Sebelum baca lanjutannya, follow and vote ya guys.
Reynan gelisah melihat jam dinding yang tertempel di tembok. Malam sudah semakin larut, suara hewan malam mulai bermunculan. Suasana terasa hening membuat tengkuk Reynan terasa merinding.
Bukan merinding karena bertemu hantu ataupun lainnya. Reynan berusaha mencoba menahan gejolak yang sedari tadi ditahan.
Memandangi wajah Nameera dari dekat membuat Reynan berdecak kagum. Wajah itu terlihat cantik, kulitnya mulus sempurna di usianya yang sudah terbilang matang.
Bohong bila Reynan tidak tergoda olehnya, pantas saja banyak pria di luar sana yang menginginkan Nameera. Lantas, kenapa Bram suaminya malah berbuat semena-mena?
Reynan masih memandang lekat bibir Nameera yang ujungnya berdarah karena tamparan. Jantungnya mulai berpacu, titik demi titik seolah melumpuhkan otak Reynan.
Ingin memejamkan mata, tetapi rasanya medan kuat telah memaksanya untuk terus memandangi wanita cantik di depannya.
"Tante ... ." Reynan masih berusaha membangunkan Nameera.
"Tan, jangan salahin aku."
Jarinya membelai lembut pipi yang terlihat sedikit tirus. Lebam di pipi membuat empunya mulai menggeliat.
Reynan menarik jarinya, takut bila Nameera marah dan berpikir yang tidak-tidak. Ia sama sekali belum melakukan hal apapun, hanya jarinya yang mengusap pipi lebam tersebut.
Perlahan wanita cantik itu membuka matanya, mendapati Reynan yang memerah mukanya. Berusaha bangkit, tetapi kepalanya masih terasa pusing. Badannya terasa mendapat pukulan keras hingga membuat persendiannya lemas.
"Rey, kamu ... " Nameera tersenyum.
" Iya ... Tan, ini aku."
"To--my?" Mengingat rekan kerjanya itu membuat Nameera tersenyum kecut.
Hal yang tak pernah ia pikirkan akan dilakukan temannya sendiri. Orang yang terlihat baik ternyata mampu menutup matanya dan berbuat kurang ajar.
Reynan masih merasa bersalah dengan pikiran kotornya yang sempat melintas. Ia merasa tak nyaman bila terlalu lama menemani Nameera.
"Rey, makasih, ya, Tante enggak tahu apa jadinya bila kamu enggak datang menyelamatkan Tante."
Reynan terdiam, apa bedanya Tomy dengan dirinya yang sempat berpikiran kotor di otaknya."Rey ... ?" Nameera merasa aneh dengan pemuda di depannya.
'Kenapa jadi gugup gini, sih?' gumam Reynan dalam hati. Senyum Nameera malam ini benar-benar menggodanya.
"Tan, aku pulang dulu ya?" Reynan beranjak dan nampak buru-buru. Ia berusaha menahan apa yang seharusnya ia tahan.
Tak pantas rasanya jika terus berpikiran kotor pada wanita yang menjadi penambat hatinya. Harusnya ia menjaga pikiran dan tindak-tanduknya.
"Rey ... ." Nameera masih merasa aneh.
Reynan bergegas ke luar kamar tak menghiraukan panggilan Nameera. Akhirnya ia bisa terbebas dari pandangan yang harusnya ia buang jauh-jauh.
Ia bernapas lega melihat Nameera bangun dan terlepas dari otak nakal yang menjeratnya beberapa menit lalu.
Ya ... Reynan memang lelaki normal, bukan berati ia tak punya napsu yang mampu melumpuhkan akal sehatnya.
Mencintai itu menjaga, bukan berusaha menjamah untuk memuaskan apa yang diinginkan. Karena pada dasarnya dua orang yang saling mencinta akan tergoda dengan hadirnya setan di antara keduanya.
****
Hari masih pagi, tetapi bel rumah Reynan berbunyi, membuat pemuda tersebut beranjak malas dari tempat tidurnya."Siapa pagi-pagi sudah datang?" Reynan membasuh mukanya.
Semalaman ia tak bisa tidur. Penuh perjuangan untuk membersihkan otak nakalnya semalam.
Bel kembali berbunyi, Reynan berjalan malas. Hari ini ia mulai masuk kerja setelah ijin kemarin."Pagi ... ." Senyum indah itu menghiasi pagi Reynan.
Berulang kali mencoba memastikan pandangannya kali ini tidak salah. Mengucek matanya berkali-kali, ternyata Nameera telah berdiri di hadapannya.
"Tante?"
Nameera hanya mengembangkan senyum tipisnya. Pemuda di depannya terlihat salah tingkah. Wanita yang ia hindari mati-matian semalam malah muncul di hadapannya.
"Aku bawa bubur ayam. Mau sarapan bareng?" Nameera menenteng dua kantung plastik berisi bubur dan air mineral.
"Boleh, kita makannya di teras ya?" pinta Reynan. Ia terlihat gusar.
Nameera mengeryitkan dahinya, merasa ada yang aneh. Biasanya Reynan akan bersikap genit kepadanya, tetapi pagi ini pemuda itu terlihat sedang menahan sesuatu.
"Baiklah." Nameera berjalan berbalik arah diikuti Reynan di belakangnya.
Duduk berdua di teras sembari menikmati bubur ayam yang Nameera bawa. Reynan masih melahap makanannya tanpa berkata apapun.
Biasanya pemuda itu akan banyak bicara bila bertemu Nameera. Akan banyak gombalan-gombalan yang ia lontarkan.
Nameera mengunyah buburnya pelan, mengamati Reynan yang menunduk. Telinganya memerah, wajahnya terlihat gusar. Masih sama seperti semalam.
Menaruh makanannya, Nameera mengamati gerak-gerik Reynan, terasa aneh.
"Rey, kamu baik-baik saja?"
Reynan gelagapan, gerak tubuhnya mengisyaratkan kebingungan. Mengambil minum, meneguk air putih dalam sekali tegukan.
"Rey, minumnya pelan-pelan."
Reynan menaruh botol minuman dan menutupnya.
"Tan, makasih ya buburnya." Reynan tampak berbasa-basi. Senyumnya terlihat garing tak ada manis-manisnya.
"Rey, kamu keberatan Tante ke rumah?"
Pertanyaan Nameera membuat Reynan semakin bingung harus menjawab apa. Sepertinya ia mulai curiga dengan tingkah Reynan.
"Nggak, Tan. Aku nggak masalah kok kalau Tante ke sini." Reynan tak ingin wanita di sampingnya salah paham.
Semua ini salah otak nakalnya yang membuat Reynan merasa bersalah.
"Lantas, kenapa kamu jadi aneh sejak semalam?"
"Aku ... ." Reynan berpikir mencari jawaban yang tepat.
"Kamu malu berdua dengan Tante-tante sepertiku?" Kini pertanyaan Nameera terdengar sangat tajam
Wajahnya terlihat mengeras saat menyinggung soal perbedaan umur.
"Bukan itu, Tan. Aduh, kenapa jadi salah paham, sih?" Reynan jadi semakin bingung, bagaimana ia menjelaskannya.
"Tante paham Rey, sebentar lagi kamu jadi sarjana. Pasti banyak wanita muda dan cantik yang akan mengejarmu."
"Aku akan tetap menundukkan pandanganku, tak peduli ada bidadari atau miss universe di depanku. Tetap Tante yang paling cantik."
Pipi Nameera memerah, perkataan Reynan sukses membuatnya malu. Pemuda itu selalu saja membuat hatinya merasa terbang.
Membuatnya seolah menjadi wanita yang begitu sempurna. Wanita yang berharga dan mempunyai arti lebih dalam hidupnya.
'Rey, semoga semuanya akan tetap baik-baik saja dan terus seperti ini,' batin Nameera.
Terlalu banyak hal yang belum Rey tahu tentang Nameera. Terlalu banyak hal yang memalukan yang akan ia dapatkan.
Akankah rasa itu akan tetap sama bila Reynan tahu bagaimana masa lalunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Tante Cantik (Revisi NOVEL cetak)
RomanceReynan yang tengah jenuh menghadapi hubungannya dengan kekasihnya, bertemu dengan seorang wanita dewasa yang berhasil memikat hatinya. Bagaimana kisah perjalanan asmara keduanya? Luna atau Nameera yang akan dipilihnya?