"Ingat Wid! Lo hanya punya waktu seminggu buat liburan!" Suara diujung telfon.
"Iyya Bukk. Janji, cuma seminggu ini aja." Jawab Widi malas.
"Ya udah Have Fun. Setelah itu jadwal neraka menanti Lo!"Widi menekan tombol diheadsetnya. Mengambil benda kecil itu dari telinga dan melemparnya ke kursi samping. Ia kembali menikmati suasana malam dijalanan itu.
Meski yang tinggal hanya gerimis kecil. Tapi hujan deras yang terjadi beberapa saat lalu membuat jalan sedikit licin. Tak masalah bagi wanita itu. Ia memang ingin berjalan lambat menikmati liburannya kali ini.
Sudah lewat jam 12 malam. Hanya satu dua orang yang berjalan disepanjang Malioboro. Angkringan dan pedagang baju mulai mengemas dagangan mereka.
Tak ada yang menarik baginya untuk berhenti. Untuk orang seperti dirinya sekarang, privasi adalah harga mahal. Jadi, angkringan bukan tempat yang ideal.
Mata Widi tertuju diujung jalan. Sebuah lapak lukisan dengan tenda yang melingkup. Berjejer lukisan baik hitam putih dan berwarna. Gambar tokoh, maupun panorama. Lapak ini seperti terpencil seorang diri. Mungkin teman sekitarnya sudah pulang. Ia melihat tak ada orang lagi yang berkunjung.
Ia menghentikan mobilnya di depan lapak itu. Dengan menutup kepalanya dengan tas jinjing kecil. Ia berlari kecil ke dalam lapak.
Widi melihat-lihat berbagai lukisan yang terpajang.
"Maaf Mbak. Saya mau tutup. Kalo mau ngelukis besok aja. Atau bisa tinggalkan gambarnya dulu." Suara berat pria.
Widi melihat ke arah samping. Seorang pria muda duduk membelakanginya. Tangannya lihai memainkan pensil diatas kanvas. Gambar wajah seorang perempuan yang masih berupa sketsa.
'Sombong banget nih bocah.' Fikirnya
"Gak, gue cuma ngeliat-liat doang."
Pemuda itu tak menjawab. Kembali fokus menyelesaikan sketsanya.
Widi makin kesal karna merasa diacuhkan.
'Lo gak tau siapa gue!' kesalnya dalam hati.Widi penasaran dengan wajah yang dibuat oleh pemuda itu. Seperti muka yang familiar. Ia berjalan menghampiri pemuda itu. Matanya hanya tertuju pada gambar wajah yang dibuat si pemuda.
'Klontang'
'Aww'Lengan Widi menyenggal rak tempat cat. Salah satu kaleng cat jatuh. Cat itu tertumpah dan mengenai bajunya. Mendengar kehebohan itu. Si pemuda menghentikan kerjaannya. Ia hanya sekedar membalik dan masih duduk dikursinya. Matanya tajam melihat Widi.
"Sorry." Ujar Widi singkat. Sambil mengangkat tangannya. Ia pun melepaskan kacamata hitam yang dari tadi melekat diwajahnya.
Tanpa ekspresi pemuda itu mengambil sebuah handuk dari dekat rak. Ia mencoba membersihkan cat yang timpah ke tubuh Widi.
"Cat nya gak bisa hilang." Kata sipemuda.
"Terus gimana dong." Jawab Widi cepat.
"Ya, mau gimana lagi. Ini dirambut kamu juga ada. Dicelana pun ada juga."
"Ya udah, aku ganti dulu."
"Disini!" Kata si pemuda kaget.
"Ya trus dimana?" Tanya WidiSi pemuda kemudian berfikir.
"Ya udah, ke tempat aku aja." Jawab si pemuda.
"Gak! Emang aku cewek apaan." Sergah Widi cepat.
"Ya udah. Terserah kamu deh." Kata si pemuda acuh.Widi kemudian menimbang nimbang ajakan pemuda tadi. Gak mungkin dia ke hotel dengan pakaian seperti ini.
"Awas lo ya kalo macam-macam."
"Emang mau ngapain?" Pemuda itu dengan cueknya menjawab sambil membersihkan tempat kerja nya tadi."Ya udah, yuk!" Ajak si pemuda sambil menyandang ranselnya.
Widi pun mengikut dibelakangnya.
Setelah sipemuda menurunkan terpal untuk menutup lapaknya. Ia pun berjalan.
"Jalan?" Tanya Widi heran.
"Iya, dekat kok. Tuh di gang depan." Jawab pemuda itu.
"Trus, mobil gue?"
Si pemuda melihat kesamping. Sebuah sedan mewah pink terparkir disana.
"Yaudah bawa aja. Ikutin aja gue." Jawab pemuda itu. Kemudian kembali berjalan.
Dengan cepat Widi pun masuk ke mobilnya mengikuti si pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA CINTA MENGGODA (END)
RomanceSejak jumpa kita pertama, kulangsung jatuh cinta Walau kutahu kau ada pemiliknya Tapi ku tak dapat membohongi hati nurani Ku tak dapat menghindari gejolak cinta ini. . . . *** Cerita hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh. Bukan bermaksud...