+»Happy Reading«+
Cuaca yang cerah serta semakin ramainya siswa yang memasuki lingkungan sekolah menjadi latar utama cerita. Sedangkan sang tokoh utama— yaitu Jisung Lee baru saja menginjakkan kakinya di depan gerbang sekolah. Dia terdiam sembari memperhatikan banyaknya orang yang terus-menerus masuk ke dalam lingkungan sekolah.
Dia lalu berjalan tak tentu arah, berniat ingin menuju ke ruangan kepala sekolah. Sayangnya Jisung sendiri tak tahu menahu dimana letak ruangan kepala sekolah. Hingga matanya menangkap siluet orang yang dikenalinya berbincang dengan beberapa orang. Dengan langkah tergesa Jisung berusaha menghampiri orang tersebut.
"Mark hyung!"teriaknya. Berhasil menarik perhatian sekumpulan orang yang sedang asik berbincang tersebut. Orang yang merasa namanya dipanggil lantas langsung tersenyum melihat adiknya, yaitu Jisung datang ke sekolah. Dia kemudian sedikit menjauh dari teman-temannya. Menghampiri Jisung yang masih menatapnya antusias.
"Kukira kau akan terlambat."ujar Mark setelah sekarang tepat berhadapan dengan Jisung langsung. Ia sempat khawatir pada saudaranya karena sejak tadi tidak terlihat di sekolah. Mark kira Jisung akan terlambat di hari pertama kepindahan sekolahnya.
"Hampir, hehe..."katanya sembari terkekeh kecil mengingat jika ia hampir terlambat karena lupa dengan keberadaan kaos kaki miliknya hingga Taeyong memarahinya di rumah. Pada akhirnya dia malah menggunakan kaos kaki baru milik sang ayah karena semua kaos kakinya sudah masuk ke dalam koper.
Mark baru saja sadar jika Jisung sudah bertumbuh sangat tinggi, bahkan lebih tinggi darinya. Semenjak Mark masuk ke Aether Academy dan memutuskan untuk tinggal di asrama. Mark banyak melewatkan banyak hal tentang adiknya. Walaupun ia selalu pulang satu kali satu bulan, tetap saja Mark takjub dengan pertumbuhan sang adik. "Oiii... Kenapa kau sangat tinggi sekarang? Bahkan melebihiku. Apa ayah terlalu banyak memberimu makan bambu?"ucapnya pura-pura terkejut. Tapi itu memang reaksi asli Mark sih. Dia memang agak sedikit lebay dalam bereaksi.
"Aishhh... Kau kira aku panda apa."sahut Jisung sok marah. "Kau saja yang memang telat tumbuh. Aku kan sudah besar jadinya bertumbuh sangat tinggi."ujarnya, sengaja menggerakkan tangannya mengukur tinggi Mark dengan badannya. Sengaja menggoda laki-laki yang lebih tua darinya itu. Dan perbedaan tinggi mereka lumayan kontras, pasti banyak orang yang tak sadar jika mereka berdua adalah saudara.
"Utututuu... Tapi tetap saja kau adik kecilku."goda Mark sembari mencubit pipi Jisung yang sangat elastis seperti moochi, membuat Jisung menampilkan wajah masam.
"Aku bukan bayi hyung!" Jisung menepis tangan Mark dari pipinya. Jisung itu paling benci diperlakukan seperti bayi asal kalian tahu. Tapi Mark selalu saja menggoda Mark seakan-akan Jisung masih berusia lima tahun.
"Yayaya... Kau bukan bayi, tenang saja hanya aku yang menganggapmu bayi. Dirimu sudah cukup tampan untuk mendapatkan pacar kok. Hanya saja dimataku itu kau tetap adik kecil."hibur Mark. Diusapnya kepala sang adik pelan agar Jisung berhenti marah dengannya.
"Aku belum ingin mencari pacar asal kau tahu."
"Kenapa? Banyak kok gadis cantik di sekolah ini. Tenang saja, dari wajahmu saja sudah pasti akan mendapatkan gadis cantik kok."
"Aku kesini belajar hyung, bukan pacaran. Aku kan ingin sepertimu. "tegasnya.
"Iya-iya, dasar anak rajin."ujar Mark. Tapi dia sendiri tak sadar jika dirinya sama rajinnya dengan Jisung sehingga Jisung menjadikannya panutan.
"Lalu bagaimana denganmu?"
"Apanya?"
"Kau sudah punya pacar belum? Ayah sudah menantikan seorang menantu loh."tanyanya, gantian menggoda Mark.
"Menantu apanya, suruh saja ayah menikah duluan. Aku belum ingin."jawabnya. Andai saja Taeyong dengar pasti kepala Mark sudah jadi korban keganasan sendok sayur sakti miliknya.
"Sudahlah—"
"MARK!"
Kedua kakak beradik itu menoleh ke sumber suara, dimana seorang lelaki dengan dasi biru— menandakan dia juga seorang anggota osis sama seperti Mark—menghampiri Mark dengan tergesa. "Kau dipanggil Bu Irene."
"Ya sudah bisa kau temani adikku ke ruang kepala sekolah. Aku harus ke aula kalau begitu." Mark berlalu meninggalkan temannya itu bersama Jisung.
"Oi aku sibuk sialan!" Pemuda yang merupakan 'temannya Mark' itu mendengus pasrah kemudian melirik Jisung yang hanya terdiam lugu layaknya anak kecil.
"Tidak apa-apa sunbae jika kau sibuk. Aku akan mencari sendiri."
"Ah~ maafkan aku—"
"Jisung, namaku Lee Jisung."
"Ah, iya namaku Hendery. Maafkan aku tidak bisa menemanimu, aku harus pergi— arghh ke toilet."cicitnya di akhir kalimat. Pantas saja raut wajahnya tak enak dilihat sama sekali dari tadi.
"Tidak apa. Tapi sebelumnya, bisa kau beritahu aku dimana letak ruang kepala sekolah?"
"Lurus kemudian belok ke kiri di tikungan itu dekat mading. Kemudian naik ke tangga, intinya ruangannya setelah satu ruangan dari tangga."
"Terima—"
Bahkan sebelum perkataan Jisung berakhir Hendery sudah melesat terbirit-birit meninggalkan Jisung sendirian. Mungkin dia sudah sangat tidak tahan dengan kantung kemihnya yang penuh. Tapi sialnya Jisung ingin sekali mengumpati teman Mark itu saat dia berteriak dari kejauhan mengatakan—
"—sebaiknya kau ke ruang guru. Kepala sekolah sedang tidak ada di ruangannya!"
Lalu sekarang dimana letak ruang guru woy?! Jisung kan masih murid baru!
» r e v e a l e r s «
Untungnya Jisung bertemu dengan Pak Kyungsoo saat Jisung mencari-cari ruang guru di gedung besar itu seperti bocah hilang. Dia langsung di antar Pak Kyungsoo ke kelasnya, yaitu kelas 1-A.Jisung sempat gugup tadi saat perkenalan. Untungnya guru langsung menyuruhnya duduk tanpa mengajukan pertanyaan lagi. Jisung sama sekali belum mendapatkan teman, ia dan teman sebangkunya bahkan belum mengetahui nama satu sama lain. Teman sebangkunya itu hanya tersenyum saat Jisung duduk tapi sama sekali tidak mengajaknya berkenalan. Pas saat bel istirahat berbunyi dan guru baru saja keluar seseorang mengulurkan tangannya pada Jisung mengajaknya berkenalan.
"Zhong Chenle." Dan Jisung baru tahu jika temannya itu adalah orang China dari marga yang ia gunakan. "Salam kenal, sebelumnya maaf baru mengajakmu berkenalan. Pak Kyungsoo sangat galak sehingga aku pun tak berani berkutik saat pelajarannya."jelasnya. Padahal Jisung hanya bertanya di dalam pikirannya saja. Mungkin memang kelihatan dari mimik wajah Jisung.
"Aku Lee Jisung. Salam kenal juga."katanya sembari menyambut uluran tangan Chenle.
"Kau mau ikut ke kantin denganku. Sekalian aku ajak berkeliling sekolah."
"Bolehkah?"
"Tentu saja."
"Hey, hey. Aku Liu Yangyang. Salam kenal." Pemuda dengan perawakan sedikit mirip dengan Chenle itu menyapa Jisung. Disertai senyum penuhnya menampilkan kesan ramah yang malah terasa agak aneh untuk Jisung.
"Abaikan dia, Yangyang memang terlalu hyperaktif. Tapi dia baik." Chenle merangkul Yangyang yang berada di sebelahnya. Mengenalkan pemuda bernama Yangyang itu dengan lebih detail. "Namanya Liu Yangyang, teman sekelas sekaligus sepupuku. Dia anak klub dance, jadi jika kau berniat untuk ikut klub dance hubungi dia."
"Salam kenal Yangyang, aku Jisung."ujarnya memperkenalkan diri kemudian menyambut uluran tangan Yangyang.
"Ayo sekarang kita ke kantin. Aku sudah lapar Lele...."keluh Yangyang. Wajahnya langsung berubah lesu saat mengingat perutnya sejak tadi menuntut untuk diisi.
»to be continued«
22/10/2021
—QUEENYVI—
KAMU SEDANG MEMBACA
[02.] REVEALERS
FanfictionSemuanya belum benar-benar berakhir. Ada banyak hal yang harus diungkapkan. Start: 23 Februari 2021 End: VOTE AND COMMENT-NYA JUSEYO! FOLLOW AUTHOR BIAR AFDHOL:)