5

133 21 18
                                    

Los Angeles 20.00 pm

Sana menyambut kepulangannya, hal yg sering Jihyo dan Sunoo lakukan dulu. Mark langsung memeluk erat Sana.

"Bagaimana keadaan baby kita?? apa dia nakal ??", Sana terkekeh mendengar perkataan Mark.

"Baby kita baik-baik saja, apa kau lelah??", Sana melepaskan dasi suaminya. Mark hanya mengangguk.

"Dimana Jihyo dan Sunoo",

"Sunoo ada dikamarnya, tapi Jihyo....", Sana mengantungkan perkataannya karena bingung apa yg akan dia katakan pada suaminya.

"Ya sudah, aku akan melihatnya dulu", Sana mengangguk. Mark langsung berjalan ke kamar putranya.

Mark membuka pintu kamar Sunoo, dia melihat Sunoo tertidur tanpa selimut. Dia pun mendekat. Dia mengambil  pigura foto yg dipeluk Sunoo. Pigura foto yg terdapat gambaran kebahagiaan Jihyo yg tengah memeluk Sunoo disebuah pantai. Dirinya kebingungan melihat putranya tertidur dengan memeluk pigura itu.

"Tidak biasanya kau seperti ini my son",Batin Mark.

Setelah menyelimuti putranya, dia melihat berkas di nakas samping ranjang Sunoo. Dia pun mengambilnya, untuk apa ada berkas orang dewasa di kamar anak kecil, pikirnya. Dia membaca satu persatu berkas, ternyata itu pengalihan saham, dari atas nama "Park Jihyo" menjadi "Sunoo Tuan".

"Kenapa dia tidak memberitahuku kalau saham yg ku berikan untuknya diberikan pada Sunoo", gumam Mark. Dia pun membaca surat yg terselip di paling akhir berkas itu.

Hanya sebuah surat itu yg berhasil membuatnya meneteskan air matanya. Surat yg tidak dia inginkan, surat perceraiannya dengan Jihyo. Terlihat jelas di surat itu terdapat tanda tangan Jihyo.

"Apa kau benar-benar membenciku ji", lirih Mark. Dia memandang wajah pulas putranya. Hatinya sangat sakit saat mengetahui Jihyo telah memilih bercerai darinya.

Mark kembali ke kamarnya dengan wajah muram. Dia langsung merebahkan dirinya disamping Sana.

"Apa terjadi sesuatu?? ", tanya Sana yg tampak kebingungan. Mark hanya mengangguk.

"Apa yg terjadi?? ", tanya Sana yg semakin penasaran.

"Jihyo memilih bercerai denganku dan pergi", lirih Mark.

"I'm sorry, semua karenaku, harusnya ak--",

"Ssttt" Jari telunjuk Mark menempel di bibir Sana.

"Ini bukan salahmu, tapi ini salahku, salahku",

⋇⋆✦⋆⋇ 

Pagi hari tanpa sang ibu membuat Sunoo murung. Bahkan saat dimeja makan bersama Mark dan Sana.

"Sunoo-ah, makanlah makananmu", ucap Mark.

"Aku ingin disuapin mommy", lirih Sunoo.

" Baiklah, mommy Sana yg akan menyuapimu, sekarang buka mulutnya ", Sana berinisiatif menyuapi Sunoo. Sunoo hanya diam. Dia malah mengabaikan Sana yg dengan senang hati ingin menyuapi nya.

" Sebaiknya aku berangkat sekolah", ucap Sunoo. Dia tak memperdulikan Mark maupun Sana disana. Pria kecil itu lantas menghampiri bibi Anne yg sedang menyiapkan bekal untuknya.

"Bibi Anne, bisa antar aku?? ",

" Bukankah tuan muda selalu berangkat dengan daddy hmm?? ", ucapnya.

"Aku tidak ingin berangkat dengan daddy jika tidak ada mommy", mata Sunoo kembali berkaca-kaca saat mengucapkan kata "mommy". Anne pun jadi merasa iba. Pasti masalah hati kedua orang tuanya membuatnya kesulitan, pikirnya.

"Kau pasti bisa melewati semua ini, Sunoo", batin Anne.

" Kajja Sunoo, kita berangkat sekarang ", ucap Mark. Mark menghampiri Sunoo yg berada di dapur dengan pengasuhnya. Saat mark mendekat, Sunoo langsung bersembunyi di belakang Anne.

"Tidak mau", tolak nya

" Sunoo, kajja nanti daddy telat", ucap Mark sambil melirik jam tangannya.

"Aniya", tolak Sunoo lagi.

"Sunoo, jangan keras kepala, kau juga akan terlambat, kau ingin apa??? mau daddy belikan sesuatu??akan daddy berikan asal kita berangkat sekarang", bujuk Mark.

"Aku mau berangkat dengan mommy",

" Sunoo, mommy--",

"Mommy pergi meninggalkan Sunoo, karena daddy membuatnya menangis, daddy bahkan tidak tahu saat daddy sibuk mommy menangis sendirian dikamar mommy, Sunoo sakit, sakit sekali saat melihat mommy menangis", Ucap Sunoo. Dia menangis, bahkan dia memukul dadanya sendiri, seakan dia memberitahu Mark betapa sakitnya dirinya. Mark hanya terdiam, dia tidak menyangka putranya akan bicara seperti itu. Bahkan hatinya sangat sakit mendengar ucapan pria kecil didepannya.

"Mommy bahkan pergi dengan adik ku", ucapan Sunoo membuatnya membeku seketika. Dia menatap Anne meminta penjelasan dengan ucapan putranya.

" Saya kurang tahu, tapi mungkin surat ini dapat memberikan jawabannya", ucap Anne sembari memberikan sebuah amplop bertuliskan namanya.

"Nonya Jihyo menitipkan ini pada saya kemarin", sambungnya lagi.

Mark langsung membukanya dan melihat sebuah surat dan foto USG sebuah kehidupan yg akan lahir dari rahim Jihyo. Saat melihat foto itu lantas membuat Mark meneteskan matanya.

" Bibi, Anne tolong antarkan aku ke sekolah", ucap Sunoo.

"Tolong antarkan dia bibi", sambung Mark. Bibi Anne mengangguk dan bergegas pergi mengantar majikan kecilnya. Sedangkan Mark?? Dia masih di dapur dan membaca surat dari Jihyo.

Dear Mark,

Yeobo, akhirnya aku hamil, apa kau senang??  Tidak kan??, kau pasti bahagia karena sebentar lagi kau akan mempunyai anak dari cintamu.

Tenang saja, aku tidak akan menuntut apapun untuk anak keduaku, aku juga tidak akan memberikan margamu juga, jadi anggap saja aku berselingkuh darimu.

Maafkan aku karena telah membuat kalian menjalani hubungan diam-diam. Kau pasti bertanya kenapa aku bisa mengetahuinya kan?? Aku tahu karena aku melihatnya sendiri. Bahkan aku tak menyangka kalau kau akan menikahinya tanpa sepengetahuanku. Apapun alasannya, hatiku sudah hancur. Jadi meninggalkan kalian mungkin adalah hal terbaik untuk saat ini, rawatlah putraku dengan baik, goodbye beloved husband

Park Jihyo

Mark hanya bisa menangis setelah membaca semua itu. Sakit?? Tentu saja, separuh hidupannya telah pergi entah kemana. Dia menangis,menyesal dengan keputusannya, bahkan sangat menyesal telah memberi luka pada orang yg telah memberikan cinta, kasih sayang dan kebahagiaan selama 10 tahun ini.

"Mianhae Jihyo, mianhae, aku tak bisa memilih diantara kalian berdua, kenapa kau pergi dengan membawa setengah nyawaku", batin Mark.

Mendengar Mark menangis, Sana langsung menghampirinya. Dia memeluk Mark, mencoba menenangkan Mark. Mark hanya menyandarkan kepalanya di bahu Sana.

"Kenapa dia pergi, kenapa dia pergi membawanya,", ucap Mark disela tangisnya.

Back to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang