Setiap insan memiliki kadar perasaannya masing-masing. Kita tidak bisa memaksakan orang lain, untuk ikut andil dalam perasaan yang sedang kita rasakan saat ini.
Menyusuri ramai nya jalan raya dengan kesedihan yang sudah tidak lagi membelenggu, adalah salah satu keinginan terbesar Angkasa. Perasaan yang di mana, ia benar-benar enjoy dan lepas. Ya, di penjuru dunia mana anak yang mau keluarga nya di ambang masalah? Tentu jawabannya adalah tidak ada!.
"Ya tuhan, andai saja, setiap saat ini yang kurasa. Mungkin, aku akan menjadi anak yang paling bahagia seantero jagad raya," lirih Angkasa seraya memberikan senyuman terindah yang ia punya.
senandung-senandung kecil sesekali Angkasa dendangkan. Bisingnya suara kendaraan pun terdengar jelas. Namun, itu tidak mengurangi kebahagiaan yang kini tengah ia rasakan.
"Sa!" teriak seseorang memanggil nama Angkasa dari kejauhan
Angkasa yang mendengar teriakan itu, sontak langung menghentikan motor beat putih nya. "Kok gue ngerasa kayak ada yang manggil ya?" desis Angkasa sambil mengerutkan keningnya.
"Angkasa!"
Angkasa yang mendengar teriakan kedua itu pun, sontak langsung membalikkan kepalanya yang berniat mencari tahu, dari siapa kah suara itu berasal.
"Buset dah, dari tadi lu gue panggilin juga. Kaga denger-denger," grutu seseorang terengah-engah ketika sudah berada di belakang Angkasa.
"Ya, sorry, lagian, btw lu mau ngapain?" tanya Angkasa ketika ia tahu, jika yang memanggil namanya ialah Gio.
Gionino Mahardhika Putra. Seorang siswa bertubuhkan standar, dengan rambut hitam pekatnya adalah ciri khas dari dia. Gio merupakan siswa aktivis pindahan dari sekolah swasta.
Kesibukannya di sekolah membuat Gio jarang sekali bergabung dengan Angkasa."Sorry Sa, gue numpang lah," desak Gio
"Ye jigong onta! Gue kira ada apa," ketus Angkasa dengan di tambah kening yang mengerut
"Yaelah Sa, lu gitu amat ama temen sendiri, motor gue mogok," ujar Gio sembari memberikan muka memelas
"Ya udah ayo!" ucap Angkasa yang mulai menyalakan kembali motornya
Gio dan Angkasa merupakan dua diantara banyak siswa yang berprestasi di sekolah. Ke-uletan mereka dalam belajar, selalu membuahi hasil yang memuaskan.
Rintihan langit kini turun kembali. Menemani heningnya perjalan Angkasa dan Gio. Tetesan demi tetesan langit mengguyur jiwa-jiwa yang sedang merindu.
"Heh! Nyebut lu!" gertak Gio ketika ia melihat Angkasa senyum-senyum sendiri.
"Tangannya mulai aktif ya bun," cibir Angkasa sembari melirik Gio dari kaca spion
"Nyebut lu, dah sore nih,"
"Paan si lu Gio, untung gue pake helm. Coba kalo ngga, dah buntung nih kepala,"
"Ngapa lu? Senyum-senyum sendiri kayak orang gila tau ga,"
"Kepo lu Bambang!"
"Nama bapa gue tuh," ketus Gio ketika nama bapa nya di sebut oleh Angkasa. "Daki kebo kalo di kasih nyawa gini nih," sambungnya
Rintih hujan telah menyapa
Temani aku yang asyik tertawa
Ditambah indahnya sinar sang senja
Membuat semua seolah sempurnaSemilir angin membelai dengan lembutnya
Berikan rasa yang dahulu pernah sirna
Tuk ciptakan senyuman pada sejuta muka
Pada kita, jiwa-jiwa sang pengharap tawaGemuruh jiwa Angkasa
Kebahagiaan mungkin bisa saja kita reka, dengan menipu jutaan pasang mata hanya dengan sebuah senyuman atau tawa sederhana. Tapi kalbu tak dapat menipu, bahwa ada kesedihan yang kian lama kian membelenggu dan terpaku.
Mungkin menurut kalian, aku sedang baik-baik saja. Hanya karna kalian dapat melihat semburat senyum yang aku paparkan pada muka sederhana. Tapi itu hanyalah sebuah tipu yang kubuat, agar kesedihan tak terus melekat, dan agar diri ini semakin kuat.
Waktu dan keadaan terus saja memaksaku untuk tetap tegar dan sabar. Memacu menahan segala cobaan dan ujian yang kian lama menggenang dalam ambang kekuatan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Angkasa [ On Going ]
Ficção AdolescenteAngkasa Arya Wiguna. Atau yang sering dipanggil Angkasa, merupakan pemuda paruh baya, yang terus menerus dirundung sendu. Masalah demi masalahnya kian hari kian bertambah. Angkasa tak mau menceritakan masalahnya pada siapapun itu. "Tetap bersikap ba...