Dan seketika, niat Angkasa untuk mengakhiri hidupnya terhenti. Ia menatap ke bawah, tepat pada orang yang tadi meneriakinya.
"M-mas Iyan?" tanya Angkasa terheran.
"Mas Iyan ngapain kesini?" sambungnya sembari membungkukkan badannya.
"Kunci Mas Iyan kayaknya kebawa sama kamu deh," ujar Mas Iyan yang sudah sedari tadi menengadah menatap Angkasa.
Tanpa pikir panjang, Angkasa mencari-cari kunci Mas Iyan yang katanya terbawa olehnya. Tas ranselnya kini tengah diorek-orek.
"Nah, ini dia." Angkasa tersenyum ketika kunci yang dimaksud sudah berada dalam genggamannya.
Langkah demi langkah terdengar ketika Angkasa telah mulai turun untuk menemui Mas Iyan. "Mas," sapa Angkasa pada Mas Iyan yang tengah menunggu didepan pintu.
"Eh nak Angkasa. Mana? Ada ga kunci Mas Iyan?"
"Ada nih," ujar Angkasa sembari menyodorkan kunci.
"Kamu tadi lagi ngapain di atas?"
"Hah? A-apa?"
Angkasa merasa bingung. Entah alasan apa yang harus ia keluarkan. Ia tak mungkin memberitahu niatnya itu pada Mas Iyan. Karna, cukup dirinya saja yang menanggung kesedihannya itu.
"Mas Iyan tau, kamu lagi nyimpen rahasia besar kan? Kan Mas Iyan udah bilang, kalo sama Mas Iyan mah cerita aja," tutur Mas Iyan sembari memasukkan kuncinya kedalam tas weistbag berwarna merah putih itu.
"Ngga kok Mas. Udah dulu ya Mas, Angkasa capek mau istirahat," tutur Angkasa sembari pergi meninggalkan Mas Iyan sendirian di luar.
Angkasa kini mengurungkan niatnya, karna ia berpikir, jika tetap ia lakukan, tidak mungkin berjalan dengan mulus.
Brug!
Terdengar Angkasa yang mulai membaringkan tubuhnya dikasur. Sejuta rasa kini telah bercampur aduk. Sambil menatap dinding kamarnya, ia berangan memiliki keluarga yang harmonis. "Kapan ya gue punya keluarga kayak mereka-mereka?"
Di kamar inilah, suka duka selalu ada. Dinding seolah menjadi sarana pengaduan terpercaya. Bantal dan kasur merupakan saksi bisu, tentang air mata yang setiap saat mengalir menceritakan kenangan pilu. Suara detak jam dinding terdengar jelas, menambah suasana semakin haru pilu.
Namun seketika badannya terbangun dari tempat tidur itu. Ia bergegas menuju meja, di mana tas ransel itu berada. Di ambilnya buku harian. Dan sesaat, jeritan hati kini kembali ia torehkan melalui untaian sajak-sajak cinta.
Menjadi seorang pemuda yang memiliki dua sisi kehidupan merupakan bukanlah hal yang mudah. Karna ia senantiasa dituntut untuk hidup di balik topengnya.
Dengarkanlah, jeritan hati yang tiap kali ia curahkan di balik topeng itu. Di balik topeng yang menggambarkan keceriaan, ada sebilah hati yang tengah merengek menahan beban hidup.
Lantas, dapatkah kalian mendengar semua jeritan itu? Tidak! Karna, jeritan hati itu telah di bungkus indah oleh topeng kepalsuan.
Dua sisi Angkasa
Mencurahkan dengan kata-kata adalah cara ternyaman yang ia miliki. Karna tak ada cara lain untuk mengurangi beban hidupnya. "Gue haris bisa tetap terlihat baik-baik saja, walau masalah tak kunjung reda. Tetap berdiri tegap, walau dada tengah bergemuruh engap," ujar Angkasa sembari menghela napas.
Kini kembali ia baringkan tubuhnya dikasur. Dengan buku harian dan satu buah pulpen yang masih tergenggam, ia larut dalam kehidupan alam bawah sadarnya. "Wahai Angkasa, disini kamu tidak akan pernah bertemu dangan yang namanya kesedihan," sesekali terdengar ucapan itu dari sosok misterius yang berada di alam bawah sadarnya.
☆☆☆☆☆
Tiba-tiba terdengar suara telpon masuk. Namun Angkasa tidak terlihat sedikitpun bergerak menghampiri ponsel miliknya. Hingga suara itu terdengar hingga tujuh kali. Dan Angkasa yang mulai geram pun mengangkat telponnya itu.
"Lu lagi di Mars ya?" tanya seseorang yang menelponnya.
"Hmm,"
"Lama bet lu ngangkatnya. Gw mo ngomong nih, penting!"
Angkasa yang telah mengetahui bahwa Gavin lah yang menelponnya itu pun langsung mengakhiri pembicaraan tersebut.
"Dasar, cucu dakjal! Nelpon bukannya ngomong bae-bae, ini malah sewotan dia," gerutu Angkasa sembari memperhatikan ponsel miliknya.
Anak Ga ada Akhlak Cek
Gavin Anak Haram telah membuat grup "Anak Ga Ada Akhlak Cek"
Gavin Anak Haram telah menambahkan anda
Gavin Anak Haram telah menambahkan Mentari
Sa|
Grup apaan nih woee?|Gavin Anak Haram
Kepo lu, dah diem aja|Mentari (olshop)
Upil kuda kalo gabut meresahkan ya bunSa|
Anaknya siapa si ini? Tolong bawa pulang kek😭|Gavin Anam Haram
Berisik lu pada!Gavin Anak Haram mengubah setelan grup hanya admin yang dapat mengirim pesan ke grup ini
|Gavin Anak Haram
Lu pada diem dulu ngapa_-
Gue mau jelasin duluMentari (olshop) keluar
|Gavin Anak Haram
Etdah make leftAnda keluar
"Dasar anak haram. Ga tau apa, kalo gue lagi pusing," gerutu Angkasa sembari meletakkan ponselnya dan mulai membaringkan tubuhnya.
"Ketahuilah. Tertidur dengan tak sengaja merupakan kenikmatan yang tiada tara," ujar Angkasa sembari mulai memejamkan mata.
To be continue
Maaf guys, aku baru up lagi. Ini disebabkan oleh kehidupan nyataku yang emang lagi sibuk-sibuknya. Terimakasih untuk kalian yang udah mau konsisten membaca ceritaku yang masih berantakan ini. Jangan segan-segan untuk meng-krisar ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Angkasa [ On Going ]
Teen FictionAngkasa Arya Wiguna. Atau yang sering dipanggil Angkasa, merupakan pemuda paruh baya, yang terus menerus dirundung sendu. Masalah demi masalahnya kian hari kian bertambah. Angkasa tak mau menceritakan masalahnya pada siapapun itu. "Tetap bersikap ba...