Bab 5

157 3 0
                                    

Malam haripun tiba dan menunjukkan pukul 19:20 Aldi sudah menghubungi Zee jika akan segera menjemputnya, begitupun dengan Zee yang sudah siap dan sedang menunggu Aldi di ruang tamu.

Drttt ...
Sebuah pesan masuk ke handphone Zee, dan menampilkan sebuah nama 'Deevano'.

Deevano
Malam ini gue jemput bisa?

Me
Gue udah ada janji, ini juga mau berangkat.

Deevano
Oke kalau gitu, hati-hati.

Me
Ya.

Sambil menunggu Aldi, Zee penasaran untuk membuka media sosial milik Deevano, kali aja ia menemukan sesuatu di sana. Mulai dari instagram yang tak mungkin jika Deev tak memilikinya.

Benar saja, tak butuh waktu lama untuk menemukannya, nama @Deevano.al sudah tertera sebagai akun milik Deevano, dengan berbagai foto yang dipostingnya. Tak banyak, hanya delapan foto dengan caption yang tak begitu menyita perhatian. Tak ada foto cewek juga, dan tak ada foto keluarganya. Hanya fotonya sendiri dan beberapa bersama temannya.

"Bukan anak sosmed banget ternyata," gumam Zee. Tapi saat akan mematikan handphonenya, matanya tertuju pada nama akun @aldidavino.ar yang mengikuti instagram Deevano. Apa Aldi mengenal Deev? Mungkin ia bisa menanyakannya nanti saat bertemu.

Tak lama kemudian, motor Aldi sudah berada di depan rumah Zee. Dengan segera, Zee keluar dari rumahnya dan pergi bersama Aldi.

"Al, lo kenal Deevano?" tanya Zee. Meski suara Zee ikut mengadu dengan angin malam, dan telinga Aldi tertutup helm suaranya tetap terdengar.

"Oh, kenal. Kenapa?"

"Kenal dimana?" tanya Zee lagi.

"Kenapa emangnya? Mau minta dijodohin?" tanya Aldi seraya menuduh. Zee dengan kesal memukul pelan bahu Aldi.

"Mana ada kayak gitu, cuman nanya aja," jawab Zee. Dia tak ingin jika Aldi menjadi salah paham padanya. Aldi yang mendengar itu hanya tertawa renyah.

Tak lama kemudian mereka telah sampai di sebuah caffe yang tidak terlalu besar, namun memiliki keunikan tersediri dan letaknya yang pinggir jalan, membuat kendaraan yang berlalu lalang terekam oleh penglihatan.

Zee turun dari atas motor Aldi, disusul dengan Aldi yang ikut turun setelah memarkirkan motornya. Merekapun melangkah bersama untuk menghampiri tenan-teman mereka yang telah berkumpul.

Aldi dan Zee menyapa mereka semua dan bersalaman layaknya seorang teman sepertongkrongan, dan ikut duduk di antara mereka. Ada Reno, Dika, Davio, Regan, Resa dan Hanin.

"Akhirnya, anak hilang ini balik juga," celetuk Resa dengan senyumannya yang khas.

"Biasa, orang sibuk Sa, sibuk berbucin ria. Tahukan cowok-cowok sekolahnya ganteng-ganteng melintir," sambung Hanin.

"Bisa dong ya serempetin dikit Zee," ucap Resa yang dijawab tawaan oleh Zee.

"Zee, lo tahu murid baru di sekolah lo gak? Namanya Deevano." Pertanyaan Resa itu seketika membuat Zee terdiam. Apa semua teman-teman tongkrongannya tahu tentang Deev?

"Tadi aja si Zee nanyain dia ke gue," sambung Aldi.

"Jangan posesif sama gebetan Res, nanti kagak jadian-jadian," celetuk Dika. Apa? Gebetan? Jadi Deevano sedang dekat dengan Resa. Lalu tunangannya itu?

"Kenapa emangnya sama Deevano? Dia temen sekelas gue," jawab Zee akhirnya. Dia tak ingin teman-temannya curiga.

"Dia lagi deket sama gue, sering jalan bareng, tapi akhir-akhir ini dia jarang ngajakin, bete. Kalau dia deket sama cewek, atau genit-genit lapor gue ya. Biar gue pites, dan gue bikin cewek itu mundur dan pergi sejauh - jauhnya, kalau bisa ke neraka sekalian," jelas Resa membuat Zee bergidik. Ia tahu karakter temannya itu, bucin dan posesif.

"Iya Res, tenang."

"Eh gimana kalau gue ajak dia ke sini aja? Biar nongkrong bareng," usul Resa.

"Boleh-boleh," jawab Reno dan Davio bersamaan.

Hah? Apa boleh jika Zee menolaknya? Ia sedang ingin menjaga moodnya agar tetap stabil. Pikiran, hati, dan emosinya selalu goyah bila bersama Deev.

Bersambung ...

DeeZeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang