Sepulang sekolah, Zee tidak langsung ke rumahnya, ia menghampiri kedai es krim yang tidak terlalu jauh dari sekolahnya. Pikirannya memang tak bisa berbohong untuk memaksa berhenti memikirkan apa yang tadi Deev katakan.
Kenapa menjadi rumit seperti ini?Seiring berjalannya waktu, hati Zee semakit tersangkut pada Deev. Meski terbilang cepat, namanya perasaan tak ada yang bisa diatur-atur.
"Zee, sendirian aja?" tanya seorang pria yang tiba-tiba menghampirinya. Pria yang tak lagi asing di mata Zee. Aldi. Teman SMPnya dulu.
"Eh Ald, iya sendiri, lo apa kabar?" tanya Zee yang segera melempar senyum pada pria itu.
"Baik Zee, lo gimana? Gue boleh gabung sama lo?"
"Baik juga. Boleh-boleh."
Aldi segera duduk di kursi hadapan Zee. Sejak duduk di bangku SMP Zee memang dekat dengan Aldi, sehingga tak terlalu canggung jika kini Aldi menghampirinya. Aldi juga banyak tahu tentang Zee, entah itu dari cerita Zee atau dari apa yang ia lihat.
"Gimana sekolah lo?" tanya Aldi.
"Gak gimana-gimana, gak ada yang menarik dan gak ada yang menyedihkan juga," jelas Zee yang memang menyembunyikan banyak hal.
"Bohong banget lo, gue tahu Zee lo lagi kenapa-napa."
"Gak usah sok tahu deh gue gak kenapa-napa, gimana sama lo?" Untuk sekarang, Zee ingin lebih menutup dirinya, rasanya tak adil jika harus terus menerus membebankan kesedihannya pada orang lain.
"Gue selalu baik-baik aja, cuman gue lagi diem-diem ngejar cewek yang gue suka."
"Siapa? Gak bilang-bilang."
"Lo gak bakalan tahu." Aldi menatap tajam dua bola mata Zee yang selalu membuat hatinya tenang. Ia tak ingin mengutarakan isi hatinya itu, menurutnya itu akan membuat keadaan menjadi tak baik-baik saja. Diam, dan selalu ada untuknya itu akan jauh lebih baik.
"Ya gak bakalan tahulah kalau lo gak bilang Al. Cantik gak? Cantikan mana sama gue?"
"Sama aja."
"Gak asik ah. Lagian nih ya kalau lo ngejar diam-diam sama aja kayak lo gak ngejar dia Ald. Cewek itu butuh kepastian. Kalau lo suka bilang suka, sampai lebaran kura-kura juga kalau lo cuman diem gak akan ada kemajuan," jelas Zee.
"Kita itu jarang ketemu Zee, lagian juga dia kayaknya udah punya pacar."
"Cari tahu dululah, gimana sih."
"Eh, nanti malam lo ikut gue yuk nongkrong, udah lama 'kan kita gak nongkrong bareng," ajak Aldi. Sejujurnya Zee memang kangen juga nongkrong bareng Aldi, tapi bagaimana mau nongkrong kalau permasalahannya saja belum selesai.
"Jangan bengong, gue tahu lo lagi banyak masalah, jadi biar lo gak kepikiran terus mending lo ikut gue, nanti lo bisa cerita semua masalah lo sama gue Zee. Mulut lo bisa bohong kalau lo gak kenapa-napa, tapi hati dan mata lo gak akan pernah bisa bohong."
Benar apa yang dikatakan Aldi, Zee memang sulit berbohong pada Aldi, ia terlalu hafal dengan tingkah dan gerak-gerik Zee. Gak ada salahnya juga jika ia ikut nongkrong sama Aldi, siapa tahu ia akan menjadi lebih santai dalam menghadapi masalah hidupnya.
"Oke, nanti malam lo boleh jemput gue, kalau gitu gue pulang duluan ya."
"Gue antar lo." Setelah mendapat persetujuan Zee, mereka segera melangkah menuju parkiran untuk mengambil motor Aldi.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
DeeZee
Genç Kurgu"Aku ingin mencintaimu seperti hujan yang jatuh ke bumi. Berkali-kali ia disakiti dan dihindari, ia tetap dengan senang hati kembali pada apa yang telah menjadi pilihan hati. Aku juga ingin memberimu kebahagiaan Deev, dan setia pada langkahmu 'tuk m...