu. Saat kau menoleh ke belakang Arkan sudah tidak ada di sana.
Ternyata itu dia. Arkan. Laki-laki keberuntunganku.
***
Kreek aku membuka pintu dengan sangat hati hati. Aku melangkah pelan pelan agar tak ada yang tau. Ku taiki anak tangga satu demi satu. “Tak perlu mengendap-ngendap ayah dan ibu tak ada di rumah.” Ucap Emola dari atas. Lalu ia masuk ke kamar begitu juga dengan aku.“Sepertinya banyak yang ingin kau tanyakan padaku.” Ucap Emola tiba tiba. “Tidak ada.” Aku langsung masuk ke kamar mandi karena badanku sudah lengket.
Selesai membersihkan badan, aku langsung menyiapkan buku untuk besok lalu bergegas tidur. rasanya pegal sekali sehingga aku memutuskan untuk beristirahat lebih awal. Kubaringkan tubuhku dan memejamkan mataku.
“Yura!” Tiba tiba saja pemula memanggil namaku. Aku pun terbangun dan menoleh ke arahnya.
“Bagaimana bisa kamu meminjam handphone Arkan tadi?” Tanya Emola. Sebenarnya aku malas membahas apapun, aku sangat lelah. Tapi aku tetap menjelaskannya pada Emola secara lengkap. Lalu kembali tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Regret
Novela JuvenilSeorang anggota agen rahasia menuntunku yang masih menggunakan kursi roda ke ruangan kosong dengan empat cctv dan alat penyadap suara yang terang terangan mereka taruh diatas meja. Ayah terduduk disalah satu kursi yang sudah mereka siapkan. Ku liha...