Tring!
Lagi-lagi Angkasa dikejutkan oleh suara gelas pecah di pagi hari yang berasal dari ruang tamu. Baginya, suara tersebut sudah menjadi makanan sehari-hari.
"Kamu itu ya Mas, ga pernah ngertiin aku!" terdengar teriakan perempuan yang tak lain adalah ibunya.
"Apa?! Aku ga pernah ngertiin kamu? Yang ada kamu yang keras kepala!" bentak pria tua berkumis tak mau kalah.
Ia sudah kebal dengan semua suasana ini, di mana ketika suasana ini terjadi, maka perkelahianlah yang akan dihadapi nya. Dan benar saja, sesaat kemudian terdengar lirih ibunya kesakitan.
"Auuu ... sakit maaass..." lirih sang ibu
Angkasa yang mendengar perkelahian tersebut pun, tak sanggup menahan segala kesedihan ini. Air mata yang telah lama ia tanggung kini mengalir deras diwajah nya. Hingga pipi Angkasa kini telah basah oleh air matanya.
"Gue ga bisa gini terus," gumam Angkasa dengan ditemani mengalir nya air mata
Dengan langkah yang berat, Angkasa pun mulai memberanikan diri membuka pintu kamar nya. Dilihat nya sesosok perempuan yang amat ia cintai kini terbaring di lantai menahan kesakitan yang diberikan ayahnya.
"Ibu ... ibu, gapapa?" tanya Angkasa
"Ah sudah lah! Jangan sentuh ibu! Ibu tau, kamu seneng kan liat ibu disiksa gini sama ayah kamu?!" bentak sang ibu
"Ngga bu, Angkasa malahan sedih."
"Bohong kamu! Sudahlah sana pergi! Ibu ga mau liat kamu!" bentak sang ibu tanpa memikirkan perasaan Angkasa
Angkasa yang mendengarkan ucapan ibu nya merasa seolah hati nya di sayat-sayat oleh belati. Mengapa ibu nya yaitu perempuan yang sangat amat ia cintai, dengan gampang nya mengucapkan kata-kata tadi? dengan ditemani deraian air mata yang kini membasahi pipinya lagi, ia melangkahkan kaki keluar rumah tanpa berpamitan. Karna ia tau, bahwa ibu nya tak akan menggubris dirinya.
"Oke, Angkasa, lu harus kuat! Ibu lu itu tadi cuman kebawa emosi, makannya dia ngomong kayak begitu tadi!" ucap nya sambil mengusap jejak air mata nya. Dan rasa optimis ia memulai hari nya.
Angkasa adalah termasuk kepada deretan siswa-siswa yang berprestasi. Dengan semangat belajar yang ia punya, akhirnya ia menjadi salah satu siswa kebanggaan para guru. Ia sangat bersyukur, karna ketika ia merasakan kesedihan yang amat dalam, ia masih diberikan dua orang sahabat yang begitu mengerti dengan segala kondisinya.
"Pagi, Sa," sapa Gavin yang tak lain adalah sahabat nya
"Eh elu Vin. Pagi," balas nya sembari meletakkan helm yang ia punya
Gavin Metro Kusuma. Pemuda paruh baya yang bertubuhkan tinggi semampai adalah salah satu sahabat Angkasa. Hoody adalah ciri khas dari Gavin. Emosi sangat mudah terpancing. Hingga ketika ada yang berani mengganggu ia dan sahabatnya, maka perkelahian lah yang akan terjadi.
"Elu abis nangis lagi ya, Sa?" tanya Gavin yang tak sengaja melihat matanya yang sayu
"Hah apa? Nangis? Ngga kok, gue ga nangis," ucap Angkasa
"Ngga, lu bohong! Lu abis nangis 'kan? Udah, jujur aja!" ucap Gavin
"Apaan sih, Vin! Orang gue bilang gue ga nangis juga. Ga percayaan banget," ucap Angkasa yang mulai pergi meninggalkan Gavin
Menelusuri koridor sekolah adalah rutinitas nya sehari-hari. Karna kelas yang ia tempati berada tempat di ujung lorong. Kelas 10 A kini tinggal menghitung langkah. Kelas yang ia tuju pun sudah terpampang jelas didepan nya. Namun langkah nya terhenti kala empat orang teman nya menghalangi langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Angkasa [ On Going ]
Teen FictionAngkasa Arya Wiguna. Atau yang sering dipanggil Angkasa, merupakan pemuda paruh baya, yang terus menerus dirundung sendu. Masalah demi masalahnya kian hari kian bertambah. Angkasa tak mau menceritakan masalahnya pada siapapun itu. "Tetap bersikap ba...