"Nabian.."
Jaelani baru saja tiba di acara tempat Bian tampil hari ini, ketika Jaelani hendak masuk mengirim pesan pada Nabian, netra nya lebih dulu menangkap seseorang yang kini sedang ia nanti kehadirannya, Nabian yang kini berdiri disisi jalan bersama kedua orang lain disekitarnya.
Jaelani tidak bodoh dengan tidak menyadari jika gerak gerik Bian nampak gelisah meskipun si gadis memunggunginya. Hingga tanpa membuang waktu lagi, ia segera menghampiri Nabian.
Benar saja, ketika ia memanggil Bian, gadis itu menoleh dengan raut wajah tak karuan dan peluh yang membasahi dahi hingga lehernya. Dari sorot matanya dapat Jaelani lihat jika si manis tengah menahan sesuatu di dalam dirinya. Ia tersenyum kecil pada Nabian, dan kedua orang lainnya tentu saja.
"Jaelani?"
Si manis sedikit terkejut menyadari kehadiran Jaelani di antara mereka. Seketika netra nya bergulir pada pria yang sampai sekarang masih setia memporak porandakan hatinya, Ten. Pria itu kini melempar senyum manis pada Jaelani.
Tanpa Nabian sadari, hal tersebut membuat nya sangat gugup entah mengapa, hingga ia meneguk saliva nya kasar.
"Teman Nabian?" Tanya Ten ketika Jaelani kini sudah berdiri bersama mereka. Jaelani tersenyum kemudian mengulurkan tangannya, segera dibalas oleh Ten dan Berliana bergantian.
"Jaelani." Ujarnya percaya diri.
Kemudian Ten dan Berliana pun memperkenalkan dirinya satu satu.
Selesai dengan itu, Jaelani beralih menatap Bian yang kini berlipat lipat rasa gugupnya.
"Ayo pulang." Ujar si barista mantap.
Tubuh Bian berdesir, ada perasaan aneh yang kini membuat dadanya cukup berdebar tak karuan. Perutnya terasa sedikit geli, seolah ada api api kecil yang meletup didalam sana.
Nabian menatap Ten dan Berliana bergantian. "Kang Ten, teh Ana.. Bian duluan ya?" Ujarnya lembut.
Seolah faham dengan maksud Bian, Ten mengangguk sambil memeluk pinggang kekasihnya itu posesif. Berhasil mencubit telak titik hati terdalam si manis.
"Ya udah, lain kali aja kita jalan bareng nya ya Bian.."
Jujur saja Berliana sedikit kecewa ketika ia dan Bian gagal jalan bersama, namun ya mau bagaimana lagi. Sepertinya Bian butuh waktu bersama sang pria.
"Iya, kalau gitu Bian sama Jaelani permisi ya.."
Dengan begitu, Bian menautkan tangannya dengan milik Jaelani, membawa si pria pergi dari sana. Hati si manis terasa mencelos memikirkan apa yang baru saja terjadi. Kepalanya seketika terasa pening dengan dada yang berdegup semakin kencang.
Wanita manis itu berjalan terburu buru dengan kepala yang terus menunduk, membuat Jaelani merasa ada yang salah dengan wanita dihadapannya ini.
Langkah Nabian terhenti ketika Jaelani menahan pergerakannya, Bian menoleh menatap Jaelani.
KAMU SEDANG MEMBACA
antara aku, kamu, kopi dan susu «Na Jaemin»
Fanfiction[Romance] [lokal] [fluff] "Tentang Jaelani, Nabian, dan Bandung„ •100% fiction •sedikit bahasa Sunda •apabila ada kesamaan tokoh, tempat dan lain lain. Adalah sebuah ketidak sengajaan.