Malam hari di sebuah caffe yang tenang dan di iringi musik lamban dan menenangkan, inka dan marco berdua bersantai, sambil menghidupkan rokoknya marco berbicara kepada inka, "makasih ya, sudah mau repot-repot membantuku semalam, sebenarnya perempuan sehalus kamu tak perlu merasakan kerasnya suasana seperti sekarang, kamu lebih pantas melakukan sesuatu yang sepatutnya lebih baik dari ini" ucap marco sambil menghembuskan asap rokok.
Inka dengan spontan merogoh kotak rokok milik marco dan menyalakannya, marco tak sempat melarangnya dan hanya terdiam, "kenapa?" kata inka bertanya kepada marco yang sedang menatapnya, "aku ingin tenang sedikit, ternyata lumayan ya rasanya, pantas laki-laki suka melampiaskan stresnya ke benda ini (rokok), kenapa kamu menatapku seperti itu?" ucap inka sekali lagi.
Marco berkata "tak apa, aku hanya sedikit kaget, anak berprestasi bisa juga seperti itu hehe", "untuk perkerjaan yang semalam, itu rasa terimakasihku ke kamu karena jadi orang yang peduli" ucap inka dengan wajah yang bahagia.
Sehabis dari caffe, inka dan marco berjalan-jalan di alun-alun kota, saat sedang asyik berjalan menikmati malam, marco menyuruh inka untuk menunggu sebentar, "kamu mau kemana co?" kata inka bertanya. Marco meninggalkan inka untuk beberapa saat, dan kembali dengan hal yang menurut inka cukup lucu untuk dia lihat, marco membawakannya permen kapas, bisa juga di sebut kembang gula, "widih.. tampang preman kayak kamu belinya kok itu" kata inka. Marco menjawab inka "sok tau kamu, nih, untukmu" kata marco dengan nada sedikit melucu.
Saat itu, inka langsung teringat akan sosok mendiang ayahnya, yang dulu pernah membelikannya permen kapas saat ia sedang menangis karena terjatuh di sebuah taman. Inka sepertinya beruntung, memiliki teman baru yang cukup memperhatikannya disaat susahnya, datang dengan ketidaksengajaan, cara dunia membangun hidupnya kembali dari keterpurukan.
Saat itu ibu marco menelepon, marco mengangkatnya, "co cepat pulang ya, udah malam nih, jangan bawa inka kemaleman, bahaya"kata ibu marco, "baik bu, ini kami mau pulang" jawab marco.
Keesokan harinya marco kembali bekerja mengamen seperti sebelumnya, dengan kostum badutnya ditemani inka, menghibur anak-anak dan remaja di alun-alun kota. Saat bekerja bersama marco, inka berfikir bagaimana jika pekerjaan ini dilakukan dalam acara ulang tahun saja, dengan promosi yang di bagikan melalui sosial media dan kertas.
Marco menyetujui hal tersebut, "bagaimana kalau kita tambahkan satu hal lagi sebagai pelengkap?" katanya, "apa co?" kata inka bertanya dengan rasa penasaran, "permen kapas, uangku sudah cukup untuk keperluan lain, bagaimana kalau kita membuat gerobaknya, sambil belajar cara membuatnya juga dari orang lain". Inka menyetujui hal tersebut. Pada akhirnya, mereka berhasil melakukan usaha tersebut bersama-sama.
Setelah beberapa waktu terlewati di rumah marco, ibu marco berbicara kepada marco, bahwa banyak tetangga yang menggosipkan dirinya telah melakukan hal yang tidak senonoh ketika tinggal bersama dengan inka. Marco berbicara kepada inka dan inka pun memahami kejadian tersebut. Marco mencarikan kontrakan untuk inka supaya tinggal di tempat aman, mereka pun berkemas dan pergi.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
A story of Cotton Candy
RomantiekIni adalah cerita, tentang manisnya rasa yang di rajut dengan serpihan gula. Tentang cerita dua hati dari latar yang berbeda.