"Ku dengar pegawai baru yang saat ini bekerja sebagai bawahan Pak Abi adalah seorang yang hanya lulusan SMA." ujar seseorang di belakangku.
Saat ini aku sedang berada di kantin. Menyantap makan siang ku setelah beberapa jam membersihkan ruangan Pak Abi karena katanya Cleaning Servis sedang berlibur hari ini.
"Benarkah? Bagaimana bisa seseorang dengan hanya bermodalkan ijazah SMA menempati posisi itu? Aku saja yang lulusan S1 hanya menjadi seorang karyawan biasa." ujar seseorang lagi dengan suara yang berbeda. Mendengarnya membuatku melirik ke belakang dan mendapati beberapa orang pria dan wanita yang duduk di satu meja menyantap makanan mereka masing-masing.
Aku yang menyadari kalau yang mereka bicarakan adalah diriku sendiri merasa tidak enak karena ucapan mereka benar adanya. Aku hanyalah lulusan SMA. Kedua orang tua ku tidak memberiku izin untuk melanjutkan sekolah ku ke jenjang yang lebih tinggi. Pengalaman bekerja ku hampir tidak ada, bahkan baru kali ini aku bekerja. Setiap hari yang ku lakukan hanya dirumah dan hanya sesekali pergi keluar. Jadi yang mereka bicarakan memanglah pantas.
"Jangankan kau. Aku yang sudah hampir 7 tahun mengabdi di perusahaan ini, belum juga mendapatkan promosi. Padahal sudah ada rumor yang menyebar kalau aku yang akan menempatinya. Tapi ternyata rumor itu tetaplah rumor." ucap seorang wanita yang diakhiri dengan helaan napas membuatku yang mendengarnya menghentikan aksi ku yang ingin menyuapkan makan siang ku.
"Ya. Kurasa memang seharusnya kau yang menempati posisi itu. Kau tidak lihat suasana hati Pak Abi beberapa hari ini? Dia selalu kesal dan marah-marah pada kita. Sepertinya dia juga tidak setuju dengan keputusan Pak Fahri yang menjadikan pegawai baru itu sebagai bawahannya Pak Abi." ucap salah satu dari mereka. Membuatku tersudut dan menghentikan makan siang ku untuk berniat beranjak dari sana. Namun satu suara membuatku urung melakukannya.
"Tentu saja aku tidak setuju. Pegawai baru yang kalian bicarakan masuk bukan karena ijazah ataupun keahliannya dalam bekerja. Melainkan dirinya adalah seorang pelacur yang menjilat atasan kita." ucapnya yang membuatku segera menoleh dan mendapati sosok Pak Abi yang kini juga sedang menatapku dengan tatapan datarnya.
Aku ingin marah dan mengelak dari semua ucapannya barusan. Tapi kurasa ucapan Pak Abi tidak sepenuhnya salah. Karena jika Fahri menganggapku sebagai pelacur. Tidak ada bedanya dengan orang lain yang menyebutku juga begitu. Walaupun saat ini aku baru melakukan hubungan seks dengan dua pria saja. Zaki dan terakhir Fahri.
"Benarkah!?" ucap mereka bersamaan. Merasa tidak percaya dengan ucapan Pak Abi yang kini sudah mengalihkan pandangannya dari ku dan ikut duduk diantara orang-orang yang membicarakan ku tadi.
"Tentu saja. Kau tau, aku sangat tidak betah dengan keberadaannya diruangan ku. Makanya aku selalu pergi kalau dia ada di dalamnya." ujarnya yang kini ku dapatkan jawaban mengapa sosoknya tidak pernah hadir kala aku menungguinya agar bisa mengetahui apa pekerjaan ku sebenarnya.
Dan itu membuatku sadar, kalau kehadiran ku saat ini adalah merusak apa yang sudah seharusnya terjadi di perusahaan ini. Aku sudah merebut posisi orang yang lebih layak dan pantas dari pada aku yang tidak mengetahui apa-apa. Dan lebih parahnya lagi aku membuat Pak Abi tidak nyaman sehingga sangat jarang kehadirannya di ruangan itu.
Aku merasa bersalah dengan semua hal yang baru saja ku dengar. Jadi dengan begitu aku beranjak dari sana dan berjalan ke arah lift dengan niat menemui Fahri untuk memintanya menurunkan jabatan ku ke pekerjaan yang lebih layak dengan keahlian ku.
"Hai, Wil. Sudah selesai makan siangnya?" sapa Liam saat kami berpapasan ketika pintu lift terbuka. Aku tersenyum dan mengangguk kecil, setelahnya aku langsung masuk dan menekan tombol yang ada disana dengan tujuan ke ruangan Fahri yang memakan waktu beberapa menit sampai akhirnya aku sampai di depan ruangannya dan mengetuk pintu itu beberapa kali hingga ku dengar suara Fahri yang menyuruhku masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Marriage [TAMAT]
General FictionDia membenciku. Dan aku tau itu. Karena bagaimanapun, kehadiran ku dalam kehidupannya, menghancurkan seluruh harapannya yang menginginkan seorang istri yang sesungguhnya. Bukan seperti aku, yang seorang pria dan terpaksa menikah dengannya karena tun...