/Translate di selip di bawah ya (≧▽≦)/
Pagi ini suasana rumah terdengar cukup ramai, pasalnya ketika weekend seperti sekarang toko bunga milik ayah Bian akan sangat ramai. Orang orang berdatangan memesan setidaknya setangkai bunga untuk orang yang mereka sayangi.
Bian pun tak jarang merasa iri apabila ada pelanggan yang terang terangan memberikan rangkaian bunga untuk kekasihnya di depan Bian.
Ck, menyedihkan.
Hari ini Bian libur, ia tidak ada kelas. Entahlah ia sendiri bingung apa yang harus ia lakukan di hari Sabtu sekarang, mungkin hanya membantu ibu dan ayahnya berjaga toko.
"Bi.. siapin sarapan dulu ya, mama mau nganter pesenan sekalian arisan ke komplek sebelah." Ujar mama Bian, dengan pakaian yang sudah rapi. Padahal jam masih menunjukkan pukul 7 pagi.
Bian hanya bisa mengangguk mengiyakan permintaan mama nya. Membuat setidaknya 3 gelas teh manis dan 1 gelas kopi adalah hal yang wajib Bian lakukan setiap pagi.
Wanita manis itu bergerak menuju dapur dengan muka bantalnya, Bian benar benar baru saja bangun. Semalaman curhat dengan Embun membuat Bian lupa waktu, dan tidur lewat dari tengah malam.
"Ah.. masak apa ya?" Gumam Bian, si manis melirik ke arah handphone miliknya yang tergeletak di atas pantry, Berselancar sebentar di google untuk kemudian kembali berlabuh di nasi goreng. Wanita manis itu mendesah pelan,
Ketika Bian sedang menyiapkan bahan makanan, seseorang dengan seenak jidatnya datang kemudian menoyor kepala Bian keras.
"Aw! Sakit!"
Pekik Bian emosi. Sementara pelakunya—Jafar Kabian Jefferien hanya bisa menjulurkan lidah sembari mengambil tempat di salah satu kursi depan pantry.
"Tadi malem pulang di anter Saha?" Tanya Jafar dengan suara beratnya, sesaat Bian merasa gugup. Pasalnya kakak Bian ini jarang sekali bertanya tentang teman teman Bian, Jafar benar benar tidak peduli soal itu.
"Em, temen." Bian mengalihkan fokusnya pada nasi goreng. Berpura pura tidak tertarik pada topik pembicaraan Jafar. Melihat gelagat sang adik, Jafar mengangkat sudut bibir kanannya.
"Ditolak Ten ya?" Tanya Jafar menelisik, mendengar itu Bian sedikit tersentak, kemudian berdehem untuk menetralkan degup jantungnya yang kini terasa sedikit lebih cepat.
"So tau." Ujar Bian ketus. Ia menyajikan nasi goreng buatannya di atas meja, kemudian berlalu menuju lantai bawah—meminta sang ayah untuk ikut sarapan bersama.
Setelah memastikan pelanggan mendapatkan pesanan mereka, ayah Bian—Yono Subagja alias mang Yono berlari pelan menuju lantai atas.
"Beda lah nasgor buatan gadis mah." Mang Yono tersenyum bangga, padahal mah nasi goreng buatan anaknya sama saja seperti nasi goreng biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
antara aku, kamu, kopi dan susu «Na Jaemin»
Hayran Kurgu[Romance] [lokal] [fluff] "Tentang Jaelani, Nabian, dan Bandung„ •100% fiction •sedikit bahasa Sunda •apabila ada kesamaan tokoh, tempat dan lain lain. Adalah sebuah ketidak sengajaan.