4. Bestfriend

233 51 8
                                    

"Kalian jauhin gue ya? Kenapa? Gue ada salah apa?" tanya Yerin bertubi tubi. Setelah memikirkan ini selama 3 hari 3 malam serta meminta saran pada Taehyung, akhirnya ia memutuskan untuk berbicara langsung pada Sowon dan Eunha.

"Apaan sih lo. Biasa aja gue," jawab Sowon tanpa melirik. Membereskan buku yang berserakan diatas mejanya.

Kali ini ia menatap Eunha. Hendak meminta penjelasan, namun sirna ketika Eunha memutus eyecontact mereka secara sepihak.

"Gue gak tau salah gue apa. Tapi apa kalian ngga bisa kasih tau gue? Gue bakal perbaikin.." lirih Yerin.

Tak ada jawaban. Sowon maupun Eunha sama sama diam dengan pikiran yang melayang entah kemana.

"Cuma kalian temen gue disini selain Wonwoo.."

Hati Sowon dan Eunha sedikit terguncang. Keduanya saling menatap dengan tatapan yang sulit diartikan. Ingin sekali bersikap biasa, tapi Yerin itu aneh. Mereka tidak terbiasa dengan itu.

Yerin membuang nafasnya lelah. Ia tak bisa memaksakan mereka untuk tetap berada di sampingnya. Itu hak masing masing manusia.

Yerin berbalik dengan perasaan kosong. Ia ditinggalkan. Ia dibuang. Kalau seperti ini, ia kembali lagi bersama Taehyung bukan? Hanya berdua. Seperti saat sebelum ia masuk ke perkuliahan.

Grep

"Maafin gue,"

Ucapan seseorang membuat kedua insan disana menatap tak percaya. Eunha. Gadis imut itu memeluk Yerin dengan perasaan bersalah yang membuncah setelah hati dan otaknya melakukan perang batin.

Ia tahu ada yang aneh dalam diri Yerin. Bukan berarti ia malah meninggalkan gadis itu sendirian. Ia tak kuasa membayangkannya.

Air mata Yerin meluruh di pipi. Ia memeluk Eunha balik. Merasakan ketulusan yang teramat dalam.

"Eunha?!" tanya Sowon tak percaya.

Eunha melepaskan pelukannya. "Gakpapa. Yerin temen kita. Gue gak bisa ninggalin dia,"

Sowon mendengus. Tanpa mengucap apapun lagi, ia melangkah cepat keluar kelas dengan perasaan campur aduk. Ia masih tak bisa menerima Yerin.

"Lo gak salah, Rin. Gue yang pemikirannya masih bocah," ucapan Eunha membuat mata Yerin yang asalnya menatap kepergian Sowon, pindah haluan kearahnya.

"Tapi Sowon—"

"It's okay. Nanti gue yang bicara sama dia. Sekali lagi gue minta maaf udah perlakuin lo gak adil akhir-akhir ini,"

Yerin mengangguk paham. "Gapapa, kok."

Eunha mengangkat jari kelingkingnya. "Bestfriend?"

Yerin menautkan kelingking tangannya tanpa ragu. "Bestfriend!" pekiknya.

Rin, gue bakal cari tau apa yang terjadi sama lo. Apapun hasilnya, gue bakal bantu lo lawan itu. Batin Eunha.

• • •

Wonwoo dan beberapa teman prianya berjalan santai memasuki area kantin. Menarik atensi beberapa wanita termasuk Yerin yang sedang menyantap sushi-nya.

"Woy! Ngapa lu bengong?" Mingyu menepuk pundah Wonwoo. Merangkul pria itu hingga berjalan kembali tanpa memutuskan pandangannya pada Yerin.

Disana Yerin tersenyum padanya. Seperti tidak terjadi apa-apa setelah kejadian aneh tiga hari lalu.

Wonwoo merasa semakin penasaran. Tempo hari Yerin seperti bukan dirinya. Tatapan tajam, menusuk, mengintimidasi sangat bertolak belakang dengan sifat ramah Yerin.

"Eh Sowon mana?" tanya Seokjin setelah menduduki meja disamping meja Yerin dan Eunha. Sedangkan geng-nya yang lain menempati kursi pojok yang biasa mereka tempati.

Seolah tau Yerin yang gugup, Eunha terseyum ramah. "Dia ada kelas. Mungkin bentar lagi selesai," jawabnya bohong. Padahal ia tau Sowon menghindari mereka dengan pulang duluan.

Seokjin mengangguk paham. Pandangannya beralih pada Yerin. Wajahnya terasa familiar. Tapi ia pernah lihat dimana?

"Dia temen gue, namanya Yerin," ucap Eunha.

"Ohh.. Salken, gue Seokjin."

"Ekhm." deham Eunha. Ia menyadari Yerin yang mulai risih ditatap Seokjin.

"Gue inget!!" teriak Seokjin ke dua gadis dihadapannya. "Gue inget lo. Waktu itu pernah ketemu nonton pertandingan bola kan?"

Yerin menyerngit di tempatnya. Untuk apa dia pergi kesana?

"Lo duduk sebelah gue waktu itu! Kita juga ngobrol banyak —Lo gak inget?"

Yerin hanya menggeleng.

"Seokjin! Gue seokji—"

"Buruan pesen elah! Jangan ganggu-ganggu anak orang!" Wonwoo yang baru datang, merangkul bahu Seokjin sedikit kencang. Menarik pria itu menjauh dari meja Yerin.

"Tapi—"

"Maaf ya temen gue emang kadang nggak tau malu. Kalian lanjut makan aja," teriak Wonwoo dan akhirnya mereka berdua benar-benar menjauh pergi.

Eunha menatap Yerin dengan tatapan sulit di heran. "Lo pernah ketemu dia sebelum ini?"

"Ngga kok. Pertama gue liat dia kan waktu di MOS,"

Eunha mengangguk kecil. "Gimana kalo lo ceritain cowok lo?"

• • •

Yerin berjalan lesu menyusuri lorong bangunan apartemen yang ia tempati. Akhir-akhir ini ia merasa lelah. Mungkin karena biasanya ia berdiam diri, dan sekarang harus membiasakan diri berangkat pagi pulang malam untuk kuliah.

Tepat di depan kamar bertuliskan 203, ia memberhentikan langkahnya. Memencet beberapa tombol namun terjeda karena ada yang menepuk pundaknya.

"Yerin,"

Mata Yerin membola sempurna. Ia mundur satu langkah. Melepas paksa tangan orang itu pada pundaknya. "K-kak Sehun..?"

"Yer–"

"Pergi." ucap Yerin dingin. Wajahnya memerah dan rahangnya mengeras. Emosinya memuncak hanya karena Sehun memanggil namanya.

Sehun menggeleng tak percaya. "Apa yang terjadi sama lo, Yer.."

"Apaan sih, kak. Gue kan udah bilang jangan dateng kesini!"

"Gue gabisa terus-terusan ngebiarin lo sendirian di Seoul. Gue mau lo pulang. Eomma sakit gara-gara mikirin lo!"

Yerin mendecih. "Urusannya sama gue apa? Lagian ada ataupun gak ada lo, gue hidup baik-baik aja disini!"

"Rin, gue mohon sama lo. Eomma sakit!"

Yerin membuang nafas seraya menyeringai kecil. "Terus? Gue gak peduli dia sakit, dia sekarat.. bahkan mati. Gue gak sudi tinggal sama orang yang udah bunuh appa!"

Sehun membulatkan matanya. "A-apa?! Lo jangan sembarang ngomong! Appa itu meninggal gara-gara serangan jantung! Lo ada disana pas Appa tiba tiba kambuh di kamarnya!"

Yerin terdiam sesaat. Ia tidak ingat itu. Semua yang dikatakan Sehun asing ditelinganya.

"Kita yang anter Appa kerumah sakit, Rin.. eomma waktu itu lagi beli obat ke apotik.." lirih Sehun. Ia mengingat ingat kejadian terburuk di hidupnya.

"Yang dibilang dia semua bohong! Dia cuma mau Lo balik ke Busan. Terus lo bakal diperlakukan gak baik disana. Inget Rin, eomma lo itu pembunuh Appa lo yang sebenarnya!"

Suara itu tiba-tiba muncul berulang kali di pikiran Yerin. Memenuhi kepalanya hingga rasanya mau pecah.

"Bohong!" teriak Yerin marah. Wajahnya memerah dengan rahang mengeras. Ia menatap Sehun dengan wajah murka. "Pergi dari sini,

atau gue bunuh wanita jalang itu."






To be continued...

shadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang