Malam ini jalanan Bandung nampak cukup padat, entah karena malam Minggu atau memang biasanya seperti ini, Jafar tidak tau. Ia banyak menghabiskan waktu di rumah akhir akhir ini.
Pria tampan itu berkali kali menghembuskan nafas berat, kentara sekali jika ia kini sedang tidak baik baik saja.
"Hoi!" Karina menepuk bahu Jafar perlahan, kemudian tersenyum manis ketika Jafar menoleh. Keduanya kini sedang berada di parkiran cafe 35,7%. Jafar yang meminta bertemu dengan sohib nya itu, ada beberapa hal yang lama Jafar tahan seorang diri, dan rasanya kini ia perlu berbagi pada Karina.
"Hampura lami paduka, tadi urgent heula di dapur." Karina terkekeh pelan melihat ekspresi Jafar yang benar benar terlihat sangat bosan, sepertinya ia berhasil membuat Jafar menunggu lama.
Tanpa menunggu izin sang pemilik motor, Karina segera mengambil tempat di boncengan Jafar, memeluk pinggang Jafar erat, merasakan rindu yang selama ini ia tahan seorang diri.
Setelah memakai helm nya, Jafar mulai melajukan motor ninja nya pelan menjauhi cafe, ia sama sekali tak menghiraukan sikap Karina yang terkesan seenaknya, toh ia sudah terbiasa. Kemudian menerobos hiruk pikuk malam kota Bandung.
Jafar terdiam, beribu argumen sejak tadi telah memenuhi kepalanya, ia benar benar tidak tahan. Semuanya terasa sangat sulit sekarang. Sementara dibelakang sana Karina hanya diam sambil sesekali menyesap wangi kesukaannya, wangi parfum Jafar. Merasakan hangat dihatinya ketika ia bisa kembali bertemu dengan seseorang yang sangat ia sayangi, tanpa harus menahan nahan air matanya lagi.
Tak terasa kini keduanya sampai di bukit tempat biasa Jafar dan Karina bermain dulu. Lama keduanya tidak pergi bersama ke sini, entah karena Jafar yang selalu sibuk dengan kekasihnya. Ataupun Karina yang terus menerus berusaha menghindari Jafar—demi berdamai dengan hatinya.
"Ugh.. lama ngga kesini" ujar Karina sambil berjalan menuju salah satu kursi disana. Disusul Jafar di belakangnya, kini Jafar dan Karina duduk berdampingan dengan keheningan yang menemani mereka.
"Kunaon atseuh paduka." Kini Karina membuka pembicaraan, mencoba mencairkan suasana. Pandangannya ia labuhkan pada pemandangan kota didepannya, kedua lengan Karina saling meremat tanda ia sedang gugup. Namun Karina mencoba membuat suasana mencair sebisa mungkin.
Padahal jauh di lubuk hatinya Karina berharap Jafar tidak menjawab pertanyaan barusan, ia hanya ingin Jafar diam atau bahkan saling membisu sampai fajar tiba tak apa, itu lebih membantu Karina, dan hati rapuhnya tentu saja.
Karina benar benar menahan dirinya selama ini, ia tak ingin pertahanan nya runtuh begitu saja ketika ia menatap mata Jafar. Ketika kepala itu berada di atas pundaknya sambil terisak.
"Kambuh lagi?"
Jafar hanya diam, persis seperti dugaan Karina, perlahan kepala penuh fikiran itu terjatuh lemas di atas pundak sempitnya, tak lama suara isakan pun bisa Karina tangkap sayup sayup.
KAMU SEDANG MEMBACA
antara aku, kamu, kopi dan susu «Na Jaemin»
Fanfic[Romance] [lokal] [fluff] "Tentang Jaelani, Nabian, dan Bandung„ •100% fiction •sedikit bahasa Sunda •apabila ada kesamaan tokoh, tempat dan lain lain. Adalah sebuah ketidak sengajaan.